Rahasia Performa Gemilang Tottenham Hotspur

Taktik

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Rahasia Performa Gemilang Tottenham Hotspur

Kemauan untuk mengambil risiko

Dalam permainan yang modern dan serba cepat ini, permainan akan mengalir begitu cair, apalagi di Liga Primer. Cara untuk menghadapi cepatnya permainan adalah dengan menghentikannya, atau lebih tepatnya yaitu dengan melakukan pelanggaran.

Pada kenyataannya, Spurs bukan lah kesebelasan yang pandai merebut penguasaan bola. Mereka hanya berhasil melakukan tekel yang bersih sebanyak 390 saja (45%). Sebaliknya, Spurs menjadi kesebelasan yang paling banyak melakukan pelanggaran dengan 311 kali.

Namun, bukannya mereka mengalami kerugian dari sini, mereka justru bisa bernapas lebih sering dalam 90 menit. Pelanggaran mereka kebanyakan adalah pelanggaran kecil yang terjadi jauh dari kotak penalti mereka sendiri. Lamela menjadi pemain yang paling sering membuat pelanggaran.

Spurs juga tidak bisa dikatakan sebagai kesebelasan yang paling kotor. Mereka memang sudah mendapatkan 48 kartu sepanjang musim ini, atau urutan keempat di Liga Primer, tetapi mereka belum sekalipun menerima kartu merah, sama seperti United, City, dan Leicester.

Memanfaatkan eksekusi bola mati

Tidak ada kesebelasan di Liga Primer yang mencetak gol dari eksekusi bola mati lebih banyak daripada Tottenham. The Lilywhites sudah mencetak 16 gol yang berasal dari bola mati, dengan rincian 2 tendangan bebas langsung, 3 tendangan bebas yang diumpan, 4 tendangan penalti, dan 7 yang berasal dari tendangan sudut.

Di bawah mereka ada sang pemuncak klasemen, Leicester City, dengan 14 gol (tapi 7 di antaranya dari penalti), Crystal Palace (13), City (12), dan Southampton (12).

Eksekusi Eriksen yang dikombinasikan dengan kemampuan memanfaatkan peluang dari bola mati dari Kane, Alderweireld, dan Dier adalah sejata utama Spurs selama ini.

Tendangan bebas atau sepak pojok rasanya akan selalu terjadi pada setiap pertandingan. Hal inilah yang seharusnya tidak boleh dipandang sebelah mata oleh kesebelasan manapun. Kesempatan mencetak gol dari bola mati, hampir pasti akan lahir di setiap pertandingan. Pochettino tahu benar akan hal ini.

Lolos ke Liga Champions, Mengalahkan Arsenal, atau menjadi juara?

Sepanjang sejarahnya semenjak Wenger menukangi Arsenal, sudah lebih dari 7.577 hari berlalu sejak Spurs finis di atas Arsenal. Untuk itu, ada celetukan bahwa fans Arsenal berdoa agar Spurs bisa finis di posisi kedua pada musim ini.

Karenanya jika Tottenham menduduki peringkat kedua, secara teori, secara skenarion, dan secara sejarah, hanya ada satu tempat yang mungkin Arsenal duduki di akhir musim nanti: peringkat pertama.

Sekarang Spurs sedang berada di peringkat kedua, namun Arsenal malah yang berada diperingkat ketiga, di bawah Spurs. Musim memang belum berakhir, masih ada 13 pertandingan lagi.

Pochettino selalu memiliki target untuk finis di zona Liga Champions (empat besar), sesuatu yang hanya pernah Spurs raih sebanyak dua kali selama era Liga Primer. Namun para pendukung Spurs selalu memiliki harapan untuk finis di atas Arsenal.

Melihat keberjalanan musim ini, bukan tidak mungkin Spurs akan bisa melakukan keduanya, untuk finis di zona Liga Champions sekaligus finis di atas Arsenal.

Sejauh ini Liga Primer Inggris belum pernah menghasilkan juara baru, juara yang mengejutkan, kecuali Blackburn Rovers pada musim 1994/95. Leicester City mungkin akan terus menjadi kesebelasan underdog yang dicintai semua orang untuk menjadi juara. Namun, Tottenham pastinya tidak keberatan untuk berada di bawah bayang-bayang Leicester sambil secara perlahan melahap peluang menjadi juara Liga Primer yang lebih mengejutkan lagi.

Komentar