Barcelona Takluk Bukan hanya karena Kylian Mbappe

Taktik

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Barcelona Takluk Bukan hanya karena Kylian Mbappe

Champions League 2020/21 kembali bergulir. Salah satu pertandingan yang menjadi bahan pembicaraan adalah laga Barcelona menghadapi PSG pada Rabu (17/2) dini hari waktu Indonesia. Meski bermain di Camp Nou, Barca kalah telak dari finalis Champions League musim lalu. Tidak tanggung-tanggung, Blaugrana kalah 1-4 dari Les Parisiens.

Barca unggul terlebih dahulu lewat penalti Lionel Messi, namun PSG bangkit dan mampu membalas empat gol. Kylian Mbappe cetak hat-trick plus Moise Kean cetak satu gol. Mbappe menjadi pemain ketiga yang mencetak tiga gol ke gawang Barcelona di Champions League.

Pemain berusia 22 tahun ini tampil impresif. Tidak hanya mencetak gol, Mbappe juga sering mengacak-acak pertahanan Barca. Ia mencatatkan 10 dribel dan melepaskan empat umpan kunci pada laga ini. Namun, masalah Barcelona tidak hanya pada pergerakan liar Mbappe.

PSG bermain dengan dua fullback yang kerap overlap, terutama Layvin Kurzawa sebagai bek kiri. Penyerang sayap mereka, Mbappe dan Kean bergerak bebas namun lebih sering ke tengah dibanding melebar. Pergerakan tersebut membuat fullback Barca tertarik ke dalam dan ruang tercipta bagi Kurzawa dan Alessandro Florenzi.

Gelandang Barca juga tidak banyak membantu, karena mereka cukup kesulitan menghadapi tiga gelandang enerjik PSG. Situasi ini membuat ruang antar lini terbuka lebar. Selain itu, penyerang sayap Barca seharusnya track back untuk meredam fullback PSG, namun Antoine Griezmann dan Ousmane Dembele tidak selalu disiplin. Alhasil, PSG beberapa kali bisa melepaskan umpan jauh ke fullback yang overlap. Bahkan dua gol Mbappe berasal dari skema ini.

Gambar di atas merupakan proses terjadinya gol pertama PSG. Terlihat Sergino Dest tertarik ke tengah karena Mbappe dan Marco Verratti mengisi ruang di tengah. Marquinhos bisa dengan mudah mengirim umpan lambung ke Kurzawa yang tidak terjaga oleh Dembele.

Gol kedua juga sama, namun dari sisi yang berbeda. Kean terlihat masuk dan membuat Jordi Alba tidak menutup ruang di sayap. Griezmann juga tidak menyadari keberadaan Florenzi. Leandro Paredes mengirim umpan lambung ke Florenzi yang tak terkawal. Pemain asal Italia itu membuat umpan silang yang gagal disapu dengan baik oleh Gerard Pique, bola muntah sukses dimaksimalkan Mbappe.

Mauricio Pochettino juga tampak sudah mengetahui kelemahan Barca, yaitu gelandang yang jarang memberikan cover. Hal ini membuat PSG sering mengincar area di ujung kotak penalti ketika situasi umpan silang. Mauro Icardi bergerak ke six yard box, membuat bek tengah Barca turun. Hasilnya, terdapat ruang yang besar di antara bek tengah dan gelandang.

Kelemahan tersebut juga terlihat di gol pertama Mbappe. Terlihat dari gambar di bawah ini, Frenkie De Jong dan Sergio Busquets tidak dalam posisi yang tepat untuk menutup cut back cross. Umpan dari Kurzawa diteruskan Verratti ke Mbappe. Sisanya, kemampuan individu Mbappe berbicara.

Lubang seperti itu terjadi berulang kali. Pada momen ini, Dest harus melebar untuk mengejar Mbappe, meninggalkan celah yang besar antara fullback dan bek tengah. Seharusnya celah tersebut diisi oleh gelandang, namun hingga Mbappe mengumpan ke Kurzawa yang melakukan underlap, gelandang Barca bahkan belum masuk frame. Dembele juga tidak disiplin dalam track back. Beruntung Marc-Andre ter Stegen berhasil menepis tembakan Kurzawa.

Di sisi kanan, Kean juga mendapatkan peluang memanfaatkan kelemahan ini. Terlihat Icardi bergerak ke depan untuk membuka ruang antara bek tengah dan gelandang. Ruang tersebut dimanfaatkan oleh Kean untuk meminta bola dari Florenzi. Tidak ada gelandang Barca yang dekat dengan Kean. Alhasil, Pique terlihat mengubah arah gerakan namun terlalu lambat untuk menutup ruang bagi Kean. Lagi-lagi Barca diselamatkan oleh ter Stegen.

Skema PSG tersebut tampak terencana jika melihat peluang-peluang yang dihasilkan. PSG mengeksploitasi kelemahan Barca tersebut di kedua sisi, artinya bukan karena kemampuan individu, melainkan skema yang sudah dilatih. Pochettino patut mendapat pujian karena berhasil menemukan kelemahan Barca ini. Kemenangan besar di kandang lawan tanpa pemain andalan yaitu Neymar dan Angel Di Maria merupakan pencapaian yang tidak bisa diremehkan.

Dari sisi Barca, struktur pertahanan mereka jelas bermasalah. Gelandang tidak memberikan proteksi terhadap lini pertahanan, penyerang sayap tidak rajin track back, dan Messi yang sangat ‘malas’ dalam melakukan pressing terhadap bek tengah PSG merupakan permasalahan yang harus segera diselesaikan.

Barca juga punya masalah jika melihat dua gol PSG lainnya yaitu situasi bola mati dan serangan balik. Kekalahan ini menjadi pukulan telak bagi Ronald Koeman karena anak asuhnya dihajar dari berbagai aspek. Sejumlah masalah yang dibahas baru pertahanan, serangan Barca juga bukan tanpa masalah.

Leg kedua akan diadakan sekitar tiga minggu lagi, tepatnya pada Kamis (11/3) dini hari waktu Indonesia. Champions League tidak bisa diprediksi. Beberapa musim ke belakang terdapat banyak comeback dramatis yang tidak terduga. Barca masih memiliki peluang meski kecil, asalkan mereka membereskan segudang masalah yang membuat mereka kalah telak pada leg pertama.



Komentar