Kesedihan McDonald Bersaudara

Backpass

by Ardy Nurhadi Shufi 38758

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Kesedihan McDonald Bersaudara

McDonald`s kini lekat dengan sepakbola. Bagaimana tidak, sejak 1994, perusahaan restoran makanan cepat saji tersebut telah menjadi salah satu sponsor utama ajang terbesar sepakbola yakni Piala Dunia. Sama seperti Piala Dunia, McDonald`s sebagai merek pun sudah mendunia karena restoran McDonald`s kini tersebar di 121 negara.

Indonesia menjadi negara ke-51 yang dijajaki oleh McD, sebutan akrabnya. Pada 23 Februari 1991, gerai McD pertama Indonesia diresmikan di Sarinah, Jakarta. Menurut data tahun 2016, gerai McD yang ada di Indonesia saat ini sudah mencapai 170 – tersebar di seluruh penjuru negeri.

Kembali lagi ke McD dan sepakbola, McD punya peranan penting dalam perkembangan sepakbola dunia. Salah satu contohnya, mereka adalah salah satu perusahaan yang bersuara lantang meminta Sepp Blatter mundur dari Presiden FIFA pada 2015, ketika pria asal Swiss tersebut terbukti bersalah karena korupsi. Mereka juga mengancam mundur menjadi sponsor Piala Dunia 2018 yang diselenggarakan di Rusia, lantaran munculnya kontroversi pada pengumuman Rusia sebagai tuan rumah pada Desember 2010. Ada dugaan, Rusia bisa terpilih menjadi tuan rumah karena adanya konspirasi.

FIFA cukup khawatir akan mundurnya McD sebagai sponsor utama karena restoran yang memiliki lebih dari 35 ribu waralaba di seluruh dunia ini telah menyuntikkan dana besar kepada FIFA. Menurut Forbes, McD membayar 10-25 juta dolar AS per tahun kepada FIFA. Pada Juni lalu, kemungkinan McD menarik diri dari sponsor FIFA disebutkan mencapai 40%. Mereka siap membayar pemutusan kontrak, yang sejatinya baru berakhir pada 2022, senilai 100 juta dolar AS.

Pada akhirnya FIFA melengserkan Sepp Blatter. Kini jabatan Presiden FIFA dipegang oleh Gianni Infantino. Atas dasar itu pula McD terus melanjutkan kerja samanya dengan FIFA, termasuk dengan menjadi salah satu sponsor utama Piala Dunia 2018.

Bahwa McD menjadi salah satu sponsor resmi Piala Dunia ini menunjukkan betapa berpengaruh dan besarnya McD sebagai sebuah perusahaan, baik secara nilai merek maupun komersil dan finansial. Akan tetapi di balik keberhasilan McD yang mendunia ini, ada kesedihan mendalam yang dirasakan dua perintis restoran berlambang "M" ini, yaitu Richard "Dick" McDonald dan Maurice "Mac" McDonald, hingga akhir hayat keduanya pada 11 Desember 1978 (Mac) dan 14 Juli 1998 (Dick).

Mac (kiri) dan Dick (kanan) McDonald

***

Dick dan Mac menjalani kehidupan paruh bayanya dengan bahagia. Restoran milik keduanya, McDonald`s, ramai pengunjung. Kebahagiaan tersebut lebih lengkap karena mereka yang datang ke gerainya yang terletak di San Bernardino, California, penuh senyuman saat menyantap makanan seperti kentang goreng, hamburger, dan minuman ringan.

Keduanya sudah cukup puas dengan berjalannya McD yang ramai pengunjung. Terlebih, keduanya tidak menyangka jika bisnis kuliner lah yang bisa membuat keduanya mampu menyambung hidup di usia 50-an. Sebelumnya, Dick dan Mac mencoba peruntungannya di Hollywood untuk bekerja di bisnis film. Mereka tak berhasil.

Karier keduanya di Hollywood mentok sebagai supir truk Columbia Pictures, salah satu perusahaan film di Amerika Serikat. Sempat membuka bioskop kecil di daerah kecil, Glendoria, bisnis film terbukti tak menghasilkan bagi keduanya. Tapi di tempat tersebut keduanya bertemu dengan Wylie Reed, seorang pemilik kios hot dog dan root beer. Pertemuan dengan Wylie Reed menginspirasi keduanya untuk memulai bisnis kuliner.

Kemudian pada 1940, ketika Dick berusia 31 tahun dan Mac berusia 38 tahun, keduanya pindah dari Glendoria ke San Bernardino karena menganggap Glendoria bukan tempat yang tepat untuk berbisnis. Dimulai dengan berjualan di truk, keduanya kemudian bisa membangun sebuah restoran drive-in (pesanan diantar pada konsumen yang menunggu di mobil) yang ketika itu sedang populer di Amerika Serikat. Berdirilah McDonald`s Famous Barbeque, restoran dengan 27 menu.

McDonald`s sudah berada di tempat yang tepat karena San Bernardino cukup ramai. Walau begitu, McD tetap tidak menghasilkan banyak keuntungan bagi Dick dan Mac. Akhirnya Dick menyadari bahwa hanya beberapa menu saja yang laku dijual, yakni hamburger, kentang goreng, dan minuman ringan.

Menu awal McDonald`s yang memuat 27 menu berbeda

Dipelopori oleh Dick, McD mengubah konsep menjadi restoran yang hanya menjual tiga menu saja. Selain itu, konsep drive-in pun ditinggalkan karena Dick merasa penjualan tersebut memakan pengeluaran besar karena harus banyaknya pramusaji yang mengantarkan pada mobil konsumen. Belum lagi, seringkali pelanggan tak puas karena selain harus menunggu waktu yang agak lama pesanannya diantarkan, makanan atau minuman yang dipesan seringkali salah, yang sialnya tidak bisa ditukar.

McD pun setelah itu menjadi restoran yang lebih ramah untuk keluarga. Tak ada lagi pelanggan yang menunggu hingga 30 menit karena pesanan bisa selesai dalam 30 detik saja. Revolusi itu didapatkan setelah Dick mendapatkan ide untuk membuat dapur dengan sistem yang bisa menyajikan makanan dengan cepat. Pelanggan datang, memesan, menunggu tak lebih dari satu menit, pesanan pun datang.

Ilustrasi ketika Dick menyimulasikan flow dapur McD agar bisa menjadi restoran cepat saji di sebuah lapangan tenis dalam film The Founder

Karena sistem yang cepat, juga ramah untuk keluarga, McD semakin ramai pengunjung. Namun hal itu justru jadi awal bencana bagi Dick dan Mac belasan tahun kemudian. Terlebih setelah seorang bernama Raymond Albert Kroc datang dan melihat dapur McD yang berbeda dengan dapur restoran kebanyakan.

***

Raymond Albert Kroc, yang akrab disapa Ray, adalah seorang penjual mixer. Pada 1954, Ia telah menjelajahi berbagai kota dan restoran untuk menawarkan mixer buatannya, namun kurang laku. Tapi ketika semua restoran yang ia datangi menolak mixer buatannya itu, ia dikagetkan dengan pesanan dari San Bernardino yang justru memesan delapan mixer. Yang memesan mixer-nya dalam jumlah banyak itu adalah Dick.

Bersambung ke halaman berikutnya

Komentar