Hinaan Tak Membuat Bibiana Steinhaus Gentar Menjadi Wasit Perempuan

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Hinaan Tak Membuat Bibiana Steinhaus Gentar Menjadi Wasit Perempuan

Kerem Demirbay, gelandang kesebelasan Bundesliga 2, Fortuna Dusseldrof, mencetak dua gol ke gawang FSV Frankfurt pada akhir November lalu. Namun pada menit ke-85, ia mendapatkan kartu merah karena kartu kuning kedua yang diterimanya.

Gelandang berkewarganegaraan Jerman ini tak terima atas kartu merah yang ia terima itu. Saat dikartu merah, lantas ia berkata pada sang wasit, "Perempuan tak memiliki tempat di sepakbola pria."

Wasit pada laga tersebut memang seorang perempuan, Bibiana Steinhaus. Lebih jauh, ia merupakan satu-satunya wasit perempuan di Jerman yang menjadi wasit di divisi dua Jerman. Ia juga wasit perempuan pertama yang memimpin pertandingan sepakbola pria pada kompetisi resmi. Ia pun merupakan wasit berlisensi FIFA.

Lantas atas insiden tersebut, Demirbay terancam hukuman larangan bermain sebanyak lima pertandingan. Fortuna, kesebelasan yang ia bela pun memberikannya hukuman berupa menjadi wasit di pertandingan sepakbola perempuan.

***

Perempuan atau pria, wasit tetaplah wasit. Steinhaus mendapatkan lisensi FIFA tentunya karena ia memang memiliki kemampuan memiliki jalannya sebuah pertandingan. Untuk bisa memimpin pertandingan divisi dua liga Jerman, ia tentunya berjuang dari bawah.

Sewaktu muda, Steinhaus memang sudah berkecimpung di dunia sepakbola. Bahkan menurut DW, Presiden Klub SV Bad Lauterberg (kesebelasan yang pernah dibela Steinhaus), Klaus Henkel, Steinhaus sering memimpin pertandingan sepakbola antar distrik pada usia 17 tahun.

"Pada suatu masa, ia membuktikan diri dan semuanya berlalu begitu cepat. Pertama ia memimpin pertandingan distrik, kemudian pertandingan resmi, dan sekarang Bundesliga (menjadi wasit keempat)," ujar Henkel.

luebeck.sportbuzzer.de sumber: luebeck.sportbuzzer.de


Steinhaus yang mengikuti jejak sang ayah sebagai wasit sudah menjadi wasit profesional sejak 1999. Selama dua tahun, ia memimpin pertandingan-pertandingan WomenÃ?â??s Bundesliga. Setelah itu, kepercayaan federasi sepakbola Jerman tumbuh dan menjadikannya sebagai salah satu wasit di Regionalliga, divisi empat liga Jerman.

Meski sejak 2001 sudah mulai memimpin laga-laga sepakbola pria di divisi empat Jerman, Steinhaus yang juga pernah bermain untuk SV Bad Lauterberg beberapa kali memimpin pertandingan sepakbola perempuan seperti final WomenÃ?â??s DFB Pokal pada 2002/2003. Konsistensinya menekuni dunia perwasitan pun membuatnya menjadi wasit berlisensi FIFA pada 2005.

Namun di samping kesibukannya sebagai wasit, pada 2007 ia mulai menjalani profesi ganda dengan menjadi polwan. Hingga saat ini, sehari-harinya ia mengamankan negara bagian Jerman, Lower Saxony ketika ia tak memimpin pertandingan. Ia pun rela memilih lembur untuk mengganti waktunya ketika harus meninggalkan tugasnya sebagai polisi.

Perempuan berusia 36 tahun ini tak mau ambil pusing dengan pandangan orang-orang tentang dirinya yang memiliki dua profesi. Ia merasa tak perlu menanggapi kritik tersebut karena ia bisa memposisikan diri kapan dirinya sebagai wasit, kapan dirinya sebagai petugas kepolisian.

"Anda harus memperoleh keahlian, menginternalisasikannya, mengaplikasikannya sesuai dengan hukum dan membuat keputusan," tulisnya dalam situs akademi polisi ketika ditanya tentang profesinya tersebut.

Dua profesi ini benar-benar tak menghambat kariernya. Laga-laga bergengsi pun kemudian ia pimpin sepanjang kariernya. Dimulai dari FIFA WomenÃ?â??s World Cup U20 2008, UEFA WomenÃ?â??s Euro 2009, dan FIFA WomenÃ?â??s World Cup U20 2010. Dari situ, barulah ia diangkat menjadi wasit divisi dua liga Jerman pada 2011.

Pada tahun yang sama, wasit terbaik Regionalliga musim 2007-2008 ini pun terpilih menjadi satu dari 16 wasit yang memimpin FIFA WomenÃ?â??s World Cup 2011. Setelah menjalani dua pertandingan di babak grup, ia kemudian dipercaya memimpin laga final yang mempertemukan Jepang dan Amerika Serikat.

Laga Jepang melawan Amerika Serikat kembali memberikannya kesempatan untuk memimpin laga final. Pada 2012, kedua kesebelasan bertemu untuk memperebutkan medali emas di Olimpiade yang digelar di London, Inggris.

Tekanan demi tekanan memang dengan mudah ia lalui. Sempat diragukan bisa memimpin pertandingan divisi dua dengan baik karena ditonton oleh ribuan bahkan puluhan ribu penonton (karena sepakbola perempuan rata-rata dihadiri ratusan atau 1000-an penonton), ia nyatanya tak masalah.

"Saya pikir sungguh luar biasa ketika pada Mei [2011] Komisi Wasit menunjuk saya untuk memimpin pertandingan pembuka yang tiketnya terjual habis di Berlin (pertandingan divisi dua liga Jerman antara Hertha Berlin menghadapi Augsburg). 74 ribu penonton memenuhi Olympia Stadium Berlin. Perasaannya sama seperti saat memimpin laga pembuka Piala Dunia Perempuan," ujar Biabiana ketika diwawancarai Spiegel.

Terbukti hingga saat ini Steinhaus jarang melakukan kesalahan-kesalahan ketika memimpin pertandingan. Sudah hampir lima tahun ia memimpin divisi dua liga Jerman. Bahkan apa yang dilakukannya menginspirasi perempuan-perempuan lainnya untuk mulai menjalani profesi sebagai wasit.

"Pada kenyataannya, dua rekan perempuan di sekolah saya sudah memimpin wasit di divisi empat. Sementara rekan perempuan saya yang lain, akan promosi pada musim depan. Seperti yang anda lihat, banyak hal yang berkembang," tambahnya.

Baca juga: Elena Tambini, Model Cantik Calon Wasit Serie A



Manajer asal Jerman yang kini menukangi Liverpool, Jurgen Klopp, pernah pula memuji Steinhaus ketika ia masih menukangi Borussia Dortmund pada 2011 lalu, "Waktunya selalu tepat bagi wasit perempuan. Karena gender tentu bukan hal yang utama," ucapnya pada DW.

sumber: haz.de sumber: haz.de


Sementara itu, berkat jasanya pula FIFA mulai peduli pada dunia perwasitan perempuan. Melihat kemampuan Steihuis memimpin pertandingan, FIFA pun meningkatkan jumlah wasit perempuan yang pada 2011 hanya berjumlah 2% dari total 80 ribu wasit.

foto: listslist.com

Komentar