Kecerdasan Hajime Moriyasu Membawa Jerman ke Trauma Tahun 2018

Piala Dunia

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Kecerdasan Hajime Moriyasu Membawa Jerman ke Trauma Tahun 2018

Jepang berhasil memperpanjang kenangan buruk Jerman terhadap tim dari kawasan Asia Timur. Samurai Biru sukses memenangi pertandingan Grup E Piala Dunia 2022 dengan skor 2-1 di Stadion Internasional Khalifa, Qatar, Rabu (23/11).

Jepang berhasil membalikan keadaan berkat gol dari Ritsu Doan (75’) dan Takuma Asano (83’). Sebelumnya, Jepang tertinggal dari tendangan penalti Ilkay Guendogan (33’). Hasil ini membawa Jepang duduk di puncak klasemen Grup E.

Sebaliknya, hasil ini mengancam Jerman tidak lolos fase grup seperti yang terjadi pada Piala Dunia 2018.

Sisi Kiri Menjadi Incaran Jerman

Hansi Flick memasang tiga bek jangkung, Nico Schlotterbeck, Antonio Rudiger, dan Niklas Sule dalam format 4-2-3-1. Hal ini menandakan David Raum ditugaskan untuk rajin membantu serangan dan mengisi area flank kiri.

Thomas Mueller mengisi posisi gelandang serang sehingga menggeser Jamal Musiala ke sayap kiri. Kai Havertz dipercaya sebagai ujung tombak. Komposisi pemain seperti ini mengindikasikan Flick menginginkan arah serangan lebih banyak datang dari kiri.

Raum yang maju ke depan akan menyisakan tiga bek untuk mengantisipasi serangan balik. Di kubu lawan, beberapa pemain senior seperti Yuto Nagatomo dan Maya Yoshida bermain sejak menit pertama sementara Takehiro Tomiyasu duduk di bangku cadangan karena baru pulih dari cedera.

Daichi Kamada yang bersinar bersama Eintracht Frankfurt berperan sebagai “otak” serangan. Salah satu pemain yang menarik adalah Daizen Maeda yang baru mendapatkan 11 penampilan ternyata dipilih menjadi ujung tombak sejak menit pertama.

Susunan Pemain Jerman dan Jepang

Sumber : SofaScore

Pertandingan berjalan sangat menarik dan terdapat perubahan drastis antara babak pertama dan babak kedua. Jerman secara keseluruhan menguasai jalannya pertandingan dengan total 73,8 persen penguasaan bola, 89 persen umpan sukses, dan 26 tembakan.

Tapi, tidak satupun dari angka di atas berbuah gol pada situasi open play. Babak pertama Jepang hanya mampu melesatkan satu tembakan yang bahkan tidak tepat sasaran. Tapi, di babak kedua mereka justru melepaskan 11 tembakan yang dua diantaranya berbuah gol.

Keberhasilan Jepang membalikan keadaan bukan sebuah kebetulan. Disamping Jerman yang krisis efektivitas, Hajime Moriyasu melakukan penyesuaian yang sangat manjur. Ia berhasil memecahkan masalah-masalah yang membuat Samurai Biru amat kesulitan pada babak pertama.

Penyesuaian yang ia arahkan kepada pemainnya dieksekusi dengan sangat baik sehingga tidak heran jika babak kedua menjadi milik tim berseragam biru tersebut. Apa saja yang dilakukan Moriyasu untuk memperparah trauma Jerman kepada wakil Asia?

Memperlebar Area Permainan

Kedua tim bermain dengan format dasar yang serupa yaitu 4-2-3-1. Jerman mengincar lini tengah dan berusaha memenangkan duel-duel di area tersebut. Rencana tersebut berjalan lancar di babak pertama karena secara kualitas pemain, mereka lebih unggul dibanding Jepang.

Die Mannschaft terbiasa bermain pada area sempit dengan pemain yang menumpuk di area tengah.

Ilustrasi High Pressing Jerman yang Membuat Jepang Sulit Membangun Serangan

Jika memperhatikan ilustrasi di atas. Jepang tidak memiliki celah untuk lepas dari high pressing lawan. Jika memaksakan mengirimkan bola ke Tanaka atau Endo, mereka akan menghadapi situasi empat lawan tiga dan kemungkinan besar bola berhasil direbut yang justru membahayakan gawang.

