Rekor-rekor Fantastis Thomas Mueller

Cerita

by Redaksi 11

Redaksi 11

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Rekor-rekor Fantastis Thomas Mueller

Bayern akhirnya kembali dominan di bawah kendali Hansi Flick yang naik pangkat menjadi pelatih utama. Tanpa ragu, Thomas Mueller memperpanjang masa kebersamaan kelima kalinya bersama die Roten sampai tahun 2023.

Di tengah pandemi global Covid-19, Mueller menandatangi kontrak kerja dengan prosedur social distancing. Memakai masker dan mengatur jarak bagi sang juru tafsir ruang.

Rasanya tidak ada lagi pemain yang punya julukan spesifik dengan istilah geometri. Jarak kerap diasosikan dengan ‘ruang dan waktu’. Frase ‘jarak ruang dan waktu’ teramat sering muncul dalam keseharian.

VIDEO: Diskusi personal branding pemain sepakbola bareng Pandji Pragiwaksono dan Syamsir Alam



Keduanya memang poin penentu konteks. Dua-duanya variabel penting dalam permainan Mueller. Ketika sekarang semua orang menyadari pentingnya jarak satu sama lain dalam kondisi social distancing, Mueller lebih dulu menerapkannya di lapangan hijau.

Kolumnis The Guardian, Jonathan Liew menyebut tidak ada pemain yang lebih tepat untuk era sepak bola hantu (Geisterspiel, pertandingan tanpa penonton) Bundesliga saat ini selain Thomas Mueller. ‘Pemain hantu’ untuk ‘pertandingan hantu’, Thomas Mueller cocok untuk duel di masa pandemi. Begitu sebut Liew.

Apa boleh bikin, Mueller memang tampak tidak menonjol di banyak laga. Dengan gerakkannya di lapangan, sampai sekarang keraguan apakah dia benar-benar bisa bermain bola tidak kunjung hilang. Tidak ada aksi individual mencolok.

Tahu-tahu dia tampil sebagai pemain inti, mencetak gol, timnya menang, menjadi juara, juara lagi, dan juara lagi. Dengan ragam raihannya yang fenomenal, terkesan Mueller kurang diapresiasi sebagai megabintang.

Bagaimana mungkin bisa begitu? Sekarang, dia berjarak sangat dekat dengan status sebagai pengoleksi gelar Bundesliga terbanyak dengan sembilan kali. Dalam hitungan pekan, dia siap menyamai rekor Ribery. Dia termasuk segelintir orang yang sanggup menjuarai Bundesliga, Liga Champions, dan Piala Dunia. Dia top skor keempat Bayern di bawah Gerd Mueller, Robert Lewandowski, dan Karl-Heinz Rummenigge.

Tinggal sembilan laga lagi, Mueller menggeser Oliver Kahn sebagai penggawa Super Bayern dengan jumlah kemengan Bundesliga terbanyak. Bahkan Mueller melakukannya dengan jumlah yang lebih sedikit, 347 berbanding 429 laga milik Kahn.

Konsistensinya patut diacungi jempol. Hanya absen 26 laga dalam 10 musim di Liga Jerman. Dalam kurun waktu tersebut, hanya Robert Lewandowski dan Marco Reus yang mencetak gol lebih banyak dari die Raumdeuter. Plus, selalu membukukan double-double alias dua digit angka pada perolehan gol dan asis pada lima musim awal karier.

Rekor menohok teranyar, torehan 20 asis dalam semusim yang dia buat. Dia berkesempatan mengangkangi capaian Kevin De Bruyne pada musim 2014-15 dengan 21 asis. Ada tiga laga tersisa untuknya untuk menyabet rekor tersebut.

Setelah mandek di tangan Kovac, Mueller langsung kejar setoran mencetak 16 asis di bawah kendali Flick. Belakangan ini, Flick disamakan dengan Heynckes dalam soal memberikan kenyamanan bagi skuat Bayern yang setiap musim dominan.

