3 Kelemahan Arema Cronus yang Dapat Dimanfaatkan Persib

Taktik

by redaksi

3 Kelemahan Arema Cronus yang Dapat Dimanfaatkan Persib

Arema Cronus akan melawan Persib Bandung dalam partai final Piala Bhayangkara 2016 di Stadion Gelora Bung Karno pada hari Minggu (3/4) malam. Arema berhasil melaju ke babak final setelah mengalahkan Sriwijaya FC 1-0 di babak semifinal yang dilangsungkan di Stadion Kanjuruhan, Kamis (1/4) malam. Partai ini seperti ulangan partai 'final' Bali Island Cup 2016. Ketika itu, Arema berhasil mengalahkan Persib dengan skor 1-0.

Namun, sebelum mengalahkan Persib, Arema harus memperbaiki terlebih dahulu kelemahan-kelemahan mereka berikut ini, karena bisa saja kelemahan ini akan dimanfaatkan Persib untuk mengalahkan Arema di laga final nanti.

Terlalu berfokus kepada kombinasi Dendi-Lopicic

Arema Cronus mulai melakukan perubahan pola serangan semenjak Gustavo Lopez hengkang ke Trengganu FA. Hal ini terlihat di ajang Bali Island Cup 2016. Ketika itu, Serdjan Lopicic yang baru saja didatangkan langsung menciptakan sebuah kombinasi baru dengan Dendi Santoso. Keduanya kerap bertukar tempat untuk melakukan sebuah kombinasi.

Hanya saja, ternyata Arema malah terlalu mengandalkan kombinasi Dendi-Lopicic ini sehingga membuat peran Esteban Vizcarra di sisi kiri menjadi tidak terlalu terlihat. Dari empat gol yang sudah diciptakan oleh Arema selama gelaran Piala Bhayangkara ini, dua diantaranya tercipta dari sisi kanan (sisi Dendi), dan hanya satu gol yang tercipta dari sisi kiri (sisi Vizcarra).

Penampilan Vizscarra di Piala Bhayangkara memang tidak semenenjol di Bali Island Cup atau Piala Gubernur Kaltim. Jarang sekali terlihat manuver berbahaya yang dilakukan pemain yang sebelumnya bermain untuk Semen Padang ini. Masuknya Lopicic agaknya berdampak pada peran Vizscarra ini. Ia yang biasa memerankan diri sebagai wide-playmaker, mengatur ritme serangan dari lebar lapangan, dan membunuh lawan dengan umpan terobosan, agak meredup perannya.

Padahal di Semen Padang, ia sering menjadi pemecah kebuntuan kala berhadapan dengan Persib. Sejak diperkuat pemain ini, Semen Padang selalu menyulitkan Persib Bandung, baik dalam laga kandang maupun tandang.

Terlalu fokusnya Arema kepada kombinasi Dendi-Lopicic ini membuat Arema tidak memiliki opsi kedua jika kombinasi ini berhasil dihentikan oleh lawan. Dalam pertandingan melawan Sriwijaya FC, terlihat bahwa kombinasi ini berhasil dihentikan oleh Yu Hyun Koo dan Syaiful Indra Cahya yang langsung melakukan pressing ketat kepada kedua pemain tersebut sehingga Dendi ataupun Lopicic tidak mampu memasuki lini pertahanan Sriwijaya FC. Inilah yang bisa dilakukan oleh Persib agar kombinasi ini tidak berjalan mulus.

Penyelesaian akhir yang selalu bertumpu kepada Gonzales

Cristian Gonzales adalah striker yang menakutkan. Kemampuannya dalam menyelesaikan peluang, menahan bola, dan memberikan ruang kepada para penyerang lawan membuat ia menjadi salah satu striker yang cukup ditakuti. Hanya saja, Arema terlalu menumpukan serangan kepada Cristian Gonzales seorang sebagai target man dan tidak memberikan peluang bagi pemain lain untuk menyelesaikan peluangnya sendiri. Hal ini terlihat dari jumlah dua gol yang sudah disumbangkan oleh Gonzales di ajang Piala Bhayangkara ini dari total empat gol yang disarangkan oleh Arema.

