Pressing Persija Lebih Super dari Marko Simic

Taktik

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Pressing Persija Lebih Super dari Marko Simic

Halaman kedua

Pergerakan efektif yang dilakukan Rohit dan Ramdani sudah dibentuk Teco sejak Liga 1 2017. Pada musim tersebut, tak jarang juga Ramdani diplot sebagai gelandang serang di belakang dua penyerang dalam formasi 4-4-2 berlian (bisa juga dibaca 4-1-2-1-2). Formasi itu juga yang membuat Rohit dan Ramdani bertugas ganda di tengah dan di sayap.

Kehadiran Riko yang menyempurnakan Persija

Di Liga 1 2017, meski memiliki pertahanan terbaik, Persija adalah kesebelasan yang buruk dalam menyerang. Dari 34 laga Macan Kemayoran hanya mencetak 48 gol saja. Jumlah tersebut paling sedikit ke-8. Di antara delapan besar, agresivitas gol Persija merupakan yang paling sedikit bersama Barito Putera.

Tapi pada Piala Presiden 2018 gol demi gol lahir. Marko Simic menjadi primadonanya dengan mencetak 11 gol, unggul jauh dari Stefano Lilipaly (5 gol) yang menempati peringkat kedua. Total 18 gol berhasil dicetak Persija dari tujuh kali pertandingan yang mengantarkan mereka jadi juara.

Simic memang super karena penyelesaian akhirnya yang di atas rata-rata; kokoh, handal di udara, kaki kanan dan kiri sama baiknya, tendangannya keras nan akurat. Tapi itu juga tak lepas dari bagaimana pemain Persija lainnya dalam menciptakan peluang. Toh, tak sedikit dari gol Simic yang sebenarnya ia hanya tinggal menceploskan bola seperti pada penalti melawan Borneo FC, gol kedua dan keempat Persija di laga pertama melawan PSMS, serta golnya ke gawang PSMS di leg kedua.

Apalagi dari 11 gol Simic, Ramdani menyumbang tiga asis, Riko tiga asis, Novri satu asis, dan Rohit satu asis (sisanya Rezaldi satu asis, dan dua gol dari bola mati). Saya lagi-lagi menyoroti Riko, Novri, Rohit dan Ramdani, karena peran keempat pemain ini bisa dibilang menjadi nyawa Persija.

Dalam gegenpressing, yang paling utama adalah memanfaatkan momentum celah pertahanan lawan saat transisi. Tidak hanya saat transisi menyerang ke bertahan, tapi juga bertahan ke menyerang. Dalam transisi bertahan ke menyerang, ini adalah sebaik-baiknya momen menyerang karena lawan, kemungkinan besar, belum siap mengorganisasi pertahanan mereka. Riko, Novri, Rohit dan Ramdani (juga Sandi) adalah pemain-pemain Persija yang diinstruksikan Teco untuk terus mencari dan menciptakan celah pertahanan lawan saat transisi itu terjadi.

Pada Liga 1 2017, transisi dari bertahan ke menyerang Persija tidak berjalan baik dengan pola 4-4-2 berlian, tapi berjalan dengan baik saat menyerang ke bertahan. Saat bertahan ke menyerang, para pemain Persija tetap sering kalah jumlah karena lambatnya transisi itu terjadi.

Tapi pada Piala Presiden 2018, juga pada Liga 1 2018 nanti, kedua transisi Persija bisa berjalan dengan baik karena kehadiran Rohit dan Riko. Keduanya bisa dibilang sebagai pemain yang membuat lini tengah Persija begitu stabil baik saat menyerang dan bertahan. Rohit dan Riko bisa tiba-tiba ada di kotak penalti lawan, bisa juga tiba-tiba membantu pertahanan sebagai penginisiasi serangan balik Persija.

Rohit sendiri sudah menjadi andalan Persija sejak musim lalu, sementara itu Riko musim lalu membela Semen Padang. Kehadiran Riko di Persija benar-benar memberikan dimensi baru pada pertahanan maupun penyerangan Persija.

Riko punya kecepatan dan stamina yang mumpuni. Ini benar-benar mendukung skema pressing yang diinginkan Teco karena ia bukanlah pemain yang malas dalam bertahan atau istilahnya dalam melakukan trackback. Kelebihan pemain berusia 26 tahun tersebut setidaknya akan membuat Ismed memiliki partner untuk menjaga area sisi kanan saat Persija sedang tak menguasai bola.

Dengan kemampuan dasar Riko sebagai attacking winger, skema serangan balik Persija pada transisi bertahan ke menyerang pun menjadi lebih terstruktur. Bahkan pemain bertinggi 158 cm ini bisa melakukan solo run sendirian hingga ke kotak penalti lawan untuk kemudian menciptakan peluang, baik itu lewat eksekusinya sendiri maupun diakhiri dengan umpan silang.

***

"Pepatah" Ferguson tentang pertahanan yang bisa menghadirkan juara telah dibuktikan Teco, dengan pertahanan yang kuat, Persija bisa juara Piala Presiden 2018. Tentu saja tantangan yang sebenarnya adalah di Liga 1 2018 nanti. Meskipun begitu, Persija tetap menjadi kandidat kuat juara musim depan.

Selain ketajaman Simic, Gegenpressing ala Persija ini membuat Persija layak dikedepankan sebagai salah satu kandidat juara Liga 1 2018. Skema menyerang dan bertahan Persija ini menjadi spesial karena tidak banyak kesebelasan yang bisa menandingi pressing Persija ini. Yang paling utama adalah stamina para pemain klub-klub Indonesia yang kerap kedodoran di 30 menit terakhir pertandingan.

Stamina pemain sendiri tidak menjadi masalah bagi Persija karena latar belakang Teco. Sebelum menjadi pelatih kepala, ia merupakan seorang pelatih fisik. Pada laman futebolcia.com.br, Teco tercatat pernah menjadi pelatih fisik di NSA Club Florida (AS), Brescia U-17 (Italia), Al-Najmah (Arab Saudi), dan Persebaya (Indonesia). Ia juga berstatus pelatih fisik Persebaya asuhan Jacksen F. Thiago saat Bajul Ijo juara Liga Indonesia 2004. Oleh karenanya, jangan heran kemampuan fisik para pemain Persija cukup prima untuk menekan lawan sepanjang pertandingan.

Komentar