Dia mengerti betul mengoptimalisasi peran para bintang FC Hollywood. Tidak ada upaya menciptakan ketakutan dari ketidakpastian cara bermain. Menekankan untuk tetap fokus, tanpa lupa membuat mereka senang.

Termasuk pendekatannya kepada Mueller. Sebab dua pelatih sudah terdepak, karena melengserkan Mueller dari skuat inti.

Soal penciptaan jumlah asis yang drastis, tidak terlepas dari gaya main Mueller sedari awal karier. Dia enggan dianggap sebagai striker tipe poacher, yang sebetulnya sangat dekat dengan karakter Mueller.

Dia sendiri menyebut posisinya sebagai percampuran ujung tombak dan gelandang. Bermodal insting tajam demi mendulang gol.

“Dia tidak siap bermain konsisten sepanjang 90 menit, tapi dia menyajikan banyak gol! Itu yang terpenting dalam sepak bola,” ucap asisten pelatih Bayern Muenchen, Hermann Gerland.

Kutipan singkat padat yang mengemuka di awal kariernya masih relevan sampai sekarang. Pengungkapan termudah perihal tipe permainannya.

Lokasi beredar Mueller kebanyakan di belakang penyerang. Di atas kertas biasanya dia diplot di sayap kanan, tapi saat laga berjalan dia punya peran bebas untuk menopang penyerang tunggal yang Lewandowski tempati.

Mueller senang mengasosiakan diri selaku penyerang serba bisa. Makanya, hanya dua musim perolehan gol atau asisnya tidak menembus dua digit angka. Termasuk arahan Niko Kovac yang menyebabkannya.

Peran Mueller sebagai pencipta asis jempolan semakin kasat mata justru sejak musim kepelatihan Carlo Ancelotti. Pada musim perdana Don Carlo, Mueller memecahkan rekor personal dengan 12 asis. Disusul 14 asis semusim berselang.

Ini tidak lepas dari koneksinya dengan Lewandowski yang kadung berjalan enam musim. Hampir sepertiga asis Mueller dilahap penyerang Polandia. Khusus musim ini, Mueller menyumbang delapan asis dari total 30 gol yang Lewandowski garap.

Ketika Mueller sanggup mengelabui pemain belakang dengan pergerakan tanpa bola, dia tidak lagi langsung mencocor bola ke gawang. Dia mencari Lewandowski yang insting mencetak golnya amat keji. Perubahan gaya main yang penting untuk klub, tapi persoalan tersendiri untuk tim nasional. Memengaruhi kinerjanya bersama die Nationalmannschaft.

Setelah mengantungi gelar top skor, pemain terbaik, dan trofi Piala Dunia, performa Mueller mangkrak. Nol gol di Piala Eropa 2016 dan ikut hancur dalam reruntuhan tim Piala Dunia 2018. Puncaknya, pelatih Joachim Loew enggan memakai jasa Mueller lagi, bersama Mats Hummels dan Jerome Boateng.

Sebuah retak yang lain dalam kariernya. Dia pernah mencak-mencak kalau pertandingan kualifikasi melawan San Marino tidak penting tergelar. Setelah federasi negara tersebut tersinggung, dia berkelit komentarnya salah diterjemahkan.

Sementara, perihal konfrontasi terbuka dengan Loew menjadi konflik ketiga antara Mueller dengan pelatih yang diketahui publik. Pada kasus Bayern, Mueller mungkin lebih besar dari profil dua pelatih yang menangani klub Bavaria. Pada kasus timnas, dia tidak bisa begitu.

Apalah, sedari awal kita mengenal Mueller tidak berniat memainkan sepak bola level top secara ‘normal’. Apa daya, ‘normal’ perlu didefiniskan ulang saat mengulas Mueller yang paham tidak memiliki kemampuan seperti pesepak bola elite kebanyakan. Untungnya, dia lebih paham mengoptimalisasi bagian terpenting dalam permainan yang banyak orang luput.

