Nol Tembakan Tepat Sasaran, Apa yang Salah Dengan Liverpool?

Taktik

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Nol Tembakan Tepat Sasaran, Apa yang Salah Dengan Liverpool?

Liverpool mengalami kekalahan di Anfield ketika menghadapi Atalanta pada lanjutan fase grup Liga Champions, Rabu (25/11) waktu setempat. The Reds kalah dua gol tanpa balas. Kekalahan ini membuat posisi Liverpool belum aman untuk lolos ke fase gugur. Ajax dan Atalanta berada di urutan dua dan tiga dengan selisih hanya dua poin.

Badai cedera masih menghantui tim asuhan Jurgen Klopp. Virgil van Dijk, Joe Gomez, Trent Alexander-Arnold, Naby Keita, Jordan Henderson, dan Thiago Alcantara absen karena cedera. Mo Salah kembali tampil usai hasil negatif pada tes COVID-19, namun ia tampak belum sepenuhnya fit untuk bermain.

Jadwal padat juga membuat Klopp harus melakukan rotasi. Beberapa pemain seperti Andy Robertson, Fabinho, Diogo Jota, dan Roberto Firmino tidak bermain dari menit pertama. Badai cedera dan rotasi tentu saja berpengaruh bagi kualitas permainan Liverpool.

Selain hasil, performa Liverpool juga menunjukkan banyak hal negatif. Pada pertandingan ini, Liverpool mencatatkan nol tembakan tepat sasaran. Rekor buruk ini merupakan yang pertama bagi Liverpool di Liga Champions sejak Opta pertama kali mengambil data tersebut pada musim 2003/04.

Liverpool hanya mencatatkan total xG sebesar 0,2. Berbeda jauh dengan Atalanta yang mampu menorehkan total xG 1,4. Artinya, permainan Liverpool tidak berkembang, mereka gagal membahayakan gawang lawan. Angka tersebut merupakan yang terkecil sepanjang musim ini.

Absennya pemain utama memang menjadi faktor besar hal ini dapat terjadi. Tidak ada Alexander-Arnold dan Roberton membuat tidak ada umpan diagonal yang menembus lini pertahanan lawan. Trio gelandang yang diisi oleh James Milner, Curtis Jones, dan Georginio Wijnaldum bukan merupakan tipe gelandang kreatif. Tidak ada Firmino juga yang rajin turun menjemput bola.

Posisi striker diisi oleh Divock Origi. Penyerang Belgia itu ditemani oleh Salah dan Mane yang bermain di sayap namun kedua pemain tersebut tidak bermain baik. Salah tampak belum fit setelah sembuh dari COVID-19, sementara Mane terlihat kelelahan. Sebelum menghadapi Atalanta, penyerang Senegal itu selalu bermain penuh pada lima pertandingan bulan November ini (kecuali pertandingan menghadapi Leicester ketika Mane diganti pada menit ke-89), termasuk dua pertandingan bersama tim nasional.

Sebenarnya Klopp melakukan pergantian cepat yang seharusnya bisa menyelesaikan masalah ini. Robertson, Fabinho, Jota, dan Firmino bersiap masuk pada menit ke-63 saat skor masih 0-0. Mereka berempat akhirnya masuk tepat setelah Atalanta mencetak gol pertama lewat Josip Ilicic.

Hasil ini bukan hanya karena buruknya performa Liverpool. Jempol patut diberikan ke Atalanta yang luar biasa dalam pertahanan. Struktur pertahanan dari Atalanta membuat mereka sulit ditembus meski pada babak kedua Klopp memasukkan pemain utama Liverpool. Gian Piero Gasperini menurunkan pakem 3-4-1-2 menghadapi formasi 4-3-3 yang diusung Klopp. Agresivitas dan performa apik pada pemain Atalanta juga menyulitkan Liverpool membangun serangan.

Sedikit perubahan yang dilakukan Gasperini adalah Papu Gomez tidak bermain sebagai gelandang serang. Ia mengisi posisi striker bersama Ilicic. Posisi nomor 10 diisi oleh Matteo Pessina. Tiga pemain ini bertahan dengan sistem zona untuk menutup akses progresi serangan melalui area sentral. Praktisnya, mereka bertiga memberikan tekanan ke dua bek tengah Liverpool dan gelandang bertahan.

Hal ini membuat Liverpool terpaksa menyerang melalui sayap. Gasperini tampak membiarkan hal ini terjadi karena tidak ada Alexander-Arnold dan Robertson yang berbahaya dalam bola diagonal dan umpan silang. Contohnya pada momen di bawah ini, Neco Williams sebagai bek kanan gagal memberikan bola ke Milner yang berada di tengah. Ia kurang cepat dalam menggerakkan bola sehingga Aleksey Miranchuk berhasil memotong umpan. Cerita sangat mungkin berbeda jika Alexander-Arnold yang bermain.

Berbeda dengan lini depan, lini pertahanan dan lini tengah Atalanta bermain dengan sistem man-to-man marking. Mereka akan menekan penyerang Liverpool yang turun menjemput bola. Terutama setelah Firmino masuk. Contohnya pada momen ini ketika Cristian Romero sebagai bek tengah naik untuk menekan Firmino, membuat penyerang Brasil itu tidak bisa balik badan.

Performa impresif pemain Atalanta juga tidak lepas dari hasil positif ini. Jika melihat catatan tekel, lini tengah Atalanta (termasuk bek sayap) yaitu Hans Hateboer (3), Marten de Roon (5), Remo Freuler (3), Gosens (4), dan Pessina (3) menorehkan angka yang memukau. Lini pertahanan juga tak kalah impresif, terutama Romero. Pemain 22 tahun asal Argentina itu mencatatkan 10 sapuan dan empat intersep.

*

Atalanta mampu membalaskan kekalahan telak 0-5 di Bergamo pada pertemuan pertama. Hasil positif ini membuat Atalanta masih berpeluang besar untuk melaju ke fase gugur Liga Champions. Bagi Liverpool, kekalahan kandang dengan selisih lebih dari satu gol merupakan yang pertama dalam 137 pertandingan kandang di bawah arahan Klopp.

Komentar