Opsi terbaik memang mengalirkan bola ke Nagatomo atau Sakai. Tapi, ketika bola sampai di kaki mereka, hampir tidak ada kesempatan untuk membalikan badan dan mengirimkan bola ke Kamada atau kedua sayap.

Moriyasu menyadari bahwa situasi ini harus diubah. Awal babak kedua, ia mengganti Takefusa Kubo dengan Tomiyasu sehingga mengubah struktur menjadi 5-4-1 atau 3-4-3. Kini mereka memiliki tiga bek tengah dan dua bek sayap.

Hal ini bertujuan untuk memperlebar area permainan agar lini tengah tidak terlalu sempit sehingga mereka bisa membangun serangan.

Ilustrasi Perubahan Struktur Permainan yang Membuat Area Bermain Jepang Lebih Lebar

Ilustrasi di atas menunjukan dengan kehadiran Tomiyasu mampu meregangkan high pressing yang diterapkan Jerman sehingga terbuka jalur umpan yang lebih lebar. Jika Yoshida yang menguasai bola, ia bisa mengumpan ke Tomiyasu atau Itakura untuk opsi paling aman.

Atau kepada Tanaka dan Endo yang mendapat ruang lebih luas dan tidak lagi khawatir dengan situasi empat lawan tiga. Taktik ini perlahan menunjukan hasil positif. Jepang mampu keluar dari high pressing yang diterapkan sang lawan dan menciptakan tiga peluang ketika babak kedua baru berjalan 20 menit.

Hal ini terjadi karena empat pemain Jerman yang menekan kalah jumlah dengan lima bek Samurai Biru ditambah Endo dan Tanaka yang rajin bergerak untuk menciptakan opsi umpan. Dengan demikian, tekanan dari lawan dapat diatasi dan bola dapat bergulir dari belakang ke tengah.

Pada situasi ini, Jerman hanya memiliki enam pemain untuk menghadapi serangan Jepang karena empat pemain lainnya berada di belakang bola (akibat high pressing). Dua bek sayap Jepang memiliki kecepatan untuk membantu serangan sehingga menciptakan situasi tujuh melawan enam.

Kondisi ini yang berhasil diciptakan oleh Moriyasu dan menjadi kunci permainan Jepang di babak kedua.

Menambah Kecepatan

Moriyasu Sadar bahwa lini pertahanan Jerman tidak seimbang. Raum memang sering meninggalkan posnya tapi selalu ada Rudiger atau Schlotterbeck yang menutup ruang yang ditinggalkan. Terlebih, bek berusia 24 tahun tersebut memiliki kecepatan yang membuatnya mampu bergerak ke depan dan kembali ke posisinya dengan cepat.

Tapi, di sisi kanan justru menjadi tidak seimbang karena Sule terpaksa bergerak ke tengah ketika Rudiger menutup ruang yang ditinggalkan Raum.

Oleh karena itu, Moriyasu tidak ragu memasukan Kaoru Mitoma pada menit ke-57 menggantikan Nagatomo yang mulai kelelahan.

Hadirnya pemain Brighton and Hove Albion tersebut menambah energi baru di sisi kiri dan berulang kali merepotkan Sule dan Schlotterbeck yang tidak memiliki keunggulan kecepatan. Tidak berhenti di situ, ia menambah kecepatan dengan memasukan Takumi Minamino menggantikan Hiroki Sakai.

Kombinasi antara kecepatan dan umpan-umpan terobosan di sisi kiri sangat mengancam pertahanan Die Manncshaft. Terbukti sejak Mitoma bermain, Jepang menciptakan sepuluh tembakan yang dua diantaranya berbuah gol.

Situasi ini tidak direspon dengan cepat oleh Flick. Ia bahkan tidak berusaha melakukan penyesuaian di sisi pertahanan untuk meredam kecepatan para pemain Samurai Biru. Lima pergantian pemain untuk gelandang dan penyerang.

Tentu masuk akal karena mereka sedang tertinggal. Tapi, ia bisa mengantisipasi gol kedua andai ia cepat menyadari perubahan taktik yang dilakukan oleh Jepang.

Komentar