Leipzig Menunjukkan Cara Memanfaatkan Lebar Lapangan ke Manchester United

Taktik

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Leipzig Menunjukkan Cara Memanfaatkan Lebar Lapangan ke Manchester United

RB Leipzig menjamu Manchester United pada laga hidup mati di babak grup Liga Champions. Pada pertandingan yang dihelat pada Selasa (8/12) waktu setempat itu, anak asuh Julian Nagelsmann sukses meraih kemenangan 3-2 atas The Red Devils. Hasil itu membuat Man United otomatis terlempar ke Europa League meski pertandingan Istanbul Basaksehir melawan PSG ditunda. Man United dipastikan kalah head to head dari PSG.

Kedua tim sama-sama bermain dengan formasi tiga bek. Perbedaannya hanya di lini depan, di mana Bruno Fernandes ditempatkan di belakang Mason Greenwood dan Marcus Rashford, sementara tiga penyerang Leipzig yaitu Dani Olmo, Emil Forsberg, dan Christopher Nkunku bermain cair dan kerap bertukar posisi. Seluruh lini depan dari kedua tim sama-sama mengisi ruang di tengah atau halfspace (ruang apit di antara area sayap dan area tengah). Artinya, ruang di sayap diisi oleh bek sayap.

Dengan formasi dan pergerakan di lini depan yang tidak jauh beda, Leipzig unggul karena bisa lebih memanfaatkan lebar lapangan. Pressing Man United yang sangat tidak intens membuat Leipzig bisa dengan mudah memindahkan arah serangan setelah melakukan overload dari satu sisi. Contohnya, gol pertama ketika pertandingan baru memasuki menit dua.

Leipzig melakukan overload di sisi kanan, memancing pertahanan Man United untuk bergeser ke arah tersebut. Di sisi berlawanan, Angelino sebagai bek sayap kiri siap untuk menerima bola jika Marcel Sabitzer memindahkan arah serangan. Sabitzer melepaskan umpan silang yang tuntas diselesaikan oleh Angelino.

Banyak yang menyalahkan Aaron Wan-Bissaka karena tidak aware terhadap Angelino. Terlalu kejam jika menghakimi satu pemain dalam proses terjadinya gol. Apalagi dalam gol ini, Man United melakukan kesalahan sejak fase awal serangan sehingga menyulitkan mereka sendiri pada fase akhir serangan. Kesalahan dimulai dari operan Ibrahima Konate ke Sabitzer. Tidak ada pressing lanjutan baik itu dari Greenwood atau Nemanja Matic.

Gelandang Serbia itu terlihat bergerak ke arah sayap. Matic bersiap menekan Amadou Haidara bola diarahkan ke sana. Gerakan ini bisa dikatakan mubazir karena jika dilihat lagi, ada Alex Telles dan Luke Shaw yang siap menekan area sayap. Tidak ada koordinasi yang baik membuat Sabitzer bebas memegang bola tanpa tekanan.

Matic akhirnya menyadari bahwa ia tidak perlu cover area sayap. Bermain dengan formasi tiga bek membuat ruang di sayap adalah tanggung jawab bek sayap dan bek tengah pada sisi tersebut. Terlambatnya Matic merespon situasi ini membuat Sabitzer bisa menggiring bola tanpa tekanan. Greenwood juga tidak melakukan backward pressing (pressing dari belakang) setelah ia tereliminasi. Situasi ini membuat Sabitzer sangat leluasa untuk melihat pergerakan Angelino dan melepaskan umpan silang.

Jika Matic atau Greenwood memberikan tekanan, kemungkinan besar Sabitzer tidak memiliki ruang dan waktu untuk melepaskan umpan silang. Kesalahan yang dilakukan Man United adalah kesalahan kolektif, bukan hanya Wan-Bissaka. Tidak ada komunikasi dan agresivitas yang kurang juga sangat berpengaruh.

Lagipula jika Wan-Bissaka melebar, Forsberg bisa memiliki ruang antara Wan-Bissaka dan Victor Lindelof. Sabitzer mungkin akan memberikan bola ke Forsberg yang juga dalam posisi berbahaya karena berada di blindside Lindelof. Opsi lain adalah bermain kombinasi ke tengah sebelum akhirnya mengeksploitasi sisi kanan pertahanan Man United. Pada kondisi ini, Wan-Bissaka dan Man United serba salah.

Gol kedua juga berawal dari situasi serupa (gambar kiri bawah). Bahkan kali ini Leipzig bisa dua kali memindahkan arah serangan sebelum umpan silang Angelino berhasil disambar Haidara. Situasi ini berulang kali terjadi. Leipzig bisa mencetak tiga gol dari skema ini andai Forsberg bisa memanfaatkan peluang pada menit 17.

Taktik Nagelsmann untuk overload satu sisi sebelum memindahkan arah serangan terbukti sukses. Man United gagal meredam skema ini. Dengan formasi yang sama, Man United juga seharusnya bisa memanfaatkan bek sayap untuk memindahkan arah serangan seperti Leipzig.

Serangan Man United bertumpu pada trio lini depan sementara pertahanan Leipzig cukup rapi pada babak pertama. Man United seharusnya bisa memanfaatkan bek sayap seperti yang Leipzig lakukan tapi gagal. Pemain Man United tidak banyak memiliki ruang untuk memindahkan arah serangan. Bek sayap juga tidak aktif mencari ruang seperti Angelino dan Haidara.

Leipzig juga memastikan bahwa senjata tidak makan tuan. Agresivitas dan tekanan intens dari Leipzig sangat menyulitkan Man United mengembangkan permainan. Terutama ketika Man United menyerang melalui sayap. Pemain Leipzig langsung menekan dan menutup opsi umpan. Contohnya pada momen di bawah ini. Wan-Bissaka dibuat kebingungan karena tidak ada opsi.

Kebuntuan pada babak pertama membuat Ole Gunnar Solskjaer membuat perubahan pada babak kedua. Donny van de Beek masuk menggantikan Telles. Man United bermain dengan 4-4-2 diamond. Permainan Man United mulai membaik. Dari total 19 tembakan, 14 di antaranya dibuat pada babak kedua. Sayangnya, Man United hanya mampu membalas dua gol, kurang satu gol saja untuk lolos ke 16 besar.

Permainan apik Leipzig dalam memanfaatkan lebar lapangan lewat bek sayap membuat mereka lolos ke 16 besar Liga Champions. Sementara Man United terlalu bertumpu pada lini depan, tidak memaksimalkan bek sayap yang seharusnya memiliki peran penting pada formasi tiga bek. Leipzig seakan menunjukkan Man United cara memanfaatkan lebar lapangan melalui bek sayap.

Komentar