Keberhasilan Amerika Serikat Menjebak Inggris di Area Sayap

Piala Dunia

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Keberhasilan Amerika Serikat Menjebak Inggris di Area Sayap

Skor 0-0 mengakhiri laga antara Inggris melawan Amerika Serikat dalam lanjutan babak Grup B Piala Dunia 2022, Sabtu (26/11) dini hari WIB. Hasil ini tidak mengubah posisi kedua tim di papan klasemen sementara. Inggris memuncaki Grup B dengan empat poin sementara Amerika Serikat tertahan di peringkat ketiga dengan dua poin. Di pertandingan lain, Iran berhasil mengalahkan Wales 2-0 sehingga merangkak naik ke posisi dua. Dengan demikian, wakil Grup B pada babak 16 besar ditentukan pada matchday ketiga nanti.

Ada perubahan di susunan sebelas pertama kedua tim jika dibandingkan pertandingan pertama. Gareth Southgate tidak mempertahankan The Winning Team sementara sang lawan mengistirahatkan Josh Sargent dan menggantikannya dengan Haji Wright. Tidak hanya itu, Gregg Berhalter mengubah formasi dasar menjadi 4-4-2 meski di lapangan dapat berubah menjadi 4-3-3 atau 4-1-4-1.

Gambar 1 - Sebelas Pertama Inggris dan Amerika Serikat

Komposisi pemain yang diturunkan Southgate mengutamakan keteraturan organisasi pada fase menyerang, bertahan, dan transisi. Selain itu, ia menginginkan keunggulan di lini tengah agar mampu mendominasi penguasaan bola. Luke Shaw dan Kieran Trippier ditugaskan untuk lebih sering menyisir area flank agar Bukayo Saka dan Raheem Sterling bisa beroperasi di area half space atau bahkan menusuk ke dalam kotak penalti.

Perubahan yang dilakukan Berhalter mengindikasikan bahwa ia mengincar sisi sayap dan berusaha meregangkan struktur lawan. Tyler Adams dan Yunus Musah memegang beban cukup berat karena berhadapan dengan tiga gelandang Inggris ditambah Harry Kane yang sering turun ke lini tengah.


Pertandingan berjalan cukup seimbang. The Three Lions lebih sering mengambil inisiatif serangan dan berhasil mencatatkan 55,5 persen penguasaan bola. Tapi, sang lawan bertahan dengan unit pertahan yang fokus dalam zona. Harry Kane jarang mendapatkan suplai bola sehingga ia harus menjemput ke area tengah. Keputusan ini berdampak kepada Sterling dan Saka yang mendapatkan ruang lebih banyak untuk masuk ke dalam kotak penalti. Sayangnya, selama pertandingan Inggris hanya melepaskan tiga tembakan tepat sasaran.

Gambar 2 - Heatmap Sentuhan Pemain Inggris dan Amerika Serikat

Jika melihat ilustrasi di atas, Inggris kesulitan mengirimkan umpan ke depan kotak penalti. Oleh karena itu, mereka lebih sering masuk ke dalam kotak penalti melalui sayap. Tidak heran jika hanya ada satu tembakan ke arah gawang Matt Turner yang berasal dari dalam kotak penalti. Hal ini menunjukan bahwa Amerika Serikat memiliki organisasi pertahanan yang solid.

Rencana Jebakan Bek Sayap

Ilustrasi sebelumnya menunjukan bahwa bola sering bergulir ke arah Luke Shaw (warna merah). Hal ini menunjukan bahwa pada saat membangun serangan, Declan Rice, Jude Bellingham, dan Mason Mount sulit diakses oleh Harry Maguire dan John Stones. Alhasil bola diberikan kepada bek sayap. Kejadian tersebut sengaja dirancang oleh Amerika Serikat karena mereka sadar jika Rice dan Bellingham leluasa mendapatkan bola, akan sangat berbahaya bagi pertahanan.


Pada saat tidak menguasai bola, formasi dasar Amerika Serikat konsisten dengan 4-4-2. Weah dan Wright menjadi pemain paling depan menekan ke arah bek tengah dan satu pivot tergantung siapa yang lebih dekat. Misalnya jika Maguire menguasai bola maka Weah yang akan menekan lalu Wright yang bergerak menutup jalur umpan ke Rice. Tapi jika bola di kaki Stones, Wright yang menekan sementara Weah yang menjaga gelandang asal West Ham United tersebut. Skema ini sangat berhasil menganggu proses build up yang diinginkan oleh Southgate.

Gambar 2 - Ilustrasi High Press 4-4-2 Amerika Serikat

Ilustrasi di atas menggambarkan cara Amerika Serikat mengunci tiga gelandang dengan dua pemain. Taktik ini cukup berhasil membuat mereka tidak nyaman. Terbukti dalam 90 menit, Rice hanya menyentuh bola sebanyak 70 kali dan Bellingham 50 kali. Catatan ini menurun jauh dari pertandingan sebelumnya. Ketika melawan Iran Rice menyentuh bola sebanyak 104 kali sementara Bellingham 113 kali.

Taktik di atas tidak berhenti di situ. Tujuan dari skema ini bukan hanya mengunci tiga gelandang Inggris, tapi juga merancang jebakan untuk bek sayap. Mereka sengaja membebaskan Shaw dan Trippier agar bek tengah menggulirkan bola kepadanya.

Gambar 3 - Ilustrasi Jebakan di Bek Sayap

Maguire yang kesulitan mengakses para gelandang hanya memiliki pilihan mengoper kepada Shaw atau kembali lagi ke Stones. Keduanya bukan langkah yang menguntungkan tapi ia tidak punya pilihan.

Tepat ketika Shaw mendapatkan bola dari Maguire, struktur high pressing Amerika Serikat langsung berubah dengan fokus menekan Shaw agar ia kesulitan meneruskan serangan. Weah pasca menekan Maguire langsung menekan Shaw dari arah belakang sementara rekan-rekannya menekan dari arah lain. Mount yang berusaha membantu juga belum lepas dari penjagaan. Pada situasi ini, Shaw terjebak (zona lingkaran arsir merah)

Bek Manchester United tersebut hanya memiliki opsi umpan kepada Sterling. Tapi, Sterling juga berada di zona jebakan. Pilihan lain adalah mengirimkan umpan jauh kepada Harry Kane yang mendapatkan sedikit celah akibat pemain Amerika Serikat yang terlalu fokus kepadanya. Namun, Kane harus berduel dengan setidaknya dua pemain belakang. Bukan pilihan yang menguntungkan.

Komentar