Analisis El Clasico: Comeback Real Madrid di Menit Akhir

Analisis

by Aulia Taqiaturrahmah

Aulia Taqiaturrahmah

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Analisis El Clasico: Comeback Real Madrid di Menit Akhir

Pertandingan masih dini saat Ilkay Guendogan mencetak gol El Clasico pertamanya pada menit ke-6. Barcelona yang menjadi tuan rumah di Estadi Olímpic Lluís Companys, Sabtu (28/10) menguasai pertandingan hingga 60 menit. Di lain pihak, Real Madrid yang bermain defensif kesulitan mengejar ketertinggalan. Lalu, pada menit ke-68, Jude Bellingham menyamakan kedudukan.

Ketika laga nampak akan berakhir imbang, El Real menyabet tiga poin lewat tap-in Bellingham di injury time babak kedua, menghukum Barca yang berkali-kali gagal mengonversi peluang meski unggul lebih dulu.

Analisis Barcelona

Blaugrana turun dengan formasi 3-4-1-2 di atas kertas. Ketika menyerang, Barca melibatkan lima sampai enam pemain dengan tumpuan Ferran Torres dan Fermin Lopez di sektor tengah. Ketajaman duet pemain muda Spanyol itu sukses membuat Madrid kewalahan. Sementara Joao Felix yang diplot sebagai penyerang, lebih banyak berada di halfspace. Pemosisian eks striker Atletico Madrid itu memaksa lini pertahanan Los Blancos merenggang.

Di balik garis tengah, ujung tombak La Blaugrana menghadapi Aurelien Tchouameni dan Toni Kroos. Nama pertama memainkan peran pivot tunggal dan tanpa tandem sebagai holding midfielder. Ia kewalahan menghadapi duet Fermin dan Ferran. Ditambah Kroos yang kalah cepat–meskipun dia bergerak lebih fluid, situasi lini tengah didominasi tim tuan rumah.

Di belakang, Madrid harus merenggang demi keamanan lini pertahanan terakhir mereka. Namun pelebaran jarak antarpemain bertahan menciptakan celah yang terekspos penyerang-penyerang Barcelona. Melalui skenario inilah gawang Kepa Arrizabalaga jebol lebih dulu. Gundo, dari lini kedua, dengan mudah melenggang di antara Dani Carvajal dan Antonio Rudiger. Memanfaatkan backpass Tchouameni–hasil intersep dari Ferran–yang terlalu deras sehingga tidak sampai ke David Alaba, nama Gundo menjadi yang pertama tercatat di papan skor.

Formasi Barca menjadi 3-2-5 ketika menyerang, hanya menyisakan lini belakang dikawal Andreas Christensen, Inigo Martinez, dan Alejandro Balde atau Ronald Araújo, tergantung kecondongan shape sang rival. Gavi di pusat formasi menjaga ruang yang ditinggal Gundo jika dia maju. Fullback mereka, Joao Cancelo, overlap untuk mengisi sayap kanan, dan Felix di sayap kiri, memberikan Ferran dan Fermin keleluasaan menguasai sektor tengah lini terdepan. Penerapan garis pertahanan tinggi serta jarak antarlini sedemikian rupa sehingga pergerakan anak asuh Xavi efektif saat butuh transisi cepat.

Barcelona bertahan dalam formasi 4-4-2. Di sayap kanan, penjagaan Araujo secara efektif mampu mengunci mobilitas Vinicius Jr. dan di kiri, Balde meredam pergerakan Rodrygo. Praktis kedua winger Los Galacticos seolah hilang sepanjang pertandingan. Efektivitas lini belakang Barca ini tercapai berkat compactness La Blaugrana di sektor tengah terjaga, tanpa terprovokasi kelebaran lawan. Araujo maupun Balde hanya akan melebar untuk mematikan sayap-sayap Madrid.

Sementara itu, Los Blancos menitikberatkan serangan dari sektor flank, terutama mengandalkan kecepatan VIni–yang dikantongi Araujo terus-terusan. Gempuran dari samping yang buntu ditambah duel di tengah-tengah yang tak sampai membuat klub ibu kota itu menembus pertahanan Barca, mencegah Madrid mencapai kotak penalti Andre Ter Stegen.

Analisis Real Madrid

Carlo Ancelotti menurunkan formasi 4-1-3-2 di atas kertas. Tentunya transformasi formasi ini adalah struktur andalan pelatih Italia itu: diamond 4-4-2. Real Madrid bermain defensif dengan pergerakan cair para pemainnya. Meskipun tidak diandalkan tiap kali bertandang oleh statistik historis El Clasico, Madrid hanya sempat tertinggal satu gol.

Kroos mungkin kalah adu fisik dan Tchouameni kewalahan meladeni agresivitas Gundo, Ferran, dan Fermin, tetapi pertahanan Los Blancos boleh dibilang solid. Sayangnya ada harga yang harus ditebus, yaitu pengurangan jumlah penyerang.

Setelah kebobolan sekali, rata-rata posisi pemain Madrid tidak melewati garis tengah. Pergerakan fluid ala Don Carlo ini menyulitkan tuan rumah melepaskan tembakan akurat. Tercatat hanya tiga kali jala Kepa terancam dari 14 percobaan. Mirip seperti permainan defensif Madrid yang menghasilkan empat kali tembakan tepat sasaran dari total 13 bidikan.

