Pratinjau Thailand vs Indonesia: Menanti Permainan Adaptif

Analisis

by Redaksi2022

Redaksi2022

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Pratinjau Thailand vs Indonesia: Menanti Permainan Adaptif

Semifinal SEA Games 2021 mempertemukan Tim Nasional (Timnas) Thailand vs Indonesia di Stadion Thien Truong, Kamis (19/5). Ini adalah pertemuan ke-14 antara kedua tim di pesta olahraga seantero Asia Tenggara.

Dari 14 pertemuan, Indonesia hanya mampu memetik tiga kemenangan. Satu kemenangan di antaranya mengantarkan Tim Merah Putih menyabet medali emas kedua pada SEA Games 1991. Hampir seperempat abad lebih sejak saat itu, emas belum kembali ke pangkuan Garuda.

Pertemuan penting yang baru-baru ini terjadi adalah final Piala AFF 2020. Namun Indonesia tak lekas berdaya di hadapan Si Gajah Perang dengan skor 4-0 dan hasil imbang 2-2. Hal itu menambah catatan Indonesia sebagai runner-up di kompetisi ASEAN.

Sudah barang tentu pelatih Indonesia, Shin Tae-yong, enggan mengulang kesalahan yang terjadi di Piala AFF. Thailand adalah lawan kuat, maka kunci meredam permainannya adalah dengan bertahan sebaik dan serapi mungkin.

Permainan Atraktif Lini Tengah dan Serang Thailand

Thailand di bawah komando Alexandre Polking bermain atraktif. Patrick Gustavsson dan rekan-rekannya tak jarang bermain dominan dengan mengurung lawan di area pertahanan mereka. Hal itu tampak jelas ketika Thailand melibas Singapura dan Kamboja dengan skor identik 5-0, serta kemenangan tipis atas Laos 1-0.

Si Gajah Perang mempertunjukkan agresivitas lini tengah. Ben Davis, Worachit Kanitsribampen, dan Weerathep Pomphan yang turun bersamaan sejak menit awal, mengatur ritme serangan dari tengah.

Davis, Worachit, dan Weerathep bermain bola-bola datar sebelum meneruskannya ke kotak penalti atau masing-masing sayap kiri dan kanan. Dari catatan sejauh ini, Davis catatkan satu gol dan satu asis, sedangkan Worachit cetak satu gol dan dua asis.

Davis juga menunjukkan kemampuan individu ketika cetak gol perdana ke gawang Singapura. Pemain Oxford United itu menggiring bola sepanjang garis kedua dan menyelesaikan bola dengan baik.

Selain itu, lini serang Thailand juga patut diwaspadai Indonesia. Trio Ekanit Panya, Gustavsson, dan Jakkit Palapon bisa merepotkan barisan pertahanan lawan. Ekanit serta Jakkit punya kecepatan dan bisa memberikan perlawanan tinggi dari sayap.

Gustavsson, yang berstatus pencetak gol terbanyak Thailand, menjadi ujung tombak andalan Gajah Perang. Berpostur badan 187 Centimeter, Gustavsson kerap bergerak dinamis. Pemain keturunan Swedia itu punya ketahanan badan ketika berduel dengan lawannya.

Mungkin tiga gol dari lima penampilan bukan catatan yang baik bagi Gustavsson. Namun ia juga tak jarang memberikan ruang bagi rekan-rekannya untuk cetak gol. Maka tak heran, Thailand berstatus sebagai tim paling produktif di SEA Games 2021 dengan torehan 12 gol.

Sisi Lemah Thailand

Kuat bukan berarti tidak bisa dikalahkan. Pada laga fase pertama Grup B, Gajah Perang harus mengakui keunggulan Malaysia dengan skor 2-1. Thailand sempat unggul pertama berkat Gustavsson pada menit ke-33. Namun situasi berubah setelah Jonathan Khamdee diusir oleh wasit.

Unggul jumlah pemain sejak menit ke-41, Malaysia meningkatkan intensitas serangan, terutama di sisi kiri pertahanan Thailand. Masing-masing dua gol Malaysia dicetak lewat pemanfaatan lebar lapangan.

Penyerang Malaysia, Danial Asri bergerak tanpa kawalan, sehingga bisa menceploskan bola ke gawang Kawin Thamsatchanan. Malaysia seakan telah menemukan cara untuk membungkam jantung pertahanan Thailand dengan kembali menambah gol.

