Bagaimana Media Membuat El Clasico Menjadi Ronaldo vs Messi

Cerita

by redaksi

Bagaimana Media Membuat El Clasico Menjadi Ronaldo vs Messi

Sejak Cristiano Ronaldo hijrah ke Real Madrid, El Clasico yang merupakan laga sarat gengsi antara Real Madrid melawan Barcelona menjadi tentang Ronaldo vs Lionel Messi, pemain terbaik kedua kesebelasan. Di samping prestasi masing-masing individu, ada pengaruh media yang menjadikan El Clasico diprediksi akan terasa hambar tanpa ada keduanya, seperti yang akan terjadi pada lanjutan La Liga 2018/19, Minggu (28/10).

Ronaldo saat ini sudah hijrah ke Juventus. Messi sementara itu masih di Barca, namun dipastikan absen karena cedera. Laga ini menjadi El Clasico pertama tanpa ada Messi dan/atau Ronaldo sejak 2007.

Bersama Ronaldo dan/atau Messi, El Clasico telah digelar sebanyak 40 pertandingan. Debut Messi di El Clasico terjadi pada pekan ke-31 La Liga musim 2006/07 di Santiago Bernabeu. Pada laga itu, Barcelona dikalahkan oleh Real Madrid dengan skor 2-0 berkat gol Ruud Van Nistelrooy dan Raul Gonzalez. Sedangkan debut El Clasico bagi Ronaldo terjadi pada pekan ke-12 La Liga musim 2009/10 di Camp Nou. Ronaldo masuk menggantikan Karim Benzema pada menit ke-65. Dalam laga itu, Barca berhasil menang dengan skor tipis 1-0 atas sang rival berkat gol Ronaldinho. Pada laga itu pulalah pertemuan pertama antara Messi dan Ronaldo terjadi.

Kehebatan Ronaldo dan Messi memperuncing rivalitas Madrid dan Barca yang telah terjalin sejak berpuluh-puluh tahun lalu. Kedua pemain ini saling kejar dalam perebutan prestasi baik kolektif maupun individu. Diawali dengan Messi yang meraih Ballon d’ Or 4 tahun berturut-turut (2009, 2010, 2011, 2012), Ronaldo membalas raihan Messi dengan 2 Ballon d’or (2013 dan 2014). Kemudian Messi kembali memenangkan Ballon d’ Or tahun 2015. Ronaldo pun membalas kembali raihan Messi dengan 2 Ballon d’Or berturut turut (2016 dan 17). Ronaldo juga meraih empat penghargaa UEFA Best Player bersama Madrid, sedangkan Messi tiga bersama Barcelona.

Tak ayal, Ronaldo dan Messi pun mendominasi jagat sepakbola dunia dalam peraihan gelar pemain terbaik Eropa dan Dunia. Ronaldo dan Messi juga saling berebut gelar El Pichichi (top skor La Liga) setiap musimnya. Karenanya tak ada pemain yang lebih baik dari Ronaldo dan Messi di El Clasico dalam 8 musim terakhir.

Catatan gemilang Ronaldo dan Messi menjadikan El Clasico sebagai rivalitas yang lahir karena latar belakang Spanyol vs Katalunya mulai agak terlupakan. Ronaldo dan Messi menjadikan rivalitas Real Madrid vs Barcelona menjadi lebih sepakbola, bukan tentang gejolak politik Spanyol yang melekat selama berpuluh-puluh tahun.

Media nyatanya berperan besar terhadap "rivalitas" Ronaldo vs Messi dalam El Clasico. Menurut penelitian Maxwell E. McCombs dan Donald L. Shaw, media memiliki kekuatan besar dalam mempengaruhi dan membentuk pola pikir audiens. McCombs dan Shaw juga menerangkan bahwa media massa mempunyai kemampuan untuk membuat masyarakat menilai sesuatu yang penting berdasarkan apa yang disampaikan media. Hal ini dikenal dengan teori agenda setting.

Sementara teori media framing adalah perpanjangan dari teori agenda setting. Beberapa ahli komunikasi sepakat bahwa teori media framing media adalah teori efek media massa yang berpusat pada bagaimana sebuah pesan disajikan kepada khalayak. Robert Entman dalam artikelnya yang berjudul “Framing as a Fractured Paradigm” menyatakan bahwa media melibatkan seleksi dan penekanan agar berita lebih diperhatikan oleh khalayak. Pengertian praktisnya, framing adalah menyusun dan mengemas informasi tentang suatu peristiwa dengan maksud menggiring persepsi dan opini publik.

Teori agenda setting dan teori media framing inilah yang membesarkan Ronaldo vs Messi. Semenjak kehadiran Ronaldo dan Messi di El Clasico, media-media, khususnya di Spanyol, selalu menonjolkan statistik dan prestasi yang diperoleh Ronaldo dan Messi. Tanpa disadari, pola pikir dan pandangan masyarakat mengenai El Clasico pun terpengaruh. Bahkan tak sedikit juga mereka yang menyaksikan El Clasico hanya ingin menyaksikan Ronaldo vs Messi saja.

Tak banyak media yang mengangkat kembali catatan Real Madrid vs Barcelona sebagai kesebelasan atau sejarah El Clasico ketika kedua kesebelasan akan bertanding. Pada akhirnya rivalitas politik dan ideologi menyusut menjadi "rivalitas" Ronaldo vs Messi saja. Bahkan mulai muncul asumsi liar bahwa Ronaldo dan Messi bermusuhan, sementara keduanya saling menyanggah tuduhan tersebut.

Dengan absennya Ronaldo dan Messi pada laga El Clasico kali ini, tentunya pemikiran kolektif mengenai El Clasico sebagai Ronaldo vs Messi memudar. Status Ronaldo dan Messi sebagai pemain terbaik pun mulai disaingi pemain lain, terbaru Luka Modric. Akan tetapi, suka atau tidak, persaingan Ronaldo-Messi pada laga El Clasico akan terus membekas di ingatan para penggila sepakbola di seluruh dunia.

[ham/ar]

Komentar