Analisis Pertandingan Manchester United vs Arsenal: Erik ten Hag Mengupas Kelemahan Arsenal dan Cara Menghukumnya

Taktik

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Analisis Pertandingan Manchester United vs Arsenal: Erik ten Hag Mengupas Kelemahan Arsenal dan Cara Menghukumnya

Manchester United berhasil menaklukkan Arsenal di depan publik Old Trafford dengan skor meyakinkan 3-1. Antony sebagai sang debutan turut menyumbang satu gol sebelum dibalas oleh Bukayo Saka. Dua gol dari Marcus Rashford memastikan tiga angka untuk tuan rumah dan memaksa tim tamu pulang dengan tangan kosong. Hasil pertandingan ini tidak mempengaruhi posisi klasemen kedua tim. Manchester United tetap di peringkat kelima dan Arsenal masih bertahan di puncak klasemen sementara.

Gambar 1 - Susunan Pemain Pertama Manchester United vs Arsenal

Sumber : SofaScore

Erik ten Hag turun dengan skuad terbaiknya. Lengkap dengan pemain anyar yang baru mendarat dari Ajax Amsterdam, Antony. Ini menunjukkan bahwa perlahan, pelatih asal Belanda ini menemukan susunan tim terbaiknya. Sementara Mikel Arteta menurunkan pemain yang pekan lalu berhasil mengalahkan Aston Villa. Hanya saja di posisi bek kiri, ia memasang Oleksandr Zinchenko untuk menggantikan Kieran Tierney.

Seperti yang telah saya uraikan dalam pratinjau pertandingan, Arsenal lebih berani mengambil inisiatif penguasaan bola. Terbukti hingga akhir laga, anak asuh Mikel Arteta menguasai 60,5% penguasaan bola dengan 624 sentuhan dan 84% umpan sukses. Albert Sambi Lokonga diplot untuk menggantikan peran Thomas Partey sebagai distributor bola dari lini belakang ke lini tengah.

Gaya permainan tersebut telah Arteta terapkan sejak laga pertama dan sukses membawa mereka ke puncak klasemen sementara. Tapi, cerita di Old Trafford berbeda. Erik ten Hag menjadi sutradara yang sempurna dalam cerita menghukum kelemahan Arsenal. Ia membuktikan bahwa banyak celah yang bisa dimanfaatkan dari gaya permainan The Gunners. Apalagi, ia sadar bahwa celah-celah tersebut sangat cocok dengan karakter para pemainnya. Lalu, bagaimana cara Erik ten Hag menghentikan rentetan kemenangan Arsenal?

Merancang Efektivitas

Secara garis besar, kemenangan Manchester United berasal dari efektivitas. Tapi pertanyaannya, apakah efektivitas timbul begitu saja atau dirancang sedemikian rupa sehingga tim dan pemain secara individu mampu tampil individu?

Efektivitas memang banyak dipengaruhi oleh form of the day sang pemain. Terutama para pemain depan yang lebih berpeluang menerima peluang. Tapi, pelatih sebagai perancang utama memiliki kemampuan untuk meningkatkan efektivitas dari detil-detil instruksi taktik yang ia terapkan kepada tim, dan pemain secara spesifik. Detail tersebut kemungkinan besar diterapkan kepada tiga pemain, yaitu Christian Eriksen, Bruno Fernandes, dan Marcus Rashford.

Pada situasi transisi dari bertahan ke menyerang, Erik ten Hag menerapkan serangan balik cepat. Berbeda dengan Arsenal yang lebih memilih untuk reorganisasi. Strategi ini diemban oleh Eriksen sehingga ia hampir selalu terlibat atau setidaknya dekat dengan pemain yang berhasil merebut bola dari pemain Arsenal. Sehingga, Manchester United tidak membutuhkan banyak waktu untuk segera mengirimkan umpan jauh yang mengarah ke Sancho, Rashford, atau Antony. Terbukti, Eriksen tampil sebagai pemain yang paling sering mengirimkan umpan ke area lawan (19 kali) dan sepertiga akhir pertahanan lawan (9 kali) dari seluruh punggawa Manchester United.

Menguasai Ruang dan Tempo Permainan

Arsenal boleh menguasai bola tapi Manchester United menguasai ruang dan mendikte aliran bola The Gunners. Strategi ini diterapkan dengan menggunakan instrumen yang paling tepat, yaitu pemilihan waktu dan tempat-tempat di mana tekanan harus dilancarkan. Erik ten Hag menempatkan banyak pemain di tengah lapangan. Scott Mctominay, Christian Eriksen, Bruno Fernandes, bahkan Marcus Rashford banyak beroperasi di tengah lapangan dan jarang sekali berdiri mendekat ke garis lapangan.

