Indonesia U-24 vs Korea Utara U-24 : Garis Pertahanan Tinggi, Indonesia Sering Terancam Melalui Umpan Terobosan

Analisis

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Indonesia U-24 vs Korea Utara U-24 : Garis Pertahanan Tinggi, Indonesia Sering Terancam Melalui Umpan Terobosan

Dua laga berturut-turut, Indonesia U-24 gagal mencetak gol. Setelah kalah 1-0 dari China Taipei U-24, Garuda Muda takluk dari Korea Utara U-24 dengan skor yang identik. Hasil ini membuat Korea Utara lolos sebagai juara grup sementara Indonesia harus puas duduk di peringkat ketiga Grup F. Meski demikian, Egy dkk tetap lolos ke babak 16 besar sebagai salah satu dari empat peringkat ketiga terbaik.

Laga yang digelar di Zhejiang Normal University East Stadium tersebut berjalan dengan intensitas tinggi. Kedua tim bermain cukup terbuka sehingga cukup banyak ruang yang bisa dimanfaatkan lawan. Tidak hanya itu, baik Indonesia maupun Korea Utara menerapkan high pressing dengan garis pertahanan yang tinggi. Oleh karena itu, perpindahan penguasaan bola sangat intensif.

Jika berkaca pada susunan sebelas pertama, Indra Sjafri mengubah struktur pemainan. Kali ini ia menerapkan skema tiga bek yang tidak pernah ia gunakan pada dua laga sebelumnya. Rizky Ridho, Andi Setyo, dan Alfeandra Dewangga bermain bersama sebagai bek tengah. Dony Tri dipercaya turun sebagai pemain utama yang beroperasi di sisi kiri. Di depan, Ramai Rumakiek dan Egy Maulana Vikri menjadi ujung tombak Garuda Muda.

Sebelas Pertama Indonesia U-24 dan Korea Utara U-24

Di kubu lawan, Korea Utara U-24 turun dengan komposisi pemain yang tidak jauh berbeda dari dua laga sebelumnya. Shin Yong Nam tetap menempatkan tiga gelandang untuk mengimbangi lini tengah Indonesia yang pada dua laga sebelumnya selalu unggul. Kim Kukjin kembali menjadi senjata utama didukung oleh dua pemain sayap. Penyerang dengan catatan dua gol tersebut menjadi ancaman terbesar lini pertahanan Garuda Muda.

Terputus Akses ke Sepertiga Akhir

Secara garis besar, masalah serangan Indonesia masih sama dengan apa yang terjadi pada laga sebelumnya. Garuda Muda tidak kesulitan untuk mengalirkan bola dari lini belakang ke tengah meskipun Korea Utara sangat konsisten menerapkan high press. Kehadiran tiga bek, dua bek sayap, dan Rachmat Irianto yang berperan sebagai poros tunggal (single pivot) cukup untuk menandingi lima pemain Korea Utara yang menekan. Namun begitu masuk ke area lawan, Indonesia sangat kesulitan untuk mengirimkan bola ke sepertiga akhir.

Akses ke sepertiga akhir Korea Utara tertutup bukan karena struktur pertahanan Korea Utara, tapi rendahnya kesadaran pemain Indonesia untuk mengisi ruang antar lini. Pada situasi ini, tiga gelandang milik Indra Sjafri tampak kebingungan. Mereka sering berdiri sejajar dengan posisi bola. Tidak ada pemain yang bergerak lebih ke depan untuk mengisi ruang antar lini. Akibatnya, Indonesia kesulitan untuk menerobos pertahanan Korea Utara. Salah satu contohnya ditunjukan pada ilustrasi berikut.

Ilustrasi Ruang Antar Lini Korea Utara

(sumber : Kanal Youtube RCTI Entertainment)

Korea Utara ketika bertahan membentuk struktur 4-4-2. Kelemahan terlihat jelas pada celah yang muncul antara garis pertahanan dengan lini tengah. Memang tidak terlalu besar namun sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan. Dewangga yang berhasil membawa bola dari lini pertahanan ke tengah kesulitan untuk melakukan umpan vertikal. Area yang terbuka di antara lini pertahanan dan lini tengah Korea Utara tidak diisi oleh rekannya. Pada situasi ini Dewangga tidak punya banyak pilihan umpan. Jalur umpan ke Dony Tri di area flank tertutup, begitu juga dengan jalur umpan ke Abimanyu. Maka tidak heran jika Dewangga memilih untuk mengirim umpan terobosan ke Ramai Rumakiek meski potensi keberhasilanya tidak terlalu tinggi.

Garis Pertahanan Tinggi, Rentan Umpan Terobosan

Pada pertandingan ini, peluang Korea Utara memang banyak tercipta pada situasi bola mati. Gol yang tercipta pun berasal dari sepak pojok. Meski demikian, Korea Utara juga mampu mengancam dari situasi open play.

Garuda Muda di bawah asuhan Indra Sjafri menerapkan garis pertahanan tinggi. Keputusan terbusut wajar karena dikombinasikan dengan high press. Tujuanya untuk mengganggu proses build up lawan dan mempersempit area permainan. Meski demikian, taktik tersebut tidak selalu efektif sehingga lawan justru bisa lepas dari tekanan dan dengan cepat berhadapan langsung dengan lini pertahanan Indonesia.

Ilustrasi Ruang Kosong di Belakang Garis Pertahanan Indonesia

(sumber : Kanal Youtube RCTI Entertainment)

Ilustrasi di atas merupakan salah satu momen ketika Korea Utara behasil lepas dari tekanan hingga berhadapan langsung dengan garis pertahanan Indonesia. Lima pemain bertahan Indonesia berhadapan dengan lima pemain Korea Utara. Situasi ini sangat berbahaya karena jumlah pemain seimbang sementara Korea Utara menghadap langsung ke gawang. Ruang di belakang garis pertahanan Indonesia pun sangat luas dan di luar jangkauan Ernando. Ada empat pemain yang siap mengakses area tersebut melalui umpan terobosan.

—------

Berdasarkan pertandingan ini terlihat jelas bahwa belum ada perbaikan yang efektif baik dari sisi serangan maupun bertahan. Lolos ke babak 16 besar sebagai salah satu peringkat terbaik terancam jadi langkah percuma jika Indonesia U-24 tidak segera meningkatkan kreativitas serangan dan disiplin ketika bertahan.

Komentar