Peperangan Rooney Bersama Derby County

Analisis

by Redaksi 15

Redaksi 15

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Peperangan Rooney Bersama Derby County

Selamat datang di medan perang, Wayne Mark Rooney! Setelah menghabiskan 10 bulan di Ibu Kota Amerika Serikat, Washington, D.C., Rooney kembali ke Inggris untuk membela Derby County. Debut Rooney melawan Barnsley (3/1) sudah ditunggu sejak Agustus 2019. Menandatangani kontrak satu setengah tahun di Pride Park, Rooney diminta melakukan banyak hal untuk Derby County. Tak hanya sebagai pemain, tapi juga pelatih.

Peran besar Wazza –julukan Rooney- pun langsung terlihat di pertandingan pertamanya. Mengemban tugas sebagai kapten tim, menggantikan Curtis Davies, Rooney langsung memperlihatkan kontribusinya dengan mengarsiteki gol the Rams. Ia Membantu Derby meraih kemenangan beruntun pertama mereka di musim 2019/2020. Tentu bukanlah debut yang buruk untuk Wazza. Setidaknya itulah impresi yang ingin dibentuk oleh pihak klub.

Padahal, bermain sebagai gelandang dalam formasi 4-4-2 arahan Phillip Cocu, Rooney hanya membuat dua peluang, melepas satu tembakan yang gagal menemukan sasaran, dan mencatat 30 operan akurat. Hanya 17 dari 30 operan itu mengarah ke daerah pertahanan Barnsley. Sisanya ia kembalikan ke daerah pertahanan Derby.

Ini tentu bukan murni kesalahan Rooney. Sejak mengambil alih Derby County dari Frank Lampard, Cocu memang lebih senang memaksimalkan sisi lapangan untuk membangun serangan. Area tengah lebih ia gunakan untuk menjaga kestabilan. Menutup lubang yang ditinggalkan para bek sayap ataupun sebagai titik awal daur ulang serangan.

Dengan gaya permainan seperti itu, wajar apabila Rooney sebagai gelandang tak banyak terlibat dalam serangan the Rams. Lagipula, kehadiran Rooney di atas lapangan bukanlah untuk menambah daya gedor tim. Dirinya lebih berperan untuk mengatur dan mengatrol kondisi moral pemain lain. Pasalnya sejak the Rams kehilangan Richard Keogh karena ugal-ugalan di jalanan dan kecelakaan, mereka kehilangan sosok pemimpin.

Bukan merendahkan Davies, bek keturunan Sierra Leone itu sudah menunjukkan kemampuannya sejak masih membela West Bromwich Albion. Dipercaya memimpin the Baggies di awal musim 2006/07, dia bahkan tercatat sebagai kapten termuda kedua dalam sejarah klub. Sejak saat itu, Davies tidak pernah lepas dari kandidat kapten. Aston Villa, Birmingham, Hull City, semua pernah mempercayakan jabatan kapten kepada Davies. Sekalipun hanya sebagai wakil ataupun kapten ketiga tim.

Namun Keogh merupakan salah satu pemain paling setia yang dimiliki Derby. Membela klub sejak 2012, memiliki lebih dari 350 penampilan, dan tiga kali terpilih sebagai pemain favorit suporter klub di akhir musim. Sementara sejarah Davies sudah membuktikan bahwa dirinya bukanlah pemain yang setia. Bisa membela empat kesebelasan asal Midlands dan tiga di antara mereka adalah rival.

Rooney lebih pas untuk menggantikan Keogh yang terpaksa dipecat oleh Derby. Sama seperti Davies, Wazza juga sudah berkali-kali menjabat sebagai kapten tim. Ia mungkin hanya memiliki kontrak satu setengah tahun di Pride Park, tapi setelah perjanjian itu berakhir pun, ia akan tetap terlibat di ruang ganti tim sebagai pelatih.

Cocu merasa Rooney merupakan kapten terbaik yang pernah dimiliki Tim Nasional Inggris. Hal ini membuat keputusan untuk mengganti Davies jadi lebih mudah. “Itu adalah keputusan yang masuk akal”, jelas Cocu setelah pertandingan. Kepemimpinan Rooney pun langsung terlihat di atas lapangan. Will Unwin dari Guardian mengatakan bahwa Rooney seperti berperan sebagai sutradara di atas lapangan. Melihat statistiknya, anggapan itu bukanlah sesuatu yang berlebihan.

https://twitter.com/SkyBet/status/1213032206278545408">

Memasuki usia senja sebagai pesepakbola, Rooney tetap akan memiliki dampak besar untuk Derby County. Mungkin tidak terlalu terlihat, tapi ia akan, bahkan sudah memberikan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh the Rams saat ini. “Latihan adalah sesuatu yang sangat penting. Saya harus tahu ke mana pemain-pemain lain bergerak, bagaimana mereka berlari, kebiasaan apa saja yang muncul di atas lapangan. Chris Martin dan Jack Marriot (dua penyerang Derby County) punya kebiasaan yang berbeda,” jelas Rooney kepada the Athletic.

Dari ungkapan tersebut Rooney seakan terlihat sebagai pemain yang tidak egois. Lebih memilih untuk mempelajari pergerakan rekan-rekan satu timnya dibandingkan meminta mereka mengikuti gaya main dia. Padahal, ada masanya Rooney menolak untuk bermain di divisi dua Inggris. Lebih memilih pergi ke Amerika Serikat dan membela DC United. Bersama DCU, Rooney adalah pusat dari segalanya. Ia bahkan masih berperan sebagai penyerang. Tidak mengisi lini tengah seperti di Derby.

