Industri sebagai Penyebab Tabiat Buruk Pemain Muda

Cerita

by redaksi

Industri sebagai Penyebab Tabiat Buruk Pemain Muda

Sepakbola telah menjadi bagian dari kapitalisme baru. Putaran uang yang cepat dan besar, serta terus bertambah, membuat sepakbola menjadi salah satu cara untuk mendapatkan kekayaan dengan cepat. Dan kekayaan serta kemewahan itu seringkali datang terlampau dini.

Di Inggris, para pesepakbola muda bertalenta sering dianggap "dieksploitasi" bukan hanya oleh industri sepakbola, tapi juga oleh orang tuanya sendiri. Para orang tua cenderung lebih memilih untuk berhenti bekerja ketika sang anak sudah mendapatkan bayaran 10 ribu poundsterling per minggu.

Sang anak yang biasanya sudah mendapat tawaran kontrak sejak usia 15 tahun ini sering kebingungan untuk menentukan masa depannya. Karena itu para orang tua mereka yang mengambil alih urusan kontrak. Dan dalam kontrak itu, mereka bisa memasukkan beberapa persen bayaran sang anak untuk mereka.

FA sendiri berpendapat bahwa praktik seperti ini adalah atas permintaan klub agar para pemain muda mereka tak dicuri tim lain. Adanya kontrak membuat para pemain muda tersebut memiliki keterikatan dengan klub. Dan lebih penting lagi, semakin tinggi bayaran seorang pemain, maka semakin mahal pula biaya yang harus dikeluarkan sebuah tim untuk merekrut pemain tersebut.

Bayaran tinggi ini nyatanya menimbulkan sisi negatif bagi pemain itu sendiri. Tak sedikit dari mereka yang sudah merasa menjadi bintang karena mendapatkan bayaran mahal dari klubnya. Pada sebuah pertandingan FA Youth Cup, seorang bek muda berkata pada penyerang tim lawan, “Kau sedang dijaga oleh pemain dengan gaji 30 ribu pounds per minggu.”

Hal itu menjadi kengerian tersendiri bagi manajer Liverpool, Brendan Rodgers. Oleh karena itu, ia mengkritik Premier League yang membiarkan tim-tim memberikan kemewahan pada para pemain mudanya.

“Terlalu dini untuk memberikan bayaran tinggi pada para pemain muda. Karir mereka terancam akan merosot,” kata Rodgers. “Ini menjadi masalah bagi pesepakbola Inggris. Gaji tinggi membuat mereka kehilangan motivasi. Mereka akan lebih memikirkan uang, dan melupakan permainan sepakbolanya.”

Apa yang dikatakan Rodgers tersebut selaras dengan apa yang terjadi saat ini. Misalnya saja karir Wilfried Zaha yang menjadi tak menentu setelah bergabung bersama Manchester United. Zaha lebih memilih bergabung bersama United padahal ia tahu lini depan United memiliki pemain-pemain seperti Robin van Persie, Wayne Rooney, Danny Welbeck, Javier Hernandez, dan Adnan Januzaj. Namun karena gaji besar, ia pun rela hanya menjadi pemain cadangan.

Menurut Vincent Kompany, bek asal Belgia yang bermain untuk Manchester City, hal seperti ini boleh saja dilakukan. Hanya saja ketika seorang pemain menginjak usia 18 atau 19 tahun, pemain tersebut harus berani bermain di luar Inggris agar untuk melatih kedewasaan dan pengalaman pemain tersebut.

Sepakbola Inggris kerap dijadikan contoh bagaimana industri sepakbola melahirkan ekses yang tidak menyenangkan bagi para pemain muda. Jika Inggris tak cepat mengantisipasi fenomena ini, maka uang akan terus menggerogoti para pemain mudanya. Dan pada akhirnya, Inggris akan terus menjadi tempat di mana banyak talenta yang terbuang karena matang kelewat cepat dan layu juga dengan sama cepatnya.

foto: talksport.com

[ar]

Komentar