Jangan Berharap Era Baru AS Roma Bisa Mempersembahkan Scudetto

Analisis

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Jangan Berharap Era Baru AS Roma Bisa Mempersembahkan Scudetto

Menjadi yang kedua selalu membosankan bagi AS Roma. Sematan itu yang diterima Roma di akhir cerita Serie-A pada setiap musimnya. Sejak musim 2012/2013, Roma harus puas terus-terusan menjadi runner-up dan gigit jari karena gelar juara diraih Juventus. Bahkan pada Serie-A 2015/2016, Roma sedikit terpeleset ke peringkat tiga.

Sebetulnya, skuat Roma yang dibesut Luciano Spalletti sudah cukup sempurna pada musim lalu. Roma menjadi kesebelasan paling banyak melepaskan tendangan tepat sasaran ke gawang lawan dan memenangkan duel udara. Mereka sanggup 17,8 kali menendang bola ke arah gawang di setiap laganya dan memenangkan 59,6 persen duel udara. Roma pun yang meraih kemenangan dalam empat pertandingan terakhir Serie-A 2016/2017, hanya kalah empat poin dari Juventus yang menjadi juara.

Jika skuat tersebut tetap dipertahankan, di mana harmonisasi tim sudah terjalin, bukan tak mungkin musim berikutnya, ditambah dengan transfer potensial pada bursa musim panas 2017, Roma berpeluang lebih besar meraih scudetto Serie-A 2017/2018. Tapi pada nyatanya Spalletti tidak memperpanjang kontraknya dan memilih pindah ke Internazionale Milan. Diperparah dengan pelepasan pemain-pemain pentingnya ke kesebelasan lain karena menghindari hukuman Financial Fair Play (FFP) dan pembangunan stadion baru.

Kebutuhan Sayap Kanan Belum Terpenuhi

Roma bak batu karang yang diterjang ombak berkali-kali pada bursa transfer musim panas 2017. Berawal dari perginya Spalletti dan pensiunnya Francesco Totti. Kemudian Eusebio Di Francesco yang menjadi pelatih baru harus dikagetkan karena satu per satu para pemain penting Roma musim lalu telah pergi. Antonio Rudiger (Chelsea), Leandro Paredes (Zenit St Petersburg), Mario Rui (Napoli), Mohamed Salah (Liverpool) dan Wojciech Szczesny (Juventus) sudah resmi memperkuat kesebelasan lain.

Monchi selaku Direktur Olahraga Roma pun seperti dikambing hitamkan atas penjualan pemain-pemain penting kesebelasan tersebut. Di sisi lain, mantan Direktur Olahraga Sevilla itu tidak ingin sepenuhnya disalahkan. Ia pun mempertajam matanya untuk mencari pemain-pemain muda potensial atau berpengalaman untuk dijadikan obat penawar bagi Roma. Awalnya, Monchi mendatangkan pemain-pemain yang tidak memiliki nama besar walaupun sebenarnya cukup berkualitas.

Mereka adalah Hector Moreno (PSV Eindhoven), Lorenzo Pellegrini (Sasuolo), Maxime Gonalons (Olympique Lyonnais) dan Rick Karsdorp (Feyenoord). Kemudian Aleksandar Kolarov (Manchester City), Chengiz Under (Istanbul Basaksehir) dan Gregoire Defrel (Sassuolo), menyusul didatangkan. Roma pun masih mengincar pemain sayap kanan baru yang diarahkann kepada Domenico Berardi (Sassuolo), Munir El Haddadi (Barcelona), Riyad Mahrez (Leicester City).

Selama pra-musim, Defrel atau Under adalah pemain yang dijadikan sayap kanan selagi menunggu pemulihan Alessandro Florenzi, "Kami harus mendatangkan pemain reguler yang dibutuhkan dan itu di area yang kami butuhkan saat ini, serangan di kanan. Kami tidak memiliki pilihan pertama pemain berkaki kidal untuk Serie-A. Zona itulah yang di mana kami membutuhkan pekerjaan lebih banyak," imbuh Di Francesco, seperti dikutip dari Football-Italia.

