Berharap ke Pangeran Ali: Si Anak Kemarin Sore Pesaing Blatter

Cerita

by Ammar Mildandaru Pratama

Ammar Mildandaru Pratama

mildandaru@panditfootball.com

Berharap ke Pangeran Ali: Si Anak Kemarin Sore Pesaing Blatter

Hari ini masa depan FIFA ditentukan dan sepertinya masih tetap tak ada perubahan berarti. Hal ini karena Presiden FIFA, Sepp Blatter, yang kembali mencalonkan diri diprediksi akan kembali terpilih dalam kongres.

Sangat sulit memang merobohkan dinasti Blatter di FIFA. Bayangkan saja, ia sudah 40 tahun bekerja di organisasi yang berkantor di Swiss tersebut. Jabatannya sebagai presiden, sudah dilakoninya selama 17 tahun! Itulah sebabnya ia hafal betul seluk beluk organisasi ini sehingga mampu melenggang mulus di tiap pemilihan yang dilakoninya.

Blatter juga pandai soal negosiasi yang membuat para pendukungnya tetap setia berada di baliknya. Entah kebetulan atau tidak hal ini juga terjadi pada organisasi sepakbola asia (AFC) baru-baru ini. Melalui pernyataan resminya, mereka melakukan deklarasi dukungan terhadap Blatter. Sebelumnya, kedua kubu telah menandatangani nota kesepakatan untuk bekerja sama dalam pengembangan sepakbola tepat sehari sebelum pembukaan kongres.

Salah satu bentuk dukungan FIFA adalah kucuran dana segar yang siap dibagikan ke seluruh federasi anggota AFC yang total berjumlah 47, termasuk Indonesia. PSSI sendiri kemungkinan juga akan menjatuhkan hak pilihnya ke Blatter.

"Kami serahkan ke Ketua Umum. Kemarin kayaknya ke Blatter, tapi belum tahu juga nanti di kongresnya," kata Wakil Ketua Umum PSSI, Erwin Dwi Budiawan, dikutip dari CNN Indonesia.

Model negosiasi-negosiasi itu juga yang sudah dilakukan Blatter ke asosiasi lainnya. Pada 2011 pria 87 tahun tersebut dikabarkan menjanjikan bonus 300 ribu dollar Amerika ke 11 asosiasi negara dari Oseania agar mendukungnya di pemilihan masa itu. Jika diperhatikan para asosiasi yang mendukung Blatter sekarang memang sedang punya kedekatan.

Rusia yang mendapatkan jatah tuan rumah Piala Dunia 2018 secara kontroversial melakukan deklarasi untuk mendukung Sepp Blatter. Tak hanya itu, mereka juga mengolok-olok Amerika, negara yang menangkap para petinggi FIFA. Begitu juga dengan negara-negara Afrika yang tergabung dalam CAF yang masih setia di belakang Blatter. Jutaan dollar berupa dana segar dan pembangunan infrastruktur mengalir ke sana dalam program yang bertajuk "Goal Project".

Setitik Cerah dari Pangeran Ali

Pangeran Ali Bin Al-Husein kini menjadi satu-satunya pesaing Blatter setelah Luis Figo menyatakan mundur. Dibandingkan dengan petahana tentu Pangeran Ali tidak ada apa-apanya, peluangnya kecil untuk memenangi pemilihan. Bayangkan saja, Sepp Blatter sudah bekerja di FIFA sejak tahun 1975 yang bertepatan dengan tahun kelahiran Pangeran Ali.

Namun setitik harapan kini ada pada pangeran Yordania ini setelah isu kejahatan di FIFA terbongkar menjelang kongres. UEFA secara terbuka menyatakan dukungannya ke Pangeran Ali. Tetapi sepertinya hal ini belum cukup menggulingkan Blatter dari kekuasaannya karena anggota UEFA yang hanya dihuni 53 anggota, itu pun jika semua sepakat dalam satu suara. Karena sistem voting berlangsung secara tertutup.

Total ada 209 anggota FIFA tahun ini yang mempunyai hak pilih, termasuk negara-negara kecil yang banyak mendukung Blatter. Aturannya adalah 1 anggota berhak atas 1 suara tanpa terkecuali. Misalnya negara kecil Andorra yang mempunyai penduduk kurang dari 100 ribu punya hak sama dengan Tiongkok yang berpenghuni lebih dari 1 miliar jiwa.

Sebagai perbandingan pada pemilihan sebelumnya tahun 2011 Blatter mendapatkan suara mayoritas 186 dari 203 anggota kala itu. Salah satu kekuatan terbesar dari Pangeran Ali adalah dukungan UEFA. Meski secara kalkulasi dan perkiraan suara di atas tak membantu, UEFA punya kekuatan lain berupa keperkasaan mereka di kancah sepakbola dunia.

Apalagi Michael Platini selaku presiden juga terus menggencarkan perang terbuka dengan Blatter berupa permintaan pengunduran diri dan ancaman boikot Piala Dunia. Hal ini yang diharapkan dapat mempengaruhi beberapa anggota lainnya untuk mengalihkan dukungan ke Pangeran Ali.

Selain berkarir di dunia militer, pria 40 tahun ini juga menjabat sebagai ketua asosiasi sepakbola Jordania. Ia juga merupakan pendiri sekaligus ketua Federasi Sepakbola Asia Barat. Pangeran Ali menang dalam kongres sebelumnya tahun 2011 saat mengajukan diri sebagai wakil presiden FIFA mewakili Asia. Salah satu jasanya adalah saat memperjuangkan diperbolehkannya hijab dalam sepakbola perempuan.

Pangeran Ali juga aktif melakukan kampanye terkait transparansi FIFA. Ia adalah salah satu pejabat FIFA yang memaksa dikeluarkannya Garcia Report, sebuah laporan yang mengungkap skandal di balik Piala Dunia 2018 dan 2022.

Komentar