Posisi pemain yang relatif saklek hanya Ferland Mendy, Rudiger, dan Alaba. Bek kanan mereka, Carvajal, lebih sering overlap menyejajari Rodrygo yang bergeser ke halfspace. Lini tengah dijaga Kroos dan Tchouameni, bergantian dengan Bellingham yang lebih dibebankan tugas menyerang dan Valverde sebagai gelandang kreatif.

Di fase bertahan, Carvajal turun sampai ke lini belakang. Sementara dalam fase apapun, lini tengah tetap bergerak cair. Dengan kebebasan mobilitas dari Ancelotti, marking pemainnya merepotkan Ferran, Fermin, dan Felix membidik bola. Berkali-kali sepakan mereka terlalu tinggi, melebar, atau malah membentur tiang. Kelebaran yang tetap terjaga saat bertahan dengan memanfaatkan pemain sayap–meski tidak sampai sejajar barisan bek–makin-makin mempersulit memutuskan arah tendangan.

Jika berhasil mengambil alih penguasaan bola, pemain Madrid terlebih dahulu mencari celah dari bentuk formasi Blaugrana sebelum melancarkan progresi. Itulah mengapa serangan tetap sampai ke depan, terlepas dari kepadatan pemain Barca di tengah lapangan.

Adalah Federico Valverde dan Bellingham yang menjadi aktor penting build-up serangan sampai bola terprogresi ke tengah lapangan. Walaupun memang outlet serangan tampak sering melewati sisi Vini, atau sesekali Carvajal sebagai opsi di flank kanan.

Mengurangi pemain saat menyerang sudah pasti menjadi kendala Madrid. Probabilitas bola menggetarkan jala Ter Stegen dari dalam kotak penalti sangat kecil terhalang pertahanan Barca yang merapat ke tengah. Skenario yang diusahakan pun bergeser ke samping antara menggiring bola dari sayap lalu menembak langsung, umpan tarik ke tengah lalu eksekusi dari luar kotak penalti, atau umpan silang dari tengah lalu switch play ke sisi jauh sebelum mengincar gol.



Pergantian Pemain

Sejak Camavinga masuk menggantikan Mendy di menit ke-61, pertahanan Madrid lebih terorganisir. Bellingham lebih leluasa menyerang dengan adanya double pivot. Luka Modric yang menggantikan Kroos kemudian menambah kreativitas. Sedangkan Joselu membantu serangan dari sektor tengah, menjadi solusi kebuntuan Rodrygo yang lebih nyaman bermain di area halfspace.

Madrid memang masih kesulitan menembus lini pertahanan Barcelona, namun setelah menyubstitusi beberapa pemain, serangan mereka lebih variatif. Progresi dari sisi halfspace kanan bergeser ke tengah. Bellingham pun mendapat sokongan kala berduel dengan Fermin, Gavi, dan Gundo.

Gol penyama kedudukan terjadi lepas Madrid mengeksekusi sepak pojok dan pemainnya masih memadati sepertiga akhir. Sontekan keras Vini dari halfspace berhasil diblok Gavi. Sayang Ter Stegen harus merelakan catatan nirbobolnya malam itu ketika pantulan blokade gelandangnya dikonversi menjadi gol lewat dua sentuhan Bellingham. Tembakan kesekian yang dilepaskan dari luar kotak penalti akhirnya berhasil menjadi gol. Cama menjadi aktor penting berkat pemosisiannya di depan VIni saat memenangkan bola liar yang lepas dari kemelut sepak pojok.

Sementara itu, pergantian pemain Blaugrana justru tidak efektif. Xavi memasukkan Lewandowski menggantikan Ferran. Lalu berturut-turut Fermin, Cancelo, dan Felix keluar digantikan Oriol Romeu, Lamine Yamal, dan Rapinha. Keputusan Xavi malah menggoyahkan pertahanan timnya. Terutama sejak Cancelo keluar, winger Madrid jadi lebih mudah melancarkan serangan.

Ketika skor masih menunjukkan 1-1, alumni La Masia itu mengeplot Romeu sebagai gelandang bertahan dan Yamal menemani Lewa sebagai penyerang. Resikonya, jumlah pemain bertahan berkurang dan Romeu kesulitan mengeksekusi perannya menutup serangan di tengah.

Akhirnya Cules mesti menyaksikan klub kebanggan mereka kebobolan lagi lewat skema yang sedari awal pertandingan selalu berhasil dipatahkan. Carvajal menyambut umpan silang Rudiger, lalu meneruskannya ke Modric. Asis dari kapten timnas Kroasia itu mencapai Bellingham yang berhasil menembus jantung pertahanan Barcelona.

Hasil ini membawa Real Madrid ke puncak klasemen sementara La Liga dengan perolehan 28 poin, sama seperti Girona di peringkat kedua. Barcelona dengan 24 poin berada di peringkat ketiga, terpaut dua poin dari Atletico Madrid di peringkat keempat yang masih menyimpan dua pertandingan.


Komentar