Pelatih yang merupakan mantan pemain Roma itu seperti harus menyusun puzzle yang terpecah-pecah. Di Francesco wajib terus memutar otak atas cuci gudang yang terjadi di skuat kesebelasannya. Apalagi ia baru sekitar dua bulan berada di mantan kesebelasannya sewaktu masih menjadi pesepakbola. Di Francesco juga masih belum mendapatkan pemain sayap kanan yang benar-benar diinginkannya. Apalagi jika mengingat filosofi taktiknya adalah mengandalkan serangan melalui sisi lapangan.

Taktik Menyerang a la Eusebio Di Francesco

Ketika masih melatih Sassuolo di Serie-B, Di Francsco selalu mampu membawa mantan kesebelasannya itu menang dengan skor besar. Ketika mengalahkan Cesena 5-0 pun menjadi skor kemenangan terbesar partai kandang di Serie-B 2012/2013. Filosofi gaya permainan menyerang tersebut tidak lepas dari perguruannya kepada Zdenek Zeman. Mereka berdua pernah bersama-sama di AS Roma dari 1997 sampai 1999. Saat itu Zeman menjadi pelatihnya dan Di Francesco merupakan pemainnya saat itu

"Saat berada di Sassuolo, saya tidak pernah bermain sepakbola bertahan melawan siapapun. Kami tidak akan mengubah cara bermain kami hanya karena risikonya lebih tinggi. Kami akan bermain sepakbola menyerang dan mencoba membawa lawan ke permainan kami," ujar Di Francesco seperti dikutip dari SBS.

Saat menyerang, Di Francesco sangat mengandalkan kedua sisi lapangan. Pada formasi 4-3-3, tidak hanya penyerang sayap yang diandalkan untuk menyerang, tapi kedua full-back pun agresif naik ke sepertiga akhir lawan. Di Francesco kerap menginstruksikan kesebelasannya membuat garis ofensif yang lebar agar pertahanan lawan terbuka karena terpancing. Kemudian pemainnya bisa menyerang ke tengah atau melepaskan umpan silang ke kotak penalti.

Serangan yang dibangun Di Francesco pun tidak lepas dari pressing ketat yang diterapkannya. Ketika bertahan, biasanya Di Francesco mengubah formasi dari 4-3-3 menjadi 4-5-1. Tiga gelandang tengahlah yang akan bekerja keras merebut bola. Setelah penguasaan bola terambil alih, Sassuolo akan memulai serangan dengan operan-operan pendek sebelum pemain sayapnya sudah siap di sisi lapangan seperti yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya.

Formasi

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bahwa Di Francesco mengandalkan formasi 4-3-3. Pada posisi penjaga gawang, Roma akan menyerahkan kepada Alisson yang juga merupakan kiper utama Tim Nasional Brasil saat ini. Sementara duet bek tengah akan dilematis karena Federico Fazio, Hector Moreno dan Federico Fazio selalu masuk skuat utama pada musim lalu. Jika dilihat dari statistik musim sebelumnya, duet Manolas dengan Fazio lebih diunggulkan.

Hal itu karena Fazio dan Manolas melakukan tekel bersih lebih banyak daripada Moreno di masing-masing liga domestiknya. Fazio melakukan tekel bersih 45 kali dan Manolas 27 kali. Sementara, Moreno melakukan tekel bersih 21 kali bersama PSV selama Eredivisie 2016/2017. Keunggulan juga ditunjukan pada statistik duel udara. Soal ini, Fazio paling unggul dengan memenangkan 45 duel udara. Sementara Manolas 27 kali dan Moreno 21 kali.

Keunggulan Moreno dari dua rekannya itu adalah kontribusinya mencetak gol. Dari 31 pertandingannya bersama PSV di Eredivisie musim lalu, ia mebekukan tujuh gol. Sementara di kedua bek sayap akan diperankan pemain baru, yaitu Kolarov di kiri dan Karsdorp di kanan. Pilihan Kolarov karena Roma tidak memiliki alternatif lain atas cedera panjang Emerson Palmieri. Sementara Karsdorp lebih unggul statistik daripada Bruno Peres.