Tidak salah memiliki impresi, “Ini orang apa hebatnya?”. Pada titik tertentu mungkin saja ada pertanyaan mentah, “Kok dia bisa main bola, ya?” kalau mengamatinya sekilas belaka. Namun itulah Mueller.

Humornya, kecanggungannya, dan ‘ketidak normalannya’ justru yang paling harus dicerna.

“Meep… Meep… Si Road Runner (Alphonso Davies) mendahului lawan dan mencuri bola,” komentarnya soal kecepatan Davies saat menang 1-0 dari Dortmund.

Bentuk lawakan sebagai apresiasi besarnya. Mungkin pula balasan untuk bek kiri Kanada bercanda lewat Tiktok soal gaya selebrasi gol Mueller yang selalu kikuk. Hanya berjingkrak, berteriak, dan mengangkat tangan. Mirip kegembiraan bocah akademi yang mencetak gol perdana.

VIDEO: Hattrick Thomas Mueller vs Bayer Leverkusen



Beralih ke situasi lain. Pertanyaan generik, ‘Kalau punya kesempatan, ingin bermain dengan Messi atau Ronaldo?’ Mueller pakai untuk menjabarkan lagi evolusi gaya permainannya.

“Messi, karena pada awal karier saya tipikal penyerang ingin mencetak banyak gol. Kalau sekarang mungkin Ronaldo, karena saya rajin memberi asis. Namun kami sih memiliki Lewangoalski,” ujarnya konyol untuk kesekian kali.

Ada komedinya pada setiap perayaan tahunan Oktoberfest. Ada banjir siraman bir di atas rumput Allianz Arena selama delapan tahun beruntun. Ada dedikasi, kerja sama, dan sikap banyak bisa. Ada ragu, tanya, bimbang, dan akhirnya pengakuan, “Ya sudahlah, mungkin kita tidak tahu apa-apa”.

Barang kali dia bukan tipikal bocah lokal dan one club man heroik yang sering kali diagungkan. Bukan juga simbol utama kedigdayaan Bayern. Tidak ada gol penentu kemenangan di laga final. Kosong perolehan Ballon d’Or. Juga nihil musim berstatus top skor.

Sedikit gol lewat sepakan jarak jauh penuh tenaga. Tiada momen patriotik darinya yang memercikkan api semangat membalikkan keadaan. Ya mau bagaimana? Menggiring bola dan menyepak bola kencang saja jarang. Sebab Mueller ada untuk mengajak kita lagi-lagi mempertanyakan apa itu ‘kenormalan’.

Secara ajaib, dia punya peluang besar menjadi pemain tersukses di Bundesliga. Lewat torehan gelar, berkat sumbangsih langsung berupa gol dan asis. Melalui komentar jenaka dan aksi usil yang terselip, naik turun karier Mueller terceritakan. Meledak lewat kumpulan fakta mencengangkan, bersiap pudar sebagaimana peran pentingnya yang samar.

Membicarakan hegemoni terpanjang Bayern, namanya juga mesti terkemukakan. Mungkin bukan yang bisa terungkit paling pertama. Ada Philipp Lahm yang favorit. Ada Bastian Schweinsteiger yang lebih dulu mengemuka.

Ada duet Robbery yang fasih memotong selaku double inverted winger. Ada Manuel Neuer dan Robert Lewandowski yang terbajak sempurna. Ada pula Toni Kroos yang muncul bersamanya. Bahkan dalam konteks lebih luas, ada Mueller benama depan ‘Gerd’ yang lebih legendaris daripada Mueller berawalan ‘Thomas’.

Tiada yang menyangka, tiada yang mengira. Angka, durasi, dan prestasi selama ini mendasari bagaimana segala fakta obyektif tersaji.

Jadi, tolong bantu menjawab pertanyaan ini: Apakah Thomas Mueller pemain terbaik sepanjang masa FC Bayern?

Simpan saja jawabannya nanti. Sebab masih ada waktu, setidaknya tiga tahun lagi.

Sumber: Bundesliga/ESPN/Bavarian Football.

Komentar