Waktu mungkin mengubah sudah Rooney. Talenta Rooney sebagai gelandang sebenarnya sudah dilihat sejak Sir Alex Ferguson menangani Manchester United. Ia bahkan merasa Rooney bisa menjadi penerus Paul Scholes di lini tengah Manchester merah. Tapi ketika dirinya diminta untuk mengisi posisi tersebut, ia sering terlihat setengah hati. Tetap ingin fokus menyerang.

Sementara di Pride Park, walau bertingkah bagaikan Sutradara dan menjadi pemain yang paling sering menguasai bola, Rooney tetap menjalankan tugasnya sebagai penyeimbang. Tidak semena-mena berlari ke depan, menyerang. Ini adalah keputusan yang positif dari Rooney. Pasalnya, gelandang ada tempat terbaik yang disiapkan Cocu untuk dirinya. Ego juga tidak akan membantu kariernya di divisi dua Inggris yang dikenal sebagai medan perang.

https://twitter.com/Joey7Barton/status/334408990370971648">

Masalah utama dari kehadiran Rooney lebih berdampak di luar lapangan. Dipercaya mendapatkan 50 ribu Paun per pekan di Derby County, Rooney adalah pemain dengan gaji terbesar di Pride Park. Lebih dari Tom Lawrance yang sebelumnya menjadi pemain Derby County dengan pendapatan terbesar, 30 ribu Paun per pekan.

Setelah gagal meraih tiket promosi ke Liga Primer Inggris 2019/2020, direksi klub sedang berusaha untuk membebaskan klub dari hutang. Termasuk melepas Frank Lampard ke Chelsea dan menjual hak Pride Park. Menurut artikel the Times pada Maret 2019, Derby County memiliki hutang sampai 95,6 juta Paun. Padahal sebelumnya mereka berhasil mengurangi hutang hingga hanya 50 juta Paun. Melepas Lampard dan hak kepemilikan Pride Park tentu memberikan klub pemasukan lebih. Masalahnya, seminggu sebelum Rooney mendarat, terungkap bahwa Derby County telah menunggak gaji pemain.

Menurut berbagai laporan yang beredar, gaji besar Rooney ini kemudian dijadikan kambing hitam oleh pemain yang bersangkutan (entah siapa). Padahal, jika ditarik ke belakang performa Derby County yang jauh di bawah harapan merupakan alasan utama mereka memiliki masalah finansial, bukan Rooney.

Waktu kesepakatan dengan Rooney diumumkan pada musim panas 2019, the Rams sedang dalam optimisme tinggi. Walaupun gagal promosi, mereka tetap mendapat pemasukan lebih karena bisa mencapai fase tersebut. Punya tiga pertandingan lebih banyak dan semuanya disiarkan, jelas memberi suntikan dana untuk klub. Kesuksesan tersebut juga berpeluang mengangkat nilai siaran Derby County di 2019/2020. Jika melihat laporan keuangan 2017/18, setidaknya lebih dari 8,3 juta Paun dikantongi Derby County untuk siaran 2018/19 dan 2019/20. Tapi siaran televisi bukan satu-satunya sumber pemasukan klub.

Lampard menjadi nilai jual utama Derby County selama 2018/19. Nama besar yang ia miliki saja sudah jelas membantu nilai Derby County secara komersial. Performa mengesankan Mason Mount dan kawan-kawan tentu menambah nilai itu dan membawa lebih banyak pengunjung ke Pride Park. Tapi di 2019/20, Derby yang memiliki target untuk melanjutkan momentum mereka bersama Cocu justru duduk di peringkat 17 klasemen sementara EFL Championship. Hanya meraih delapan kemenangan, termasuk debut Rooney, dari 26 laga yang sudah tersaji.

Cocu sudah kehilangan kepercayaan dari para pendukung Derby County. Rooney sebagai pemain tenar yang kemampuannya sudah diakui dunia bukan hanya harus membantu the Rams menjadi lebih baik di atas lapangan. Sebagai pemain sekaligus pelatih, hal itu sudah menjadi tanggung jawab Wazza. Ia juga harus membantu Derby County untuk mengembalikan kepercayaan pendukung mereka, menarik massa ke Pride Park dan menambah nilai komersial klub.

Langkah pertama sudah dilakukan Rooney dengan menerima nomor punggung 32 dari the Rams. Itu adalah langkah bisnis dari klub untuk memenangkan hati sponsor utama klub, rumah judi 32Red. Laga debut Rooney disaksikan langsung oleh 27.782 pasang mata di Pride Park. Sebuah peningkatan besar bagi klub, mengingat terakhir kali mereka melihat lebih dari 27 ribu penonton adalah November 2019, melawan Preston North End.

Tapi Rooney tahu bahwa status bintang yang dimilikinya tidak akan memberi dampak terlalu lama untuk klub. Ia pun mengincar zona play-off promosi bersama Derby County. “Kita hanya delapan poin dari zona play-off. Itu adalah angka yang realistis untuk dikejar. Jika konsisten, kita bisa mencapainya,” kata Wazza kepada Guardian.

Promosi akan memberikan suntikan dana sekitar 90 juta Paun untuk Derby County. Bisa jadi ratusan juta tergantung nasib mereka di Liga Primer Inggris nantinya. Tiket promosi jelas menjadi target the Rams dan Rooney datang untuk membantu mereka mencapainya. Langsung dari barisan terdepan di dalam ataupun luar lapangan!

Komentar