Total permainan Karsdorp di Eredivisie musim lalu memang kalah dua pertandingan daripada Peres. Namun jumlah tekel bersih Karsdorp sama dengan pesaingnya tersebut, yaitu sebanyak 25 kali. Operan sukses Karsdorp juga mengalahkan Peres dengan melepaskannya 1249 kali dibandingkan 862 kali. Lalu bagaimana dengan lini tengah? Pertanyaan ini akan langsung dijawab dengan keberadaan Daniele De Rossi, Kevin Strootman dan Radja Nainggolan.

Kepastian jawaban itu juga terjadi ketika memilih penyerang tengah atas keberadaan Edin Dzeko. Ia akan diapit dua pemain sayap di kanan dan kiri. Di sisi kiri, Diego Perotti seperti akan menjadi pilihan Di Francesco. Konon, Di Francesco-lah yang ngotot ingin mempertahankan Perotti ketika ada isu ia akan dijual ke kesebelasan lain. Sementara di sayap kanan untuk sementara bisa diperankan Defrel sambil menunggu kesembuhan Florenzi dan kembali ke penampilan terbaiknya.

Pemain Kunci: Radja Nainggolan

Para pendukung Roma was-was ketika adanya kontroversi mengenai akun instagram Strootman yang dikomentari Salah soal kepergian Rudiger. Komentar Salah seperti memberikan isyarat bahwa Nainggolan bakal pindah ke kesebelasan Liga Primer Inggris. Tapi nyatanya kepindahan gelandang 29 tahun itu tidak terjadi. Nainggolan justru memperpanjang kontraknya di Roma sampai 2012.

Tentu bertahannya Nainggolan membuat Di Francesco lega dalam persoalan taktikal. Seperti yang dijelaskan pada sub judul sebelum-sebelumnya bahwa Di Francesco mengandalkan gelandangnya untuk melakukan tekanan kepada lawan. Tentu membutuhkan gelandang bertenaga besar dan cepat untuk memenangkan penguasaan bola di wilayah lawan, dan pemain di Roma itu adalah Nainggolan.

Selain mengandalkan gelandang yang mampu menyokong pressing di wilayah lawan, kemampuan Nainggolan mencetak gol juga merupakan salah satu syarat yang diinginkan Di Francesco. Ketika ia melatih Sassuolo musim lalu, peran perebut bola di wilayah lawan sekaligus pencetak gol itu dilakoni Pellegrini. Gelandang asal Belgia itu unggul soal tekel bersih dan torehan gol daripada Pellegrini.

Total, Nainggolan mampu melakukan 57 tekel bersih dan mencetak 11 gol dari 37 pertandingan Serie-A 2016/2017. Sementara Pellegrini melakukan 26 tekel bersih dan mencetak enam gol dari 28 laga musim lalu. Maka dari itu lini tengah Roma akan membuat Di Francesco semakin sumringah. Sementara Pellegrini pun mendapatkan mentor yang luar biasa di kesebelasan berjuluk I Lupi (Si Serigala) saat ini.

Perkiraan di Kompetisi

Di Francesco masih perlu adaptasi dengan skuatnya karena mengalami bongkar pasang skuat yang sangat hebat. Apalagi ia masih belum mendapatkan pemain sayap kanan yang sesuai dengan keinginannya. Defrel yang selama dijadikan sayap kanan selama pra-musim pun sebenarnya merupakan seorang penyerang tengah. Kegelisahan Di Francesco di posisi itu bisa hilang jika Florenzi bisa pulih lebih cepat lagi.

Intinya Di Francesco masih butuh waktu memaksimalkan skuatnya saat ini jika dilihat dari tiga kekalahan dalam tiga pertandingan pra-musim terakhir. Maka dari itu agaknya sulit jika Roma menjadi pesaing utama Juventus dalam perburuan scudetto jika melihat persiapan AC Milan dan Inter yang hebat selama pra-musim.

Komentar