Timnas Futsal Indonesia: Punya Potensi, Terhambat Pemerintah Sendiri

Cerita

by Evans Simon

Evans Simon

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Timnas Futsal Indonesia: Punya Potensi, Terhambat Pemerintah Sendiri

Ketidakjelasan nasib Timnas Futsal Indonesia berangkat ke SEA Games 2021 di Hanoi, Vietnam seharusnya bisa dihindari dari jauh hari. Proses seleksi dan efisiensi yang dijalankan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) berdasarkan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) patut dipertanyakan.

Pada Maret lalu, Kemenpora mengumumkan bahwa Indonesia hanya akan mengirimkan 476 atlet dari 31 cabang olahraga ke SEA Games 2021. Jumlah tersebut menurun jauh jika dibandingkan SEA Games 2019 di Filipina (Indonesia mengirim 841 atlet).

Penundaan SEA Games (akibat pandemi COVID-19) menjadi salah satu alasan "perampingan" kontingen. Kemenpora berargumen pagu definitif Kemenpora RI Tahun Anggaran 2022 telah disetujui oleh Komisi X DPR RI pada September 2021, dengan Asian Games 2022 Hangzhou sebagai fokus utama.

DBON menjadi dasar bagi Kemenpora (diwakili oleh tim review Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional) memilih cabor-cabor yang diberangkatkan. Cabor-cabor tersebut dinilai berpotensi menyumbangkan medali. Di luar itu, terdapat beberapa cabor yang tetap diberangkatkan (non-DBON) dengan alasan popularitas. Futsal tidak termasuk dalam keduanya.

"Ini tentunya sangat tidak relevan kalau memang timnas futsal kita tidak berangkat (ke SEA Games 2022). Bahkan sepakbola yang tidak ada juntrungannya, tidak ada prestasinya, selalu berangkat dengan hal-hal yang luar biasa," ujar presenter sepakbola yang juga pernah menjabat Wakil Ketua Bidang Kompetisi Badan Futsal Nasional 2010-2013, Tio Nugroho, dalam diskusi Ruang Pandit.

"Kita masuk ke AFC (Piala Asia Futsal), loh! Masa SEA Games tidak ikut? Menurut saya, itu adalah sebuah tanda tanya besar," dirinya menambahkan.

Potensi Besar Timnas Futsal

Jika dilihat dari usianya, futsal memang bisa dibilang baru seumur jagung. Namun, perkembangan mereka terbilang baik dan stabil.

Lawan timnas di final Piala AFF Futsal 2022, Thailand, merupakan tim langganan Piala Dunia Futsal. Trofi kemarin merupakan titel juara kesembilan yang diraih secara beruntun dari total 16 titel juara sejak 2001.

Dari 17 gelaran Piala AFF Futsal, Indonesia merupakan satu-satunya tim yang mampu merebut gelar juara dari tangan Thailand (pada 2010). Keberhasilan mereka lolos ke final Piala AFF Futsal 2022 juga merupakan yang kedua kali secara beruntun.

Pencapaian itu, menurut Febby Lorentz, selaku mantan ketua Asosiasi Akademi Futsal Indonesia regional Bandung, tidak terlepas dari partisipasi aktif masyarakat di level akar rumput yang terus meningkat dari tahun ke tahun.

"Di sekolah mana sih, yang enggak ada ekstrakulikuler futsal? Belum lagi, akademi-akademi futsal atau sekolah-sekolah futsal sudah banyak banget di Indonesia. Bahkan sekarang ada asosiasi akademi futsal yang ada di sekitar 30 provinsi, kalau tidak salah, bahkan sampai ke Papua. Perkembangannya cukup signifikan untuk olahraga yang baru dimulai pada 2002," kata Febby di Ruang Pandit.

Ditambah kehadiran kompetisi Liga Futsal Profesional Indonesia yang telah bergulir sejak 2006, terlihat cukup jelas bahwa futsal Indonesia memiliki potensi besar untuk berprestasi secara riil di masa mendatang. Mereka memiliki cukup sumber daya untuk menghidupi diri sendiri dan berkembang.

Ketua Umum Komisi X DPR RI, Syaiful Huda, menyayangkan polemik yang terjadi. Menurutnya, perlu ada evaluasi oleh Kemenpora terkait DBON, agar kasus yang dialami oleh Timnas Futsal tidak terulang ke cabor lain.

"Kemenpora seperti bingung, terjebak dengan agenda-agenda yang sedang disusun (sendiri). Salah satu jebakan yang bikin Kemenpora menurut saya tidak objektif menyikapi urusan pengiriman tim futsal ke SEA Games adalah skema DBON milik mereka," kata Huda di Ruang Pandit.

"Kemenpora jadi terjebak pada game yang dia bikin sendiri. Risikonya dia timbang-timbang, ‘oh ini enggak jadi bagi cabang olahraga yang berpotensi’, karena sudah ditetapkan. Padahal, soal DBON itu juga relatif kita (masyarakat) belum tahu persis desain seperti apa yang dibayangkan Kemenpora, tetapi output-nya sudah langsung membuat pagar-pagar (antarcabor)," tutur dirinya.

Hingga kini, DBON sendiri memang relatif tidak jelas dikenal oleh publik. Perlu ada penjelasan yang lebih transparan dari Kemenpora agar cabor-cabor potensial lain akhirnya tidak menjadi korban susulan Timnas Futsal.

Komentar