Putaran Keempat FA Cup Man City vs Arsenal: Duel Pengguna Inverted Full Back

Taktik

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Putaran Keempat FA Cup Man City vs Arsenal: Duel Pengguna Inverted Full Back

Putaran keempat Piala FA akan mempertemukan dua tim teratas Liga Inggris yaitu Manchester City dan Arsenal di Stadion Etihad, Jumat (27/1). Lima pertemuan terakhir antara kedua tim selalu dimenangkan oleh Manchester City. Meski demikian, Arsenal justru dua kali memulangkan tuan rumah di babak semifinal FA Cup dan berakhir sebagai juara. Tapi, musim ini, mereka belum pernah bertemu di kompetisi mana pun termasuk di Premier League. Laga Man City vs Arsenal ditunda karena pergeseran jadwal akibat meninggalnya Ratu Elizabeth. Laga tunda akan dimainkan pada 16 Februari.

Mengingat jadwal turnamen yang padat, kemungkinan besar kedua tim melakukan rotasi di beberapa posisi. Josep `Pep` Guardiola memiliki keleluasaan lebih besar karena diisi oleh pemain-pemain dengan kualitas yang hampir setara. Sementara Mikel Arteta perlu lebih cermat karena skuad yang mereka miliki tidak sedalam tuan rumah.

Julian Alvarez diperkirakan akan menjadi pilihan utama di posisi penyerang karena Erling Haaland butuh istirahat. Di tengah, Rodri kemungkinan tetap mengisi pos gelandang bertahan ditemani Ilkay Gundogan dan Bernardo Silva. Sergio Gomez yang tampil cemerlang pada babak sebelumnya layak diberi kepercayaan sebagai bek kiri.

Di kubu lawan, Leandro Trossard dan Emile Smith Rowe bisa menjadi opsi utama karena dua pemain ini butuh menit bermain. Fabio Vieira memiliki kapasitas yang hampir setara dengan Martin Odegaard untuk memainkan peran gelandang serang. Pemain asal Portugal tersebut akan ditemani Albert-Sambi Lokonga dan Granit Xhaka di lini tengah.


Gambar 1 - Potensi Sebelas Pertama

Jika melihat performa tim di ajang Liga Inggris, baik City maupun Arsenal musim ini merupakan dua tim yang kuat dalam penguasaan bola. The Citizens tercatat memiliki rata-rata penguasaan bola mencapai 65,5 persen, sementara The Gunners 57,3 persen. Bedanya, tim Meriam London sedikit kurang efektif dengan torehan 45 gol dari 308 kesempatan, sementara tim tuan rumah mencetak 53 gol dari 335 kesempatan. Catatan tersebut menunjukkan bahwa City memiliki lini serang yang lebih berbahaya dari Arsenal.

Sebaliknya, skuad besutan Mikel Arteta lebih baik dari sisi pertahanan. Secara statistik mereka menderita 164 ancaman di liga tapi hanya kebobolan 16 gol. Sementara City kebobolan 20 gol dari jumlah ancaman yang lebih sedikit, yaitu 149 ancaman.

Pengguna Inverted Full Back

Pelatih dari kedua tim memiliki hubungan yang erat sebab Arteta pernah menjabat sebagai asisten Pep Guardiola hingga akhir tahun 2019. Berkat pengalaman tersebut, terdapat beberapa taktik yang Arteta terapkan mirip dengan apa yang Pep terapkan. Salah satunya adalah penggunaan inverted full back.

Inverted full back merupakan peran bagi seorang bek sayap yang bergerak ke tengah ketika menguasai bola. Gerakan tersebut membuat lini tengah memiliki pemain lebih banyak sehingga bisa menjadi salah satu solusi untuk lepas dari high pressing lawan. Peran ini membuat seorang bek sayap sangat terlibat dalam proses membangun serangan dari belakang sekaligus memudahkan tim untuk mempertahankan penguasaan bola. Sebab pergerakan ini membuat sebuah tim memiliki banyak opsi umpan di lini tengah.

Pep memiliki Joao Cancelo, sementara Arteta memiliki Oleksandr Zinchenko yang andal dalam memainkan peran tersebut. Meski demikian, dalam beberapa pertandingan, Pep memberikan peran tersebut kepada Sergio Gomez sementara Arteta perlahan mempercayakan peran tersebut kepada Kieran Tierney atau Takehiro Tomiyasu. Pada pertandingan ini, peran seorang inverted full back akan menjadi andalan kedua tim untuk lepas dari tekanan lawan.