Hal ini ditambah dengan peran Dendi-Lopicic-Vizcarra yang hanya berperan sebagai seorang pengumpan bagi El Loco. Meski beberapa kali sempat mencoba untuk menyelesaikan peluangnya sendiri, tapi ketiga pemain ini jarang bisa menyelesaikan peluangnya. Sebenarnya, kombinasi ketiganya, ditambah dengan Hendro Siswanto ataupun Raphael Maitimo yang merangsek masuk dari second line, bisa menjadi alternatif serangan Arema. Hanya saja, pelatih Milo Seslija belum mencoba hal ini dan masih berfokus kepada Gonzales sebagai ujung tombak.

Seperti halnya yang sudah dilakukan oleh Persija dan Sriwijaya FC. Dengan mematikan peran dari Gonzales, Persib bisa menghentikan opsi serangan dari Arema. Ditambah dengan mematikan kombinasi Dendi dan Lopicic, Arema akan kehabisan opsi dalam menyerang.

Di laga melawan SFC, El-Loco terlihat terisolasi di pertahanan lawan. Ia dijeput di antara dua garis: garis pertahanan dan garis gelandang bertahan. Sedikit sekali terlihat permutasi atau pertukaran posisi antara Gonzales dengan pemain yang lain. Padahal para gelandang Arema relatif agresif naik menekan ke depan, dengan hanya meninggalkan (seringnya) Maitimo di depan center back. Hanya saja agresifitas para gelandang itu sering gagal menembus blokade poros ganda Jupe-Yoo.

Menariknya lagi, atau jeleknya lagi, duet center-back Arema sering terlambat naik -- atau memang diinstruksikan tidak naik. Ketika para gelandang dengan cepat naik ke pertahanan lawan, tapi tidak diikuti oleh garis pertahanan yang naik, maka ada ruang yang lowong di antara lini tengah dan lini pertahanan.

Jika ini tidak diantisipasi, maka ada banyak ruang yang bisa dieksplorasi oleh Belencoso. Pemain yang sebelumnya bermain di Kitchee itu bisa saja berhasil membuat chaos di pertahanan Arema dengan cara menarik salah satu dari Ganchev/Hamka keluar dari posisinya -- sebagaimana yang dilakukannya kala mengacaukan pertahanan SFC di Jalak Harupat.

Johan Alfaridzie yang sering maju dan terlambat turun

Johan Alfaridzie adalah fullback kiri terbaik yang dimiliki oleh Arema Cronus. Di ajang Piala Bhayangkara ini, ia sudah menyumbang satu gol melalui sundulan yang ia cetak di babak semifinal melawan Sriwijaya FC. Selain itu, mobilitasnya di sisi kiri pun sangat baik. Bukan hanya di sisi kiri, ketika ada situasi set-piece Alfaridzie kerap maju ke depan untuk membantu serangan.

Hanya saja, Alfaridzie memiliki kekurangan, yaitu telat kembali turun ke belakang. Dalam beberapa kesempatan, Alfaridzie terkadang telat dalam meng cover sisi kiri tempatnya beroperasi. Hal inilah yang bisa dimanfaatkan oleh Persib.

Dengan menempatkan pemain cepat di sisi kanan penyerangan, seperti Samsul Arif ataupun Tantan, Persib bisa memanfaatkan ruang kosong yang ditinggalkan Alfaridzie ketika Arema menyerang. Samsul atau Tantan bisa melakukan cut inside ke dalam kotak penalti, ataupun menarik salah satu bek tengah, entah itu Hamka ataupun Ganchev, sehingga pemain yang beroperasi di gelandang serang, entah itu Kim ataupun Atep dapat masuk dari second line untuk menyelesaikan peluang. Belencoso pun bisa lebih leluasa menerima bola di dalam kotak penalti jika salah satu bek tengah tertarik ke kiri. 

Di sinilah dilema Arema. Keberadaan Samsul yang cepat, boleh jadi akan membuat Alfa cenderung berhati-hati untuk naik ke depan untuk fokus lebih dulu melindungi sisi kiri pertahanan Arema. Jika Alfa terus menerus tertahan di belakang, maka Vizscarra akan bekerja ekstra keras untuk membongkar sisi kanan pertahanan Persib yang akan dijaga oleh Yanto Basna. Paling banter, jika ini terjadi, Vizscarra hanya akan dibantu oleh Maitimo atau Hendro Siswanto.

(sf)

foto: goal.com

Komentar