Arab Saudi Raksasa Olahraga Baru?

Internasional

by Arienal A Prasetyo

Arienal A Prasetyo

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Arab Saudi Raksasa Olahraga Baru?

Putra mahkota Arab Saudi Mohammed Bin Salman mengatakan jika sportwashing akan meningkatkan PDB negaranya sebesar 1%, maka Arab Saudi akan terus melakukan sportwashing. Komentar ini ia lontarkan setelah isu tudingan sportwashing dilontarkan oleh berbagai pihak kepada negara tersebut.

Sportwashing merupakan sebuah upaya yang dilakukan korporasi atau lembaga tertentu untuk mengaburkan kesalahan yang mereka lakukan melalui olahraga. Saudi dinilai menggunakan olahraga untuk mengaburkan kejahatan kemanusiaan yang mereka lakukan. Muka Saudi makin tercoreng di mata internasional setelah pembunuhan Jamal Khashoggi, jurnalis yang kerap mengkritik kerajaan pada 2018.

Dengan menggunakan olahraga, Saudi ingin membentuk citra negara yang baik di mata internasional. Pernyataan Raja Salman semakin meneguhkan ambisi negara tersebut untuk menjadi raksasa olahraga dunia.

Bukan Hanya Piala Dunia 2034

Saudi ditunjuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034 setelah Australia mundur dalam proses bidding. Di tahun yang sama, Saudi juga ditunjuk menjadi tuan rumah Asian Games dengan Riyadh sebagai kota utamanya.

Di tahun 2029, Saudi juga akan menjadi tuan rumah Asian Winter Games, sekaligus menjadi negara Timur Tengah pertama yang menjadi tuan rumah turnamen empat tahunan tersebut.

Selain itu, Saudi juga akan menjadi tuan rumah Piala Asia 2027 dan mengajukan proses bidding untuk menjadi tuan rumah AFC Asian Women Cup 2026. Agenda terdekat adalah, Jeddah akan menjadi tuan rumah Piala Dunia Antarklub yang akan dihelat pada 12-22 Desember mendatang.

Berbagai sarana olahraga dibangun secara besar-besaran. New Olympic Village di Riyadh direncanakan selesai dibangun pada Desember 2024. Proyek senilai kurang lebih satu setengah Triliun itu meliputi berbagai fasilitas arena olahraga indoor maupun outdoor hingga pusat kebugaran dan pendidikan.

Sebuah komplek olahraga juga dibangun di kota Qiddiya, mulai dari arena gimnastik hingga atletik, termasuk pembangunan sirkuit yang rencananya akan digunakan dalam balap Moto GP pada 2024 mendatang.

Saudi juga sedang membangun kota masa depan bernama Neom, sebuah kota yang dirancang untuk menciptakan arena olahraga yang didukung oleh teknologi canggih. Namun, banyak kritik atas pembangunan Neom, di mana banyak rumah warga digusur dan hukuman bagi siapa saja yang menentang pembangunannya.

Ambisi Saudi untuk berinvestasi di dunia olahraga dimulai pada 2016, ketika misi bertajuk Arab Vision 2030 diluncurkan. Arab Vision 2023 merupakan upaya Bin Salman untuk mengurangi ketergantungan Arab Saudi terhadap minyak dan mulai membangun sektor pendidikan, pariwisata, dan olahraga. Di sisi lain, upaya-upaya di bidang olahraga disinyalir sebagai upaya sportwashing atas berbagai kejahatan kemanusiaan di Arab Saudi.

Upaya menggunakan sepakbola sebagai investasi dimulai dengan mengakuisisi klub Premier League, yakni Newcastle United pada 2021 melalui Public Investment Fund (PIF). Lembaga tersebut juga memutuskan untuk mengelola 75% kepemilikan empat klub Saudi Pro League (SPL), yakni Al Ittihad, Al Ahli, Al Nassr, dan Al Hilal. Tidak mengherankan apabila 4 klub tersebut mendatangkan banyak pemain dari liga-liga Eropa dengan dana yang tak terbatas.

Merujuk data yang diterbitkan oleh Ernst & Young pada 2021, pendapatan dari industri olahraga Arab Saudi pada 2019 berada di angka US$2,8 Miliar atau sekitar 44 Triliun. Angka tersebut barulah setara 0,9% dari pendapatan industri olahraga secara global.

Dana Tak Terbatas dari PIF

PIF memainkan peran penting dalam gurita bisnis olahraga Arab Saudi. Selain mengelola empat klub SPL, gelontoran dana PIF juga membanjiri Newcastle United. Beberapa anak perusahaan PIF seperti Noon, Sela, Savvy, Saudi Telecom Company dan SAUDIA menjadi sponsor klub berjuluk The Magpies tersebut.

Gurita sponsor Saudi makin terlihat setelah Visit Saudi menjadi sponsor African Football League yang dihelat pada Oktober 2023. Ini semakin menunjukkan hubungan saling membutuhkan antara Saudi dengan Asosiasi Sepakbola Afrika (CAF). Pada Mei 2023 silam, Saudi dan CAF menandatangani kerja sama pembangunan sepakbola Arab Saudi dan Afrika dengan durasi lima tahun.

Menurut jurnalis investigasi olahraga Phillipe Auclair dalam liputannya yang tayang di Josemarfootball-com, kerja sama itu merupakan cara strategis Arab Saudi untuk diam-diam mengamankan suara yang diperlukan untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034.

Selain itu, Visit Saudi juga sudah menjalin kerja sama dengan LaLiga, dan Saudi akan menjadi tuan rumah ajang Piala Super Spanyol hingga 2029 mendatang dengan kontrak senilai 34 juta dolar AS per tahun.

Visit Saudi juga menjadi sponsor bagi Dakar Rally dan Liga Super India. Bahkan pada Januari 2024 mendatang, Saudi juga akan menggelar turnamen Dakar.

***

Sulit untuk tidak mengaitkan ambisi besar Arab Saudi di bidang olahraga dengan pengekangan kebebasan berpendapat yang terjadi di negara tersebut. Pada Agustus 2022, Saudi menghukum Salma al-Shehab, kandidat PhD Universitas Leeds hanya karena me-retweet cuitan seorang aktivis di media sosial X dengan hukuman penjara selama 34 tahun.

Saudi juga menghukum mati tiga lelaki dari suku Howeitat, yakniShadly Ahmad Mahmoud Abou Taqiqa al-Huwaiti, Ibrahim Salih Ahmad Abou Khalil al-Huwaiti, dan Atallah Moussa Mohammed al-Huwaiti, karena menolak proyek pembangunan Neom yang akan menggusur tanah mereka. Selain hukuman mati, Saudi juga menjatuhkan hukuman penjara pada beberapa lelaki suku Howeitat yang menolak proyek tersebut.

Tampaknya tindakan pengekangan kebebasan kepada rakyat Saudi akan terus terjadi selagi Saudi tidak mengurangi hasratnya untuk menjadi raksasa olahraga dunia.

Komentar