Wawancara Ekslusif Diego Michels: Sepakbola Modern dan Lika-liku Karier Diego di Indonesia

PanditTV

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Wawancara Ekslusif Diego Michels: Sepakbola Modern dan Lika-liku Karier Diego di Indonesia

Nama Diego Michels melejit ketika membela kesebelasan negara Indonesia U-23 di ajang SEA Games 2011. Tiba di Indonesia bersama Ruben Wuarbanaran dan Joey Suk untuk mengikuti seleksi skuat Garuda U-23, Diego kemudian menjadi pemain naturalisasi pertama yang bermain untuk level selain tim senior.

Diego Michels menjadi salah satu sosok di kancah sepakbola Indonesia yang selalu menarik perhatian. Belum lagi gaya rambut dan tato di sekujur tubuh membuat Diego seakan menjadi berbeda dibandingkan kebanyakan pesepakbola lokal lain.

Dalam wawancara bersama Pandit Football Indonesia, Diego menceritakan banyak hal dimulai dengan keputusannya berkarier di Indonesia. Sebelumnya, ia bermain untuk RDC Deventer di level Amatir, hingga kemudian hijrah ke Go Ahead Eagles, yang memang konon katanya berisikan banyak sekali pemain belanda keturunan Indonesia.

"Ada yang ajak aku main di sini (Indonesia), saudara aku juga bantu aku selama di sini. Aku tiba di sini tahun 2011 bulan Febuari," ujar Diego mengawali pembicaraan. "Aku datang untuk seleksi Timnas U-23, sudah lolos waktu itu. Lalu dibilang jika ingin bermain untuk Indonesia harus main untuk klub di sini."

"Awalnya aku tidak mau sekali. Soalnya sedang bermain untuk klub yang paling aku cinta (Go Ahead Eagles) dan hidup di Deventer. Apalagi aku waktu itu sudah main untuk tim senior, juga sudah perpanjang kontrak sampai tahun 2015," tuturnya.

Diego sendiri menjadi salah satu pemain naturalisasi yang begitu lancar berbahasa Indonesia. Lucunya, ia sempat bermasalah ketika mengikuti kursus bahasa Indonesia. Bahkan ia sampai dikeluarkan oleh gurunya saat itu.

"Aku ikut kursus 30 menit sudah diusir keluar. Sempat belajar (Bahasa Indonesia di kursus) sama Ruben Wuarbanaran. Tapi karena aku tidak bisa duduk diam (dan memerhatikan), disuruh keluar oleh gurunya. Akhirnya tidak lanjut," terang Diego.

Nyatanya bukan dari kursus atau guru privat pria kelahiran Deventer, Belanda, 25 tahun lalu ini bisa lancar berbahasa Indonesia. Ia menjadi lebih fasih berbahasa Indonesia justru ketika tersandung kasus pemukulan pada tahun 2014 lalu yang membuatnya terpaksa mendekam di tahanan untuk beberapa bulan. Interaksi yang ia lakukan di lingkungan 'hotel prodeo' tersebut membuatnya lancar berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia, meskipun masih dalam konteks bahasa sehari-hari.

"Setelah aku ada masalah (kasus pemukulan) dan masuk 'hotel gratis', setelah itu mulai lancar. Banyak belajar logat Makassar, Ambon, Jakarta, tidak tahu, banyak sekali (yang aku pelajari)," aku pemain yang sekarang Pusamania Borneo FC ini.

Kemudian Diego menceritakan alasan mengapa ia menyematkan nama 'Anindjola' di nama punggungnya saat ini. Ternyata nama tersebut adalah nama marga keluarga Diego yang berasal dari Maluku. Diego menyematkan nama tersebut sebagai bentuk penghormatan terhadap keluarganya yang berdomisili di tanah air. Nama marga tersebut berasal dari Portugis yang merupakan tanah kelahiran ibu dari ayah Diego.

"Itu marga oma aku yang berasal dari Maluku barat daya. Kenapa aku sekarang pasang nama itu, karena aku ingin orang lain juga tahu bahwa itu adalah nama aku juga," tandasnya.

Berbicara mengenai nama, Diego awalnya merasa kesal ketika pertama kali tiba di Indonesia namanya disebut sebagai 'Michels'. Meskipun kini ia sudah agak terbiasa apabila dipanggil demikian. "Nama aku dibaca Mi-hils, di sini sering disebut Mi-chels."

Halaman berikutnya, Diego Michels dan Permainannya di Lapangan Hijau

Komentar