Penggunaan inverted full back dari kedua tim cenderung serupa. Pada saat menguasai bola, Pep dan Arteta menggunakan mereka untuk lepas dari tekanan lawan dan mempertahankan penguasaan bola serta membangun serangan. Pada situasi bertahan, inverted full back kembali ke posisi naturalnya (sebagai bek sayap) dan mengawal pemain sayap lawan. Saat transisi dari menyerang ke bertahan, gerakan inverted full back menyesuaikan dengan gerakan serangan balik lawan namun lebih fokus untuk memutus serangan secepat mungkin dibanding menjaga target serangan balik lawan.

Manfaatkan Mobilitas Alvarez

Man City memiliki banyak variasi di lini depan pada musim ini. Mereka memiliki Haaland yang ahli dalam mencari celah dan lepas dari penjagaan lawan, dan Alvarez yang rajin bergerak mulai dari lini depan, menjemput bola ke lini tengah, hingga turun ke lini pertahanan. Pada pertandingan ini, kemungkinan besar Alvarez yang akan bermain sehingga Pep harus memanfaatkan salah satu kelebihannya yang memiliki mobilitas tinggi.

Pada pertandingan sebelumnya, Alvarez terhitung menyentuh bola sebanyak 28 kali yang 14 di antaranya (50 persen) dilakukan di lini tengah. Gaya permainan seorang penyerang dengan mobilitas tinggi cocok diterapkan dengan dua sayap yang mampu melakukan penetrasi ke kotak penalti. Oleh karena itu, Alvarez akan cocok bermain bersama Mahrez, Grealish, bahkan Foden.

Ketika City memulai serangan dan berhasil mengirimkan bola ke kaki Rodri atau Bernardo Silva, peran Alvarez dimulai. Ia harus mencari momen paling tepat untuk turun ke tengah mendekati Bernardo seakan-akan meminta bola. Pada saat bersamaan, Grealish dan Mahrez harus memahami momen tersebut untuk masuk ke dalam celah yang tercipta akibat bek lawan yang mengikuti pergerakan Alvarez.

Selain itu, Alvarez juga memiliki kemampuan mengontrol bola di area sempit. Hal ini dapat menjadi senjata alternatif untuk membongkar pertahanan Arsenal. Bernardo akan menjadi otak utama serangan untuk memulai kombinasi umpan pendek di area sempit. Mahrez dan Grealish yang melebar harus lebih merapat ke tengah agar jarak antar pemain lebih dekat sehingga kombinasi umpan pendek berjalan lebih efektif.

Jika Pep menjalankan dua taktik di atas, kemungkinan besar Arteta menerapkan zonal marking. Respon taktik tersebut cocok untuk mengantisipasi pola serangan City karena mereka tidak terlalu fokus untuk mengawal pemain, tapi menjaga ruang. Dengan demikian, setinggi apapun mobilitas para penyerang City (termasuk Alvarez) tidak akan menghancurkan struktur pertahanan The Gunners.

Aspek Kejutan dari Trossard dan Smith Rowe

Salah satu keuntungan Arteta adalah hadirnya Trossard dan kembalinya Smith Rowe dari cedera. Dua pemain ini bisa menjadi aspek kejutan karena menit bermain bersama Arsenal masih sedikit. Oleh karena itu, tidak banyak data yang bisa menjadi dasar analisis lawan untuk mengantisipasi dua pemain ini.

Jika Trossard dan Smith Rowe bermain sejak awal, diperkirakan mengisi sayap dan salah satunya mengisi pos penyerang. Kelebihan dari dua pemain ini adalah giringan bola dan umpan pendek. Jika melihat data Trossard ketika masih berseragam Brighton and Hove Albion, ia merupakan pencetak gol terbanyak dengan capaian tujuh gol. Selain itu, pemain asal Belgia tersebut memiliki catatan dribel sukses tertinggi dengan persentase 41 persen. Sementara Emile Smith Rowe musim lalu mencatatkan angka dribel sukses hingga 60 persen.

Jika mereka telah menemukan kecocokan dan mengerti pergerakan satu sama lain, besar kemungkinan mereka akan menjelma sebagai mimpi buruk bagi publik Stadion Etihad.

Tantangan terbesar Trossard dan Smith Rowe adalah kehadiran Kyle Walker, Manuel Akanji, dan Aymeric Laporte yang kuat dalam duel satu lawan satu. Walker yang beroperasi di sisi kanan akan berhadapan langsung dua pemain tersebut. Sementara Akanji dan Laporte memiliki keunggulan fisik yang membuat mereka kuat dalam duel. Tercatat Laporte musim ini memenangkan 70 persen, Akanji 51 persen, dan Walker 55 persen.

Komentar