Haaland Terisolasi, Spurs Menggagalkan City Mendekati Arsenal

Analisis

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Haaland Terisolasi, Spurs Menggagalkan City Mendekati Arsenal

Manchester City gagal memperpendek jarak dengan puncak klasemen setelah kalah dari Tottenham Hotspur dengan skor 1-0 Minggu (5/2). Gol tunggal dari Harry Kane (16’) membawa Spurs ke gerbang kemenangan sekaligus menggenapkan 200 gol nya di Liga Inggris dan resmi menjadi pencetak gol terbanyak The Lilywhites sepanjang masa.dengan rekor 267 gol.

Kedua tim turun dengan skema yang hampir sama. Tuan rumah konsisten dengan format dasar 3-4-3 menempatkan Kane, Son Heung-min, dan Dejan Kulusevski di lini depan. Sementara tim tamu di atas kertas kembali bermain dengan format dasar 4-4-2 menempatkan Julian Alvarez dan Erling Haaland sebagai dua penyerang di depan Bernardo Silva, Rodri, Riyad Mahrez, dan Jack Grealish.

Gambar 1 - Susunan Pemain Tottenham Hotspur dan Manchester City

Sumber : SofaScore

Komposisi pemain di atas berbeda dengan apa yang terjadi di lapangan, terutama struktur permainan Man. City. Ketika menyerang, Lewis bergerak ke tengah sebagai inverted fullback di samping Rodri. Julian Alvarez tidak sejajar dengan Haaland tapi lebih sering sejajar dengan Bernardo sehingga membentuk struktur 3-4-2-1. Ketika bertahan, Lewis kembali ke posisinya sehingga membentuk struktur pertahanan 4-5-1.

Berbeda dengan City, formasi dasar Spurs yang tampak di atas kertas tidak berbeda jauh dengan apa yang terjadi di lapangan. Perbedaan hanya terlihat di posisi dua bek sayap yang membuat struktur pertahanan menjadi 5-4-1 dan ketika menyerang menjadi 3-4-2-1.

Di samping gol tunggal Kane, kedua tim bersaing dengan cukup seimbang. Man. City memang mendominasi penguasaan bola hingga mencapai 64,8 persen. Tapi, Spurs tidak kalah mengancam meski hanya memperoleh 35,2 persen. Tercatat tim besutan Antonio Conte tersebut 12 kali mengancam yang salah satunya berbuah gol. Hanya selisih tiga tembakan dari City.

Haaland Terisolasi

Tidak bisa dimungkiri bahwa Manchester City musim ini sedikit berbeda setelah datangnya Haaland. Dari 53 gol yang telah diciptakan sejauh ini, hampir separuhnya berasal dari Haaland (25 gol). Tidak ada pemain lain yang mampu menandingi capaian tersebut. Phil Foden sebagai penyumbang gol terbanyak kedua hanya mencetak tujuh gol.

Fakta ini secara tidak langsung membuat tim sedikit bergantung pada produktivitas Haaland. Lawan pun kemungkinan besar merespons dengan membatasi Haaland dengan berbagai cara. Taktik tersebut juga berhasil diterapkan oleh Tottenham Hotspur dengan sangat efektif.

Pada pertandingan ini, Haaland tercatat sebagai pemain yang bermain penuh namun sangat jarang menyentuh bola. Ia hanya 28 kali menyentuh bola dan tidak pernah sekalipun menyentuh bola di kotak penalti. Persoalan ini tidak kunjung terselesaikan hingga akhir laga. Bermain 90 menit, waktu Haaland lebih banyak dihabiskan dengan berlari tanpa bola.

Masalah ini disebabkan karena Manchester City gagal mengurai pertahanan tuan rumah yang sangat rapat di tengah. Meski lebih sering menguasai bola, sirkulasi bola di area pertahanan lawan terlalu lambat. Situasi ini justru menguntungkan bagi lawan yang sedang bertahan karena mampu menjaga struktur pertahanan secara berkelanjutan. Beda halnya jika City mempercepat sirkulasi bola sehingga pertahanan Spurs tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukan reorganisasi pertahanan.

