Morrison, Si Bengal Dari Manchester

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Morrison, Si Bengal Dari Manchester

Rupanya pengalaman didepak Sir Alex Ferguson dari Old Trafford masih belum dijadikan pelajaran oleh Ravel Morrison. Tindakan indisipliner yang tak henti-hentinya ia lakukan boleh jadi akan membuat bakatnya, yang ditemukan oleh Bhil Borgan (pencari bakat Manchester United), menjadi sia-sia.

Padahal ia punya bakat yang bagus. Sejak umur 14 tahun ia sudah masuk ke dalam radar United. Kemampuan dan bakatnya sudah membuatnya berhasil menarik perhatian banyak orang.

Rio Ferdinand, dalam salah satu wawancara di BT Sport, menceritakan kesan pertamanya. Ia mengaku mendengar nama Morrison pertama kali dari Ferguson langsung. Saat tengah menyaksikan latihan akademi United, Ferguson berkata kepada Ferdinand, "Lihatlah bocah lelaki itu," cerita Rio.

"Manajer pikir dia adalah pemain terbaik yang pernah dilihat pada usianya saat itu," sambungnya lagi.

Dua tahun kemudian, giliran Darren Fletcher yang takjub melihat kemampuan Morrison. "Fletcher berbicara kepada saya: dia berlari dengan bola, hanya berlari dengan itu dan dia hampir menatapku sambil membawa bola dan menunggu untuk saya bergerak dan kemudian dia baru bereaksi," papar Fletcher.

Itulah yang membuatnya mampu menembus tim senior pada 2010. Setahun kemudian, masih di tim akademi, ia memimpin rekan-rekannya menjuarai FA Youth Cup. Ia pun menjadi incaran klub lain, di antaranya Chelsea dan Arsenal dikabarkan menginginkannya bergabung.

Akan tetapi aksinya di lapangan sepakbola berbeda dengan yang dilakukannya di luaran sana. Morrison dikenal sebagai salah satu pemain yang sering keluar masuk pengadilan. Salah satu kelakuannnya adalah ketika mengintimidasi bocah 15 tahun di jalanan. Ia juga diduga sering melakukan aksi pencurian kecil di ruang ganti. Salah satunya mengambil sepatu rekan kesebelasannya, untuk diberikan kepada teman-temannya. Bahkan akibat kelakuan macam itu, Ferdinand sempat "menginterogasi" Morrison saat ia kehilangan jam tangan.

Ferguson pun pernah mengegeleng-gelengkan kepalanya karena protes Morrison mengenai gajinya bersama MU. Untuk seorang pemain muda, yang masih berkembang dan belum sepenuhnya jadi, ia sudah meminta gaji lebih dari 15 ribu pounds per pekan. Tentu saja Fergie tak menyetujuinya. Ia tipikal manajer yang sangat menghargai kedisiplinan dan membenci indisipliner. Juga tidak menyukai pemain-pemain muda, seberbakat apa pun dia, yang sudah bertingkah besar kepala bak seorang pemain yang sudah jadi hebat.

Maka ia pun dijual kepada West Ham United yang saat itu digaji oleh Sam Allardyce. Tanpa pernah mencicipi debut di Premier League, Morrison pun bergabung dengan kesebelasan berjuluk The Hammers pada Januari 2012 dan mendapatkan apa yang dia inginkan tapi gagal diperoleh di Old Trafford: gaji 20 ribu pounds per pekan.

Ia pun memperoleh debutnya di West Ham yang saat itu berlaga di Divisi Championship ketika menghadapi Leeds United yang berakhir 1-1. Itu merupakan laga pertama dan terakhir Morrison di sisa musim Divisi Championsip. Kendati cuma sekali, setidaknya lebih baik daripada tidak sama sekali.

Dirinya baru benar-benar menikmati pertandingan ketika dipinjamkan ke Birmingham City. Walau masih berkecimpung di Divisi Championship 2012/2013, ia diberikan kesempatan 27 kali tampil. Selain mendapatkan jam terbang lebih banyak, selama satu musim itu Morrison menyumbangkan tiga gol. Walau sempat diwarnai perselisihan dengan Lee Clark, pelatih Birmingham saat itu. Tidak heran jika peminjamannya  tidak dilanjutkan dan ia kembali ke West Ham United yang promosi ke Premier League musim 2013/2014.

Kali ini ia diberikan kesempatan agak banyak dengan tampil sebanyak 16 kali dan 12 diantaranya masuk dalam susunan pemain awal. Kendati demikian, lagi-lagi kelakuan buruk mencoreng namanya. Pria kelahiran Wythenshawe, Manchester, itu kepergok merokok. Juga mabuk-mabukan atau keluar larut malam bersama kawan-kawan terdekatnya.

Akibatnya pemain tengah ini dipinjamkan ke Queens Park Rangers (QPR) pada awal Januari 2014. Bersama Harry Redknapp, Morrison lebih mendapatkan kenyamanan. Ia bermain sebanyak 17 kali dan mencetak enam gol. Redknapp ingin mempermanenkannya, tapi akhirnya Morrison malah dipinjamkan ke Cardiff City.

Tapi alih-alih karir cemerlang, ulah buruk demi ulah buruk kembali ia lakukan, Pada Agustus 2014, pria 21 tahun ini malah memposting foto saat diainya sedang memegang botol minuman keras. Itu belum cukup. Ia juga berfoto mengenakan jersy Arsenal di dalam mobil mewah miliknya. Satu bulan sebelumnya, ia ditangkap karena diduga melakukan kekerasan kepada mantan kekasih dan ibunya. Walau bukti CCTV hanya memperlihatkan mantan pacarnya itu terpeleset, nama Morrison tetap saja kembali tercoreti arang.

Akumulasi semua hal itulah yang membuat Morrison dikembalikan lebih cepat dan hanya bertahan enam bulan saja. Akhirnya ia dipulangkan kembali ke West Ham dan disambut dengan berang oleh Allardyce. Mantan pemain nomor 38 Cardiff itu langsung diskorsing pada latihan perdananya bersama The Hammers pada bulan Januari.

“Dia hanya harus mengubah seluruh hidupnya dan kemudian mudah-mudahan di suatu tempat dia menemukan jalur yang seharusnya dia menjadi pemain besar,” ujar Allardyce, seperti dikutip Daily Mail.

Kini nasibnya mesti tunggang langgang karena tidak memiliki kesebelasan. Beberapa kesebelasan seperti Lazio, Aston Villa dan QPR urung meminangnya, setelah sebelumnya sempat mencincar pria setinggi 175 cm tersebut.

Akan tetapi belakangan dikabarkan hati Redknapp, pelatih QPR, melunak. Maka ada memungkinkan jika penggawa tim nasional Inggris U-21 tersebut bisa kembali bermain di bawah arahan Redknapp.

"Waktu ke waktu dia datang menuju akhir musim. Meskipun ia tidak bisa mendapatkan tim utama, dia memiliki bakat yang luar biasa, tapi sikapnya membuat anda perpikir tentang dimana dia akan berada dalam enam tahun ke depan," ungkap Redknapp.

Ya, bisa jadi kembali ke Loftus Park merupakan tujuan Morrison yang lebih baik. Mengingat ia pernah berkarir cukup cemerlang di bawah besutan Redknapp.

Tapi pertanyaannya masih sama: cara macam apa agar Morrison tidak kelewat sering teler? Cara apa lagi yang bisa membikin Morrison lebih fokus pada bola di lapangan dan bukan bola-bola yang mengabur pada sepasang mata yang sedang teler?

Komentar