Arsenal Bisa Kalah Jika Tidak Ada Perubahan

Taktik

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Arsenal Bisa Kalah Jika Tidak Ada Perubahan

Setelah menderita dua pertandingan tanpa kemenangan, Arsenal harus menjamu Manchester City di Stadion Emirates, Kamis (16/1). The Gunners akan tergeser dari posisi puncak jika The Citizens berhasil mencuri poin penuh. Oleh sebab itu, hasil dari pertandingan ini berpotensi menjadi salah satu laga paling penting musim ini.

Man. City tidak pernah menjadi lawan mudah bagi Arsenal. Mereka selalu kalah dalam 10 pertemuan terakhir di Liga Inggris. Terakhir kali Meriam London menaklukan Manchester Biru adalah musim 2015/2016. Kala itu, sang manajer, Mikel Arteta masih terdaftar sebagai pemain.

Gambar 1 - Potensi Sebelas Pertama

Arsenal dipastikan tampil tanpa Gabriel Jesus sehingga posisi penyerang masih milik Eddie Nketiah. Sementara tim tamu tidak memiliki masalah kebugaran. Ada kekhawatiran Erling Haaland absen setelah pada pertandingan sebelumnya bertabrakan dengan Emiliano Martinez.

Josep ‘Pep’ Guardiola juga mengubah formasi dasar pasca jeda Piala Dunia 2022. Awalnya, ia menerapkan 4-3-3 lalu bergeser menjadi 3-4-3. Keputusan tersebut bertujuan untuk menambah agresivitas dan kreativitas ketika menyerang meski harus mengorbankan satu tempat milik pemain bertahan.

Beri Tempat untuk Trossard

Penurunan performa Arsenal sudah mulai terlihat setelah jeda Piala Dunia 2022. Absennya Gabriel Jesus selama hampir dua bulan membuat lini serang The Gunners menumpul. Di sisi pertahanan, dalam empat pertandingan terakhir menderita 77 tembakan dan kebobolan empat gol. Padahal, sebelum jeda tersebut mereka termasuk salah satu pertahanan terbaik dengan catatan tujuh clean sheet dan hanya kebobolan 12 gol.

Untuk memperbaiki aspek serangan dan produktivitas, Arteta perlu melakukan perubahan. Salah satunya adalah dengan memberikan satu tempat untuk Leandro Trossard untuk bermain sejak menit pertama.

Mantan pemain Brighton and Hove Albion tersebut bisa bermain di segala posisi di lini depan sehingga ia bisa menggantikan posisi Nketiah, Martinelli, Saka, dan Odegaard. Tapi, jika berkaca pada kontribusi mereka pada empat pertandingan terakhir, Martinelli dan Nketiah adalah dua pemain yang kontribusinya menurun dan posisinya layak digantikan oleh Trossard.

Nketiah dalam empat pertandingan terakhir tercatat sebagai penyerang dengan percobaan tembakan terbanyak, yaitu 14 tembakan. Tapi, hanya enam tembakan yang menemui sasaran dan hanya menghasilkan dua gol. Martinelli bahkan lebih buruk. Ia melepaskan sembilan tembakan tapi hanya satu yang tepat sasaran.

Jika Trossard mengganti posisi Nketiah sebagai penyerang tengah, satu keunggulan yang bisa ditawarkan pemain asal Belgia tersebut adalah mobilitas. Trossard dengan tubuhnya yang kecil memudahkan nya untuk bergerak dan lepas dari penjagaan lawan. Potensi Trossard melakukan gerakan kejutan di dalam kotak penalti cukup besar. Ia juga memiliki kemampuan untuk berkombinasi di area-area sempit. Kemampuan ini cocok dengan gaya bermain Saka, Martinelli, dan Odegaard yang gemar membongkar pertahanan lawan melalui kombinasi umpan pendek yang cepat.

Tapi, jika Arteta memilih untuk menempatkan Trossard di posisi Martinelli, peran pemain berusia 28 tahun tersebut cenderung mirip. Trossard akan mengandalkan kemampuan giringan bola nya untuk melewati lawan atau menarik perhatian lawan. Sama seperti yang sering dilakukan oleh Martinelli. Oleh karena itu, pilihan ini tidak memberikan dampak signifikan terhadap variasi serangan Arsenal.

Peran Para “Pelayan” Haaland dengan Struktur Baru

Salah satu keuntungan ketika Pep mengubah struktur Man. City dari dua bek menjadi tiga bek adalah memperkaya variasi serangan. Sebelumnya, aspek kreativitas bergantung pada Kevin De Bruyne dan Bernardo Silva atau Ilkay Gundogan. Tapi, kali ini Pep bisa memainkan ketiganya sekaligus.

Ketika membangun serangan, Man. City memulai dari kaki Ruben Dias sementara Aymeric Laporte dan Kyle Walker melebar. Rodrigo dan Bernardo Silva turun mendekat ke arah Ruben Dias untuk membuka opsi umpan ke lini tengah. Haaland, Mahrez, dan Jack Grealish naik cukup tinggi sementara De Bruyne dan Gundogan mengisi area half-space.

Gambar 2 - Struktur Build-Up Manchester City

Struktur di atas berpotensi menyulitkan Arsenal untuk memenangkan pertandingan. Sebab, City memiliki banyak pilihan ke mana arah serangan akan dimulai. Mereka juga tidak perlu khawatir jika Arsenal menerapkan high press dan garis pertahanan tinggi.

Jika Arsenal berusaha menekan dengan empat hingga lima pemain, City diperkirakan mampu keluar dari tekanan tersebut. Walker dan Laporte yang melebar memaksa empat pemain Arsenal yang menekan ikut meregang. Alhasil akan tercipta jalur umpan menuju Rodri atau Gundogan (kotak kuning).

De Bruyne dan Bernardo Silva menjadi pemain yang diharapkan untuk mengirimkan umpan-umpan kunci di dalam kotak penalti. Ketika Gundogan atau Rodri berhasil membawa bola ke area pertahanan lawan, De Bruyne dan Bernardo dapat bergeser ke area yang lebih berbahaya, half space.

Pada area tersebut, mereka cukup leluasa untuk berkreasi melayani Haaland baik dengan umpan terobosan, early cross, atau melepaskan tembakan dari luar kotak penalti. Grealish dan Mahrez di sisi sayap juga bisa mengancam dengan berbagai cara. Umpan silang ke kotak penalti, umpan mendatar ke lini kedua, atau mencoba melewati lawan dengan giringan bola. Banyak pilihan.

Meski menambah daya serangan, Pep tetap membutuhkan keseimbangan. Ia akan mengandalkan Rodri untuk yang ditugaskan untuk tetap berada di depan lini belakang mengantisipasi serangan balik lawan. Peran yang Rodri mainkan sangat penting dan berisiko besar. Tapi, dengan atribut dan pengalaman yang ia miliki, Pep percaya Rodri mampu menjalankan tugas tersebut dengan baik.

Komentar