Malang Sarr, Jersey Tak Bernama, dan Caranya Memperkenalkan Diri

Taktik

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Malang Sarr, Jersey Tak Bernama, dan Caranya Memperkenalkan Diri

Sempat tidak memiliki nama di jersey belakangnya, Malang Sarr memiliki cara lain untuk mengenalkan diri kepada publik Nice dan Prancis. Sekarang ia menjadi bahan pembicaraan banyak orang di Prancis, bahkan mungkin Eropa.

Malang Sarr adalah pemain yang sedang bersinar di OGC Nice saat ini, selain Mario Balotelli dan pemain-pemain lain macam Wylan Cyprien dan Paul Baysse. Berposisi sebagai bek tengah, ia bahkan sudah mencetak gol debutnya dalam pertandingan pertama Ligue 1 yang ia jalani melawan Rennes pada Agustus 2016 silam. Gol yang berakhir menjadi sebuah tribute bagi para korban dalam serangan teroris ketika hari Bastille.

Selain sudah mencetak gol debut, ia pun sudah tampil 19 kali dalam 19 pertandingan Ligue 1 musim 2016/2017. Capaian ini tentunya adalah capaian yang luar biasa, apalagi jika mengingat bahwa ia masih berusia 17 tahun. Masa depan masih begitu panjang bagi pemain keturunan Senegal ini.

Siapakah Malang Sarr?

Malang Sarr adalah pemain dari akademi Nice. Pemain kelahiran Januari 1999 ini mulai mengenal sepakbola ketika masuk akademi Nice pada usia lima tahun. Total sudah 12 tahun waktu yang ia habiskan bersama OGC Nice sejak ia bergabung pada usia 5 tahun. Namanya melejit ketika ia membela Nice U-19 pada 2015/2016 lalu.

Lucien Favre yang melihat bakatnya sebagai seorang bek pun tanpa ragu langsung merekrutnya masuk tim. Meski memang ketika ia masuk Nice namanya sedikit tertutupi oleh kedatangan pemain-pemain macam Dante, Belhanda, ataupun Balotelli, tapi dengan kemampuannya, ia langsung mencuri perhatian suporter Nice.

Gol debut ketika melawan Rennes menjadi cara Sarr memperkenalkan diri kepada publik Nice. Lewat sundulan kepalanya, ia berhasil mengantarkan Nice meraih kemenangan dalam pertandingan pertama Ligue 1, sekaligus menjadi pertandingan dan gol debutnya bersama tim yang bermarkas di Stadion Allianz Riviera ini.

Sarr juga sudah mulai membela timnas lintas usia Prancis. Tercatat ia pernah membela Prancis U-16, U-17, dan U-18.

Gaya Bermain Sarr

Lucien Favre, pelatih Nice, kerap menggunakan formasi dasar 3-5-2 dalam timnya (meski kadang Favre pun menerapkan formasi dasar 4-3-3). Diasuh oleh bek senior, Dante, Sarr pun menunjukkan permainan yang cukup dewasa, meski ia masih berusia 17 tahun.

Sarr cukup tenang dalam membaca serangan lawan. Ia juga adalah tipe bek yang lebih senang melakukan intersep daripada menghadang lawan dengan menggunakan kekuatan fisik. Inilah yang membuat catatan pelanggarannya tidak terlalu banyak. Total selama 19 laga yang sudah ia jalani, ia hanya mencatatkan rataan 0,6 pelanggaran per pertandingan, serta baru mendapatkan dua kartu kuning.

Jumlah intersep yang ia lakukan pun cukup banyak. Total ia mencatatkan rataan 2,4 intersep per pertandingan, terbanyak kedua di Nice. Ini mencerminkan betapa tenangnya ia dalam bermain dan menjaga pertahanan Nice.

