Di Matteo dan Ujian yang Belum Usai

Berita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Di Matteo dan Ujian yang Belum Usai

Selasa, 7 Oktober 2014, Roberto Di Matteo resmi menjadi pelatih kepala FC Schalke 04. Karena penunjukannya bertepatan dengan masa jeda internasional, ia harus menunggu selama sebelas hari untuk menjalani pertandingan pertamanya bersama Schalke.

Penantian yang tidak sia-sia. Di laga perdananya sebagai juru taktik die Koenigsblauen, Di Matteo berhasil mempersembahkan tiga poin. Schalke menang meyakinkan dengan skor 2-0 melawan Hertha Berlin lewat gol-gol yang dicetak oleh Klaas Jan Huntelaar dan Julian Draxler.

Jika Anda tidak menjadi saksi kemenangan perdana Schalke bersama Di Matteo, tak usah khawatir. Pandangan kolumnis Spielverlagerung, Constantin Eckner dalam analisa pertandingan Schalke-Hertha dapat menjelaskan semuanya. Secara gamblang, Eckner menyebutkan bahwa kemenangan Schalke adalah kemenangan yang paradoks.

Secara hasil akhir memang oke, namun Schalke tidak bermain cantik. Mereka menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bertahan. Untuk urusan itu, Schalke terbilang sukses. Mereka berhasil mencatatkan clean sheet.

Sedikit catatan, pelatih Schalke sebelumnya, yakni Jens Keller hanya mampu membawa Schalke menjaga keperawanan gawang sebanyak satu kali dalam tujuh pertandingan. Di Matteo, di lain pihak, sudah berhasil menyamai pencapaian kecil Keller pada usaha pertama.

Perbedaan begitu nyata terasa. Bersama Keller, Schalke bermain begitu mengalir dan menempatkan banyak pemain di daerah permainan lawan. Namun strategi seperti itu meninggalkan banyak lubang di mana-mana. Apalagi, Schalke tidak memiliki gelandang bertahan berkelas. Bersama Di Matteo, Schlake sangat padat dan sulit ditembus.

Permainan Schalke tidak indah, namun mereka mendapatkan apa yang mereka butuhkan, yakni kemenangan.

Ada saja yang memandang kemenangan ini sebagai hal yang biasa. Pendapat seperti itu tidak bisa begitu saja dibantah, karena performa Hertha memang sedang naik-turun. Lagipula, Hertha bukan FC Bayern Munich ataupun BV Borussia Dortmund.

Baik Bayern maupun Dortmund adalah pesaing terberat Schalke untuk dua alasan berbeda. Jika memang Di Matteo mau membuktikan diri, ya buktikanlah di empat laga melawan keduanya. Lebih greget. Hasilnya pun (jika memuaskan) akan mendapatkan apresiasi yang lebih baik.

Namun dua dari empat ujian terbesar Schalke di Bundesliga sudah diambil oleh Keller. Menjamu Bayern di pekan kedua Bundesliga musim ini, Schalke mampu memaksakan hasil imbang setelah tertinggal terlebih dahulu. Sedangkan Dalam Revierdervy, derby terpanas di Jerman, Keller berhasil membawa pasukannya meraih hak untuk menyombongkan diri. Schalke keluar sebagai pemenang di pertandingan melawan Borussia Dortmund dengan skor 2-1.

Kesempatan serupa baru akan dijalani oleh para pemain Schalke di bulan Februari tahun depan. Allianz Arena, kandang Bayern, akan mereka sambangi pada tanggal 3. Lawatan ke Dortmund sendiri baru akan dilakukan pada hari terakhir di bulan yang sama.

Para pemain sah-sah saja menaruh laga melawan Bayern dan Dortmund di tempat yang isimewa. Namun tak perlu Di Matteo menunggu hingga bulan Februari untuk membuktikan diri. Semua ujian yang ia perlukan sudah berada di hadapannya. Nyata-nyata, Horst Heldt selaku CEO Schalke menegaskan bahwa alasan dibalik penunjukkan Di Matteo adalah pencarian konsistensi.

Ada sepuluh laga yang harus dihadapi oleh Di Matteo sebelum berhadapan dengan Bayern. Itu di Bundesliga saja. Artinya, sebelum laga pembuktian melawan Bayern saja, ada sepuluh ujian berat yang harus ia hadapi.

Sebagai catatan, pertandingan melawan Bayern adalah laga pembuktian yang lebih istimewa ketimbang pertandingan derby di rumah Dortmund. Karena pada 19 Mei 2012, Di Matteo berhasil mengalahkan Bayern di kandang mereka. Ia tentunya ingin mengulangi memori manis tersebut. Kenangan manis bersama Chelsea.

Komentar