Penyambung Garis Emas yang Terputus itu Adalah Hariss Harun

Taktik

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Penyambung Garis Emas yang Terputus itu Adalah Hariss Harun

Pada 2015 lalu, Johor Darul Ta`zim (JDT) sukses menjadi kesebelasan Asia Tenggara pertama yang menjuarai Piala AFC. Gelar itu diraih setelah JDT mengalahkan FC Istiklol dengan skor 1-0 di laga final. Gol semata wayang dicetak Leandro Velazquez.

Tapi bukan Velazquez yang menjadi sorotan pada pertandingan tersebut. Ia memang pahlawan atas gol semata wayangnya, namun kontribusi Hariss Harun dinilai lebih berjasa untuk kemenangan tersebut.

Sebagai gelandang bertahan, Hariss dinilai berhasil mematikan pergerakan Manolo Bleda. Bleda merupakan gelandang serang andalan Istiklol berkebangsaan Spanyol. Tapi pada laga final itu ia mati kutu oleh Hariss. Bahkan selain mematikan pergerakan Bleda, Hariss jugalah yang membangun awal serangan JDT.

Tidak hanya di ajang AFC, Hariss juga sudah mempersembahkan berbagai gelar untuk JDT. Tiga gelar Liga Super Malaysia, satu Piala FA Malaysia dan satu Charity Shield Malaysia, sudah dipersembahkan Hariss untuk kesebelasannya tersebut. Ia memang telah menjadi elemen penting JDT, sehingga langsung disodori perpanjangan kontrak dua tahun setelah menjuarai AFC 2015.

JDT tidak ingin kehilangan Hariss yang pada waktu itu diincar klub-klub Liga Jepang dan Liga Thailand. Ia juga satu-satunya pemain asal Singapura yang diandalkan di skuat utama JDT saat ini. Nasibnya berbeda dengan penggawa timnas Singapura lain, Baihakki Khaizan dan Shahril Ishak, yang diturunkan ke JDT II yang berlaga di Liga Primer Malaysia. Padahal trio Singapura itu didatangkan bersamaan pada 2014 silam dari LionsXII.

Tidak hanya dengan JDT, Hariss juga merupakan gelandang andalan tim nasional Singapura. Pemain kelahiran 19 November 1990 itu membantu negaranya itu meraih gelar Piala AFF 2012. Bahkan ia menjalani debutnya bersama Singapura ketika berusia 16 tahun. Pada usia itulah Hariss dianggap sebagai pemain muda berbakat oleh Radojko Avramovic, mantan Pelatih Singapura.

Hariss yang saat memperkuat Young Lions menjadi pemain paling termuda di Liga Singapura 2007 dipanggil Avramovic. Kemudian diberikan debut sejak menit 70` dalam pertandingan persahabatan menghadapi Korea Selatan pada 24 Juni 2007. Debutnya itu memecahkan rekor yang pernah dibuat Fandi Ahmad yang menjalaninya dalam usia 17 tahun.

Usai menjalani debut bersama Singapura, Hariss masuk ke dalam 14 pemain Asia yang mendapatkan pendidikan di La Masia, akademi sepakbola Barcelona. Menjadi kapten La Masia dalam tiga pertandingan dan mendapatkan gelar MVP. Kemudian Hariss mendapatkan gelar individu pertamanya pada 2010. Kala itu ia menjadi pemain muda terbaik Liga Singapura dalam usia 19 tahun.

Tapi kepindahannya ke LionsXII merupakan roket yang meluncur di kariernya. Akhirnya Hariss merasakan juara bersama sebuah kesebelasan ketika LionsXII meraih gelar Liga Super Malaysia 2013. Atas prestasinya itulah yang membuatnya diminati Rio Ave, klub asal Portugal. Hal itu tidak lepas dari promosi yang dilakukan Peter Lim, pengusaha Singapura, kepada Jorge Mendes, agen pemain.

Namun kepindahan urung terjadi karena tidak mencapai kesepakatan. Apalagi saat itu Hariss sedang konsentrasi membawa LionsXII menjuarai Liga Super Malaysia 2013. Sebab Liga Malaysia bergulir dari Februari sampai Oktober karena cuma diikuti 12 kesebelasan profesional. Hariss malah pindah ke JDT pada musim berikutnya dan langsung mempersembahkan gelar Liga Super Malaysia 2014.