Selain memiliki kemampuan yang baik dalam membaca permainan, ia juga memiliki kemampuan kaki yang tak kalah bagusnya. Ketenangannya membuatnya kerap tidak panik meski ditekan lawan. Ia juga menjadi jembatan antara lini belakang dan lini tengah, serta kerap memberikan umpan-umpan kunci ke lini tengah. Kemampuan duel udaranya juga terhitung baik. Ia mencatatkan rata-rata 0,9 kemenangan duel udara per pertandingan, tertinggi kedua setelah Dante di antara bek-bek Nice yang lain.

Dengan kemampuannya yang cukup lengkap sebagai bek ini, ia kerap menjadi back-up bagi seorang Dante. Ia pun cocok bermain dalam skema empat bek atau tiga bek, serta bisa ditempatkan di posisi mana saja di belakang, entah itu bek tengah maupun bek sayap.

Sempat Memakai Jersey Tak Bernama dan Ketertarikan Klub Lain Padanya

Ada fakta menarik tentang Malang Sarr ini. Jika teman-temannya mengenakan jersey dengan nama dan nomor punggung di belakangnya, tidak demikian dengan Sarr. Sarr sempat mengenakan jersey yang hanya berisikan nomor punggung, tanpa nama dirinya tertera dalam jersey tersebut.

Malang Sarr (34) sempat tak memiliki nama pada seragamnya

Ia sempat mengenakan jersey bernomor 34 dan 33, serta tidak ada nama di atasnya pada musim ini. Itu terjadi karena ketika itu ia belum mendapatkan kontrak profesional, dan masih berstatus sebagai pemain Nice U-19 yang ikut bermain bersama tim senior.

Sekarang, berkat kemampuannya yang terus meningkat, ia menandatangani kontrak profesional bersama Nice per November 2016. Ia pun kembali mengganti nomornya menjadi nomor 32. Lebih dari itu, kini ia memiliki nama yang tertera di belakang jersey-nya.

Meski namanya sempat tidak tertera di jersey-nya sendiri, lantas bukan berarti Sarr tidak dikenal banyak orang. Pujian-pujian pun berdatangan untuknya, salah satunya adalah dari pelatihnya sendiri, Lucien Favre. Tapi Favre pun mewanti-wanti agar jangan terlalu memberikan beban berlebih untuk Sarr.

"Ia memiliki potensi yang besar untuk menjadi pemain hebat. Namun sebelum ia masuk ke fase tersebut, ia masih harus mengasah kemampuan teknik, fisik, dan mentalnya. Terkadang ada beberapa pemain yang dapat mengasah ketiga kemampuan tersebut dengan baik semasa remaja, ada juga yang tidak. Sarr juga dapat mengalami hal tersebut. Oleh karena itu, janganlah terlalu memberikan ekspektasi berlebih padanya," ujar Favre seperti dilansir FourFourTwo.

Selain pujian, ketertarikan terhadapnya juga sudah berdatangan dari klub-klub besar Eropa. Arsenal, Liverpool, Chelsea, AC Milan dan Inter Milan adalah klub-klub yang dikabarkan tertarik untuk mendatangkan Sarr. Ini menunjukkan bahwa Sarr, di masa depan nanti dan jika ia mampu tampil konsisten, dapat terlibat dalam sebuah mega transfer layaknya pemain-pemain lain.

***

Sekarang ia masih berusia 17 tahun. Meski memiliki kemampuan, seperti kata Favre, ia masih harus diasah agar menjadi pemain yang lebih dewasa dan siap untuk mengarungi kerasnya sepakbola profesional. Setidaknya untuk saat ini, Nice adalah tempat yang cocok untuknya mengasah kemampuan sampai ia dewasa kelak.

Melihatnya yang sampai sekarang masih tinggal bersama ibunya, kemungkinan besar ia masih akan tinggal di Nice. Lagipula Nice bukanlah tempat yang buruk untuk berkembang, apalagi setelah ia mendapatkan nama di belakang jersey-nya.

Sumber: Just Football, Whoscored, FourFourTwo

foto: @SpheraSports

Komentar