Mourinho yang Tidak Akan Disambut Baik di Stamford Bridge

Cerita

by Redaksi 47

Redaksi 47

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Mourinho yang Tidak Akan Disambut Baik di Stamford Bridge

Akhir pekan ini, Jose Mourinho akan datang ke Stamford Brigde untuk pertama kalinya sebagai pelatih Tottenham Hotspurs. Stadion yang sempat menjadi tempat yang membesarkan namanya pada tahun 2004-2007 lalu, mungkin sudah memiliki kondisi yang berbeda. Mourinho bukan lagi orang yang akan disambut dengan hangat oleh pendukung The Blues.

Ada masa dimana Mourinho mendapatkan tempat yang spesial di Stamford Bridge. Pada masa itu, mantel Armani yang sering ia kenakan saat membawa Chelsea menjadi juara Liga Primer Inggris musim 2004/05 dipajang di museum yang ada di Stamford Brigde. Mantel ini ditempatkan di tempat terbaik yang sangat mudah dilihat oleh siapapun yang mengunjungi museum.

Namun tidak jika Anda mengunjungi museum dalam beberapa tahun terakhir. Mantel bersejarah ini dipindahkan ke tempat yang kurang strategis setelah kepergiannya yang kedua dari Chelsea di tahun 2015 berjalan kurang baik-baik. The Athletics kemudian menanyakan, akan ditaro dimana mantel tersebut pada pertandingan besok saat Mourinho datang bersama Tottenham? Salah satu pegawai museum menjawab dengan nada bercanda, “sepertinya akan kami pindahkan ke lantai bawah tanah.”

VIDEO: Informasi terkini Chelsea FC



Jika kita melihat apa yang telah diberikan Mourinho kepada Chelsea memang Ia layak mendapat penghargaan lebih. Mourinho memberikan gelar juara Liga Primer Inggris 2 musim berturut-turut kepada Chelsea. Sebelum Mourinho datang ke klub asal London tersebut, mereka baru pernah satu kali menjadi juara di Inggris, tepatnya pada musim 1954/55. Tidak berlebihan sepertinya jika dikatakan Mourinho adalah manager tersukses bersama Chelsea sejauh ini.

Hal tersebut tidak tergambarkan dengan kondisi Stamford Brigde saat ini. Tidak ada satupun foto yang menunjukan muka Mourinho di setiap sudut Stamford Bridge saat ini. Lebih buruk lagi, kenangan terdekat antara Mourinho dan Stamford Bridge bukanlah kenangan yang bisa memperbaiki hubungannya dengan Chelsea.

Pada kedatangannya bersama Manchester United di musim 2018/19 yang berakhir dengan hasil imbang 2-2, emosinya tersulut akibat perayaan berlebihan gol penyama kedudukan oleh salah satu staf Chelsea yang dilakukan persis di depannya. Mourinho pun naik pitam dan hampir terjadi perkelahian antar keduanya. Tidak sampai di situ, setelah pertandingan selesai Mourinho yang masih mendapat perlakukan tidak enak dari suporter Chelsea yang hadir di stadion, meninggalkan lapangan dengan melayangkan 3 jari kepada para suporter.

“Ketika mereka memiliki seseorang yang berhasil memberikan mereka 4 gelar juara untuk mereka, maka aku akan menjadi nomor dua. Namun sekarang, ‘judas’ ini adalah yang pertama,” katanya setelah pertandingan tersebut.

Seorang pemilik tiket musiman Chelsea, Mark Worrall, melihat Mourinho pada masa pertama dan masa kedua menangani Chelsea adalah dua sosok yang berbeda. “Aku melihat dia berubah menjadi sosok orang tua yang menjengkelkan. Kami masih ingat ketika dia belum memiliki rambut berwarna putih dengan wajah yang masih segar, bercengkrama dengan Frank Lampard dan Jonh Terry. Jauh berbeda degan sosoknya yang pendendam dan meninggalkan klub dalam kondisi berantakan,” kata Worrall.

Ia bahkan sedikit memiliki perasaan buruk sangka setelah melihat perjalanan Mourinho di beberapa klub yang ia tangani. “Chelsea memang sempat mengalami masa yang baik di musim 2014/15 bersama Mourinho. Namun, apa yang terjadi setelahnya adalah apa yang sering dikatakan orang sebagai kebiasaan Mourinho. Pertama-tama Mourinho memecut para pemain agar meraih piala, kemudian mencari kambing hitam setelah gagal, lalu merancang situasi agar Dia dipecat, dan pergi meninggalkan dengan membawa uang pemecatan,” tambah Worrall. Dugaan Worrall tentu bukan tanpa dasar, pasalnya pola seperti itu juga terjadi saat Mourinho menangani Manchester United. Pola ini juga yang Ia harapkan akan terjadi di Tottenham Hotspurs nanti.

Memang tidak semua pendukung Chelsea berpikiran sama dengan Worrall. Beberapa tetap menaruh hormat pada Mourinho. “Aku tidak benci kepadanya (Mourinho). Ketika dia meninggalkan Tottenham, aku akan kembali menyukainya lagi,” kata seorang pemilik tiket musiman Chelsea lainnya.

Mourinho juga masih akan bertemu beberapa orang yang akrab dengannya. Bukan tidak mungkin Mourinho akan melepaskan senyum seperti saat bertemu John Terry di Villa Park akhir pekan lalu. Ia akan tetap menyapa dengan hangat Frank Lampard dan beberapa rekan lainnya yang masih berada di Chelsea.

Namun tetap saja, chants-chants yang menyudutkan Mourinho pasti akan terdengar di Stamford Bridge hari sabtu ini. Mungkin memang tidak dinyanyikan oleh semua pendukung Chelsea yang hadir, hanya oleh para pendukung yang belum bisa memaafkan Mourinho.

Kenangan buruk yang terbangun antara Chelsea dan Jose Mourinho, akan diperparah dengan rivalitas dua klub London yang sedang mencoba menjaga posisinya di zona Liga Champions. Pertandingan ini akan menjadi pertandingan panas yang rawan dengan bentrokan keras.

Mourinho tidak memiliki catatan yang baik saat Ia datang ke Stamford Bridge sebagai pelatih tim tamu. Dari 5 kali pertandingan, hanya satu yang berhasil ia menangkan. Saat itu ia datang bersama Inter Milan di musim 2009/10.

Namun, satu hal yang sangat ditakuti pendukung Chelsea pada pertandingan besok adalah jika sampai Tottenham berhasil memenangkan pertandingan. Jika hal itu terjadi, Chelsea bukan hanya kehilangan poin di kandang sendiri, melainkan juga mimpi buruk melihat Mourinho melakukan selebrasi kemenangan di Stamford Bridge bersama Tottenham Hotspurs. “Jika ia melakukan apa yang ia lakukan saat membawa Porto menang atas Manchester United, berlari dari pinggir lapangan sambil memukul dadanya, itu akan menjadi mimpi buruk bagi kami,” kata seorang pendukung Chelsea.

Komentar