Permainan Hariss berbeda dengan gelandang bertahan pada umumnya yang sering tergesa-gesa merebut bola dari lawan. Dalam hal ini Hariss lebih sabar. Namun perhitungannya itu sering berhasil merebut bola dari lawan. Begitu pun ketika menguasai bola, Hariss begitu tenang. Melakukan dribel jika perlu. Kendati tergolong tenang, ia juga siap ketika harus berduel fisik dengan lawannya.

Ketenangan Hariss sering membuatnya ditugaskan untuk mengatur tempo permainan. Ketika menguasai bola, tidak jarang ia berperan seperti Deep-lying playmaker. Ia memberikan umpan-umpan akurat, baik operan pendek, terobosan, maupun umpan jauh ke sepertiga akhir lawan. Maka dari itu ia terkadang seperti menjadi gelandang serang. Tiba-tiba berada di dalam kotak penalti lawan untuk mendapatkan peluang.

Selain area tengah, Hariss juga bisa dimainkan sebagai bek tengah atau full-back kanan jika darurat. Tapi tugas seabreg yang dijalani Hariss tidak berimbang dengan kondisi fisiknya. Sebab pemain 25 tahun ini merupakan pemain yang rentan mendapatkan cedera. Bahkan pada usia 17 tahun sudah mendapatkan cedera ligamen lutut kanan yang parah. Cedera itu memaksanya absen sekitar satu tahun.

Cedera itu membuatnya melewatkan membela Singapura dalam Kualifikasi Piala Dunia. Kemudian ia mendapatkan cedera kembali ketika menghadapi India dalam pertandingan Asian Games 2010. Padahal Hariss baru dinobatkan sebagai pemain muda terbaik Liga Singapura 2010. Hariss membutuhkan waktu enam minggu untuk menyembuhkan cedera pahanya itu.

Hariss pun tidak bisa meneruskan perjuangannya tidak terlalu jauh pada Piala AFF 2012. Sebab ia mengalami cedera ketika laga kedua fase grup ketika menghadapi Indonesia. Tapi cederanya itu tidak berakhir kesedihan karena Singapura berhasil menjaurai 2012. Namun cedera retak fibula tersebut membuatnya melewatkan awal Liga Super Malaysia 2013.

Kerentanan cedera Hariss membuat Varadaraju Sundramoorthy begitu menjaganya. Bahkan Hariss dibiarkan di Singapura ketika skuatnya menjalani pemusatan latihan selama lima hari di Doha sejak 5 November lalu. Alasan Sundramoorthy karena Hariss baru selesai menjalani jadwal yang padat bersama JDT selama musim 2016.

Ya, Hariss memang baru membawa kesebelasannya menjuarai Liga Super Malaysia 2016. Ia juga berhasil membawa JDT ke semifinal Piala AFC, kendati gagal mempertahankan gelar juara. Sundramoorthy paham betul tentang kondisi pemain bernomor punggung 14 itu. Apalagi mereka pernah bekerja sama ketika menjuarai Liga Super Malaysia 2013 bersama LionsXII.

Sundramoothy tidak ingin kehilangan pemain pentingnya itu ketika sedang dibutuhkan untuk AFF 2016. Apalagi sebelumnya Singapura menjalani uji tanding yang buruk sebelum AFF 2016 bergulir. Sejak Mei lalu, Singapura baru meraih dua kemenangan dari seluruh laga uji tanding dan persahabatan. Alhasil mereka dianggap sebagai kuda hitam pada AFF kali ini. Padahal Singapura merupakan pengoleksi gelar Piala AFF terbanyak bersama Thailand. Yakni sebanyak empat kali.

Tapi koleksi gelar itu dibuat dalam bayang-bayang Avramovic. Beserta dengan generasi emasnya seperti Noh Alam Shah, Lionel Lewis, Muhammad Ridhuan dan lainnya. Ditambah dengan pemain-pemain naturalisasi seperti Agu Casmir, Itimi Dickson dan lainnya. Sekarang pun masih tersisa generasi emas di skuat Singapura atas keberadaan Baihakki Khaizan, Daniel Bennett, Mustafic Fachrudin dan Khairul Amri. Mereka pun dibilang sudah melamban. Dan sekarang, tugas Hariss-lah untuk menyambung generasi emas yang telah terputus. Setidaknya, ia adalah sisa dari kejayaan Singapura ketika menjuarai AFF 2012.

Sumber: ESPN FC, Fourfourtwo, Fox Sports, Wikipedia.

Sumber Foto: The New Paper

Komentar