Ozan Kabak Terekspos, Liverpool Kalah dari Everton

Taktik

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Ozan Kabak Terekspos, Liverpool Kalah dari Everton

Everton mengakhiri catatan tidak pernah menang di Anfield pada kompetisi Premier League sejak tahun 1999. Catatan ini didapat setelah mengalahkan Liverpool dengan skor 0-2 berkat gol Richarlison dan penalti Gylfi Sigurdsson. Pada laga yang dihelat Minggu (21/2) dini hari waktu Indonesia tersebut, Liverpool tidak berkutik dan mengalami kekalahan keempat beruntun di kandang sendiri.

Jurgen Klopp mengusung formasi 4-3-3. Ozan Kabak dan Jordan Henderson kembali menjadi duet bek tengah Liverpool. Dari kubu tim tamu, Everton bermain dengan formasi 3-5-2. Richarlison dan James Rodriguez menjadi duet di lini depan dengan peran berbeda. Richarlison fokus melakukan run in behind untuk eksploitasi garis pertahanan Liverpool yang tinggi, sementara James berperan sebagai playmaker.

Hal tersebut menjadi alasan top skor klub, Dominic Calvert-Lewin, tidak dimainkan sejak awal. Calvert-Lewin memang absen pada dua laga Premier League terakhir, namun Carlo Ancelotti mengonfirmasi saat wawancara sebelum pertandingan, bahwa striker Inggris tersebut sudah fit dan siap bermain dari awal.

Klopp tetap menerapkan garis pertahanan tinggi. Cukup berisiko sebenarnya jika melihat performa bek tengah Liverpool. Henderson merupakan bek tengah darurat, sementara kualitas Kabak sebagai bek baru Liverpool belum teruji. Bahkan ia terlibat dalam blunder pada gol kedua Leicester pekan lalu. di mana Kabak dan Alisson tidak berkomunikasi.

Hal tersebut tampak dimanfaatkan oleh Ancelotti. Garis pertahanan tinggi otomatis menciptakan ruang di belakang lini terakhir. Celah tersebut bisa diakses dengan umpan terobosan, baik datar atau lambung. Sisi kanan pertahanan Liverpool tampak menjadi target, bahkan dari kick off.

Terlihat di sisi kiri serangan Everton, Richarlison dan Luca Digne siap untuk naik dan menerima umpan lambung. Mereka akan berhadapan dengan Kabak dan Trent Alexander-Arnold. Ben Godfrey berperan sebagai eksekutor umpan lambung.

Umpan Godfrey terlalu jauh sehingga tidak terjangkau oleh Richarlison dan Digne. Terlihat jelas di gambar bahwa mereka berdua jauh dari bola. Alih-alih menguasai bola, Liverpool justru memberi sepak pojok kepada Everton karena Kabak tampak panik sehingga menyundul bola ke belakang. Kesalahan di awal pertandingan ini menandakan kelemahan dari bek asal Turki tersebut.

Pertandingan baru berjalan dua menit, Liverpool kebobolan. Berawal dari situasi lemparan ke dalam, James mendapatkan bola di ruang antar lini Liverpool. Richarlison dengan sigap mencari ruang dan melakukan run in behind.

Pada detik kesembilan di video, terlihat body shape Kabak mengarah ke Richarlison, alias berbanding terbalik dengan arah lari Richarlison. Alhasil, ia harus berbalik badan terlebih dahulu baru berlari dan mengejar penyerang asal Brasil tersebut. Tentu saja Kabak kalah cepat dan Richarlison mampu menceploskan bola ke gawang Alisson tanpa gangguan yang berarti.

Gol tersebut tidak sepenuhnya salah Kabak, namun ia melakukan kesalahan mendasar yang seharusnya tidak terjadi. Body shape merupakan prinsip bertahan yang harus fasih dieksekusi oleh pemain profesional. Klopp juga menyatakan bahwa gol tersebut tidak patut terjadi. “Kami kebobolan gol cepat yang sangat tidak perlu,” ujar pelatih asal Jerman tersebut.

Everton unggul cepat di Anfield. Kondisi ini memudahkan Everton untuk lebih fokus bertahan sembari melancarkan serangan balik. Everton tidak mengambil risiko dengan bermain konstruktif dari bawah. FBref mencatat, Jordan Pickford sama sekali tidak membuat umpan pendek (umpan dengan jarak 4.5-13.7 meter) pada laga ini.

Tim tamu terus melepaskan umpan lambung ke arah Kabak. Pada momen di bawah ini, Kabak kembali gagal mengantisipasi bola udara. Ia salah membaca situasi sehingga Richarlison mendapatkan bola. Beruntung umpan silang Richarlison mampu diblok oleh Alexander-Arnold.

Cederanya Henderson pada babak pertama membuat Klopp terpaksa menarik keluar sang kapten. Nathaniel Phillips masuk menggantikan Henderson pada menit ke-30. Duet Kabak dan Phillips menjadi duet bek tengah Liverpool ke-18 musim ini.

Pada babak kedua, situasi serupa kembali terjadi. Pemain 20 tahun itu kembali ‘terlewati’ oleh umpan lambung. Kali ini Richarlison gagal mendapatkan bola karena Alisson sigap dalam memberi cover.

Gol kedua Everton di 10 menit terakhir juga tak lepas dari kegagalan Kabak meredam Richarlison. Serangan balik Everton membuat Richarlison memiliki situasi 1v1. Kabak berhasil dikelabui dengan umpan yang mengolongi kaki pemain pinjaman dari Schalke tersebut. Calvert-Lewin akhirnya memenangkan penalti untuk Everton dari skema ini.

Jika melihat statistik, Kabak sebenarnya merupakan pemain dengan kemenangan duel udara terbanyak pada laga ini, yaitu sebanyak lima kali. Ia juga mencatatkan dua tekel, dua sapuan, dan tiga intersep. Angka tersebut sebenarnya tidak buruk. Namun statistik tentu saja tidak menceritakan segalanya.

Kabak bukan satu-satunya orang yang patut disalahkan dalam kekalahan Liverpool, namun tidak dapat dipungkiri bahwa ia tidak bermain baik. Jangan terlalu jauh membicarakan adaptasi Kabak terhadap gaya bermain Liverpool. Eksekusi teknik dan beberapa prinsip permainan Kabak harus dibenahi terlebih dahulu. Masih terlalu dini untuk menilai Kabak, namun ia tidak mengawali masa pinjamannya di Liverpool dengan baik. Jika ia tidak bermain impresif, Liverpool bisa saja tidak mengaktifkan klausul pembelian sehingga Kabak kembali ke Schalke. Semua kembali pada Kabak.

Komentar