Polking lalu merespon dengan mengganti beberapa pemain tengah dan depan. Polking menambah jumlah pemain belakang, tercatat Gustavsson ditarik lalu digantikan Anusak Jaiphet. Setelah itu, giliran Ben Davis yang digantikan Nakin Wisetchat.

Namun Malaysia kadung tahu sisi lemah Thailand. Apalagi ditariknya beberapa pemain kunci yang membuat Gajah Perang melemah. Hal itu tampak jelas dalam proses gol kedua Macan Malaya berkat kembali memanfaatkan lebar lapangan.

Bola jauh dikirim dari lini pertahanan Malaysia yang mengarah ke sisi kiri pertahanan Thailand. Syafik Ismail pun menyambut bola dan melepaskan umpan datar ke kotak penalti. Azfar Fikri Azhar sukses menyelesaikan bola liar.

Komposisi Pemain Terbaru Thailand

Polking hampir mengubah total komposisi pemain Thailand yang dikirim ke SEA Games 2021. Terhitung hanya dua pemain, yakni Jaipetch dan Teerasak Pheiphimai yang telah ikut serta dengan skuad Thailand dalam Piala AFF U-23 2022.

Sementara, umur dua pemain senior Thailand yaitu Worachit (24), Weerathep (25) tidak jauh berbeda dengan mayoritas pemain mudanya. Hanya Kawin Thamsatchnan (32) yang memiliki rentang umur cukup jauh.

Polking ingin memperbanyak pemain yang penuh pengalaman sejak usia dini. Dengan begitu, Polking tidak akan kesulitan untuk mencari bakat-bakat muda, setelah generasi Teerasil Dangda ataupun Chanathip Songkrasin habis.

Indonesia yang Adaptif

Merujuk pada perkataan Shin Tae-yong, Indonesia adalah tim adaptif. “Strategi yang saya terapkan itu tergantung lawan yang [akan] dihadapi,” ungkap Shin usai laga vs Myanmar, Minggu (15/3).

Dengan begitu, Shin harusnya punya cara berbeda dalam menghadapi Thailand pada semifinal SEA Games 2021. Sebagaimana Vietnam, Thailand adalah tim yang punya intensitas serangan tinggi, mencegah lawannya bergerak, dan cepat di setiap sisi.

Namun, Shin tidak menurunkan formasi yang cukup baik demi meredam Vietnam. Indonesia turun dengan formasi 4-3-3 dan terbukti Vietnam bisa melumat Garuda dengan skor telak 0-3. Berkaca dengan kekalahan tersebut, Shin perlu berpikir ulang formasi sesuai komposisi pemain.

Demi mengantisipasi permainan Thailand, bisa saja Indonesia memasang lima bek sekaligus, seperti Rio Fahmi, Fachrudin Aryanto, Rizky Ridho, Alfeandra Dewangga, dan Firza Andika. Menumpuknya barisan pertahanan, harusnya bisa meredam serangan lawan.

Selain itu, Dewangga juga perlu ditarik dari posisi fullback kiri. Ia kerap meninggalkan lubang ketika membantu serangan dan menjadi salah satu sasaran lawan, seperti ketika menghadapi Myanmar.

Benteng pertahanan Indonesia akan semakin kuat seandainya Rachmat Irianto dan Marc Klok dipasang sebagai gelandang bertahan. Keduanya bertugas untuk menjaga maupun memotong aliran bola Thailand sebelum masuk ke barisan paling belakang Indonesia.

Irianto dan Klok juga perlu awas terhadap pergerakan Davis, Worachit, dan Weerathep. Tiga gelandang Thailand itu membongkar pertahanan lawan lewat operan-operan pendek dari tengah.

Terlebih lagi, Thailand juga menerapkan garis pertahanan tinggi. Dengan begitu, memaksa lawan melepaskan bola dengan cepat. Cara menekan macam itu yang membuat Thailand bisa unggul lebih dulu.

Namun jika melihat bagaimana Thailand kalah dari Malaysia, Witan Sulaeman, Egy Maulana Vikri, dan Irfan Jauhari patut memanfaatkan kelemahan sang lawan. Sisi kiri pertahanan anak asuh Polking adalah sektor paling lemah.

Komentar