Secara tidak langsung, Erik ten Hag memang membiarkan Arsenal mengalirkan bola ke area sayap. Hal ini terlihat jelas dari ilustrasi di bawah. Arsenal sangat sering masuk ke area sayap pertahanan Manchester United. Gabriel Martinelli dan Bukayo Saka menjadi pemain yang paling sering menyentuh bola di sepertiga akhir pertahanan lawan (39 kali). Sayangnya, dari usaha tersebut mereka hanya menghasilkan total 3 peluang dan 2 tembakan ke gawang saja.

Gambar 2 - Heatmap rata-rata sentuhan pemain Manchester United (kiri) dan Arsenal (kanan)

sumber : WhoScored

Kegagalan sayap Arsenal dalam mengancam gawang David De Gea merupakan buah dari rencana detil dari Erik ten Hag. Kemungkinan besar ia sengaja membiarkan Arsenal mengalirkan bola ke sayap. Tapi, ketika bola tiba di kaki Martinelli atau Saka dua sampai tiga pemain mengurung dan menutup jalur umpan kepada pemain tengah atau Gabriel Jesus. Skema ini terjadi berulang kali dan membuat pergerakan sayap terbuang percuma. Hal ini menunjukkan bahwa Erik ten Hag unggul dalam menguasai ruang.

Selain itu, keunggulan penguasaan ruang jelas terlihat dari penempatan posisi pemain, baik pada saat menguasai bola maupun tidak. Ilustrasi di bawah ini menunjukkan dengan jelas bahwa penempatan posisi pemain Manchester United cenderung lebih rapat, tapi tetap menjaga kelebaran. Jarak antar pemain relatif saling terjangkau. Sementara Arsenal, jarak antar pemain cenderung lebih renggang dan terdapat rongga di tengah yang menjadi titik lemah yang berulang kali dimanfaatkan oleh Christian Eriksen atau Bruno Fernandes. Penempatan posisi benar-benar menjadi pembeda. Jika memperhatikan dua gol Marcus Rashford, semuanya berawal dari rongga tersebut.

Gambar 3 - Rata-rata posisi pemain Manchester United (atas) dan Arsenal (bawah)

sumber : fantasyfootballscout

Utilisasi Kecepatan Pemain Depan Manchester United

Arsenal tanpa Thomas Partey tetap konsisten dengan menggunakan formasi dasar 4-3-3 dengan Lokonga sebagai distributor tunggal. Saat menguasai bola, posisi pemain membentuk (shape) pola 2-3-5 dengan garis pertahanan tinggi menyisakan Gabriel dan Saliba di belakang. Sementara Zinchenko dan White bergerak ke tengah membantu Lokonga. Kebijakan ini sangat riskan karena Arsenal meninggalkan ruang di belakang garis pertahanan yang bisa dimanfaatkan oleh pemain Manchester United.

Erik ten Hag menyadari kelemahan ini sejak awal. Sehingga ia tidak ragu memainkan Antony meskipun belum genap 7 hari mendarat di Old Trafford. Selain itu, lini pertahanan Arsenal tidak dihuni oleh pemain yang unggul dalam kecepatan. Gabriel, Saliba, White, bahkan Zinchenko kerepotan berduel dengan Sancho, Rashford, dan Antony. Rongga di tengah zona permainan Arsenal yang telah diuraikan pada poin sebelumnya, sangat mendukung keberhasilan taktik Erik ten Hag. Maka dari itu, secara tidak langsung justru Mikel Arteta “membantu” Manchester United untuk menghukum kelemahan timnya.

Risiko garis pertahanan tinggi yang dipakai oleh Arteta bisa diantisipasi oleh kontribusi kolektif dari semua pemain terhadap pertahanan. Salah satunya adalah Martinelli dan Saka yang bermain di depan bek sayap sepatutnya turut membantu White dan Zinchenko dalam mengantisipasi serangan balik. Dalam hal ini, dua sayap muda terkesan “malas” untuk turun membantu pertahanan.

***

Manchester United berhasil meraih kemenangan beruntun dalam 4 pertandingan terakhirnya di Liga Inggris. Erik ten Hag perlahan berhasil membawa perkembangan di kubu Manchester United dari segala aspek (individu dan kolektif). Jika kemajuan ini berhasil dipertahankan dari laga ke laga, bukan tidak mungkin jika Manchester United mampu bersaing di papan atas.

Komentar