Selain itu, Conte cukup bijak dalam memilih tiga pemain belakang. Pada laga ini, Dier, Romero, dan Davies sangat disiplin. Pembagian tugas mereka jelas, Dier menjadi pemimpin sementara Davies dan Romero yang berperan sebagai “penjegal”. Dua pemain ini sangat berani meski harus melakukan tindakan yang keras. Tujuannya satu, mencegah City mengembangkan permainan dan membatasi ruang gerak Haaland.

Kehilangan Kreativitas

Keputusan Pep Guardiola mencadangkan Kevin De Bruyne membuat lini tengah Manchester City kekurangan kreativitas. Sebelum De Bruyne masuk, alur serangan sangat bergantung pada Bernardo Silva sebab Rodri, Lewis, dan Alvarez bukan pemain yang memiliki kreativitas. Pada laga ini, Bernardo sangat kesulitan karena Hojbjerg dan Bentancur tidak pernah melepasnya. Selalu ada minimal dua pemain yang mengawal Bernardo. Terbukti sebelum De Bruyne masuk, City hanya menciptakan lima tembakan (30 persen dari total tembakan)

Pada situasi ini, Mahrez dan Grealish diharapkan mampu mengambil peran. Dua pemain ini beroperasi di area sayap tapi sangat jarang melakukan penetrasi ke dalam kotak penalti. Sebagian besar bola yang sampai di kaki mereka, kembali lagi ke belakang. Hal ini disebabkan kurang dukungan dari lini tengah atau mereka kehilangan keberanian untuk mencoba merusak pertahanan lawan dengan giringan bola.

Miskinnya kreativitas lini tengah Man. City justru dimanfaatkan dengan baik oleh tim besutan Antonio Conte. Mereka sadar bahwa tanpa hadirnya De Bruyne, peluang City menembus pertahanan semakin kecil. Pada situasi ini Spurs berusaha menekan ketika bola memasuki area pertahanan. Harapannya, City melakukan salah umpan untuk dilanjutkan dengan serangan balik atau setidaknya mengganggu penguasaan bola untuk menggagalkan serangan.

Taktik tersebut berjalan efektif. Terhitung dari 12 peluang peluang yang Spurs ciptakan, enam di antaranya berasal dari proses transisi. Area kanan yang dikawal Dejan Kulisevski dan Emerson Royal menjadi sektor yang paling berbahaya karena 48 persen serangan Spurs berasal dari sisi tersebut.

Pertahanan Tidak Terkoordinasi

Di atas kertas, Manchester City bermain dengan empat pemain belakang. Tapi, di atas lapangan mereka lebih sering mengandalkan tiga pemain belakang yaitu Manuel Akanji, Nathan Ake, dan Kyle Walker. Lewis bergabung dengan barisan pertahanan jika memang Spurs yang memulai serangan. Pada situasi transisi, Lewis lebih sering tidak hadir di barisan pertahanan karena posisinya sudah jauh berada di tengah.

Pola pertahanan tersebut tidak akan bermasalah jika terkoordinasi dengan baik. Tapi, pertahanan City tanpa Ruben Dias atau Aymeric Laporte seperti kehilangan kepemimpinan. Musim lalu, Dias yang reguler bermain mampu menjadi pemimpin lini belakang yang koordinatif. Jika melihat posisi, peran Dias diambil oleh Akanji. Tapi, pemain asal Swiss tersebut baru kali pertama merasakan atmosfer Liga Inggris sehingga perlu banyak penyesuaian.

Di luar gol Kane yang berasal dari kesalahan individu, mayoritas peluang yang mengancam gawang Ederson gagal diantisipasi akibat koordinasi lini belakang yang tidak harmonis. Beberapa kalo Akanji dan Ake melakukan pergerakan yang tidak selaras sehingga menguntungkan posisi para penyerang Spurs. Situasi ini berbahaya karena tuan rumah punya pemain yang jeli menemukan ruang-ruang yang terbebas akibat gerakan lawan yang tidak teliti.

Komentar