Empat Hal yang Harus Zidane Lakukan di Real Madrid

Taktik

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Empat Hal yang Harus Zidane Lakukan di Real Madrid

Zinedine Zidane resmi ditunjuk sebagai pelatih baru Real Madrid pada (5/1) menyusul keputusan para petinggi klub untuk mengakhiri kerjasama dengan Rafael Benitez. Para petinggi klub menilai kinerja dari mantan pelatih Liverpool dan Napoli tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Hingga tulisan ini dibuat Real Madrid berada di peringkat tiga Liga Spanyol, tertinggal lima poin dari rival sekota Atletico Madrid yang berada di puncak klasemen. Dengan posisi Real Madrid saat ini dan akan berlaga di babak 16 besar Liga Champions, Zidane jelas mengemban ekspektasi yang sangat besar. Bukan saja dari sang presiden klub Florentino Perez , tetap juga dari seluruh pendukung setia Los Blancos – julukan Real Madrid.

Namun yang perlu dicatat, pengalaman melatih Zidane belum lah berlimpah. Tapi kita tidak bisa juga dengan gegabah menyebutnya akan gagal mengemban tugasnya tersebut. Jika ia bisa melakukan empat hal di bawah ini, ia bisa dikatakan sukses memberikan perubahan bagi Real Madrid.

Mengembalikan Stabilitas Ruang Ganti

Selama era Benitez, ruang ganti di Santiago Bernabue berada dalam atmosfer yang tidak menyenangkan. Benitez memilih cara yang lebih keras dalam menangani para pemain bintangnya dibandingkan pelatih sebelumnya, Carlo Ancelotti. Benitez disebut-sebut kelewat serius, dan tidak bisa menerima gurauan dan candaan yang ditunjukan kepadanya. Bahkan ketika beradu argumen masalah teknis dengan pemain, Benitez menanggapinya dengan kurang tepat.

Hingga akhirnya diberhentikan, pelatih yang membawa Valencia menjadi juara UEFA Cup pada 2004 ini dikabarkan sudah berseteru dengan James Rodriguez, Isco, Marcelo, kapten tim Sergio Ramos, dan tentunya sang superstar tim, Cristiano Ronaldo. James Rodriguez dan Isco merasa termarjinalkan dalam skuat, bahkan Isco yang juga disebut-sebut sebagai pemain favorit Florentino Perez ini dirumorkan akan mendarat di Manchester City pada bursa transfer Januari. Sementara di saat Cristiano Ronaldo sempat mempertanyakan taktik yang diusung Benitez, kapten Sergio Ramos juga mempertanyakan keputusan Benitez saat menarik Karim Benzema pada derby Madrid 4 Oktober lalu, padahal tim sedang bermain imbang dengan skor 1-1.

Zidane yang sempat menjadi asisten dari Carlo Ancelotti, tentunya paham bagaimana menangani para pemain. Apalagi dengan statusnya sebagai legenda klub bisa membuat Zidane lebih dihormati sehingga tak memunculkan konflik internal yang bisa merusak keharmonisan tim.

Mengembalikan Jati Diri Real Madrid

Didatangkan pada tahun 2001, Zidane merupakan salah satu bagian penting dalam mega proyek Galactico yang diusung oleh Florentino Perez. Bermain selama lima musim, termasuk menjadi pahlawan ketika Los Blancos memenangkan gelar juara Liga Champions pada 2002, Zidane paham betul filosofi yang diusung oleh Real Madrid.

Berbekal pengalaman menjadi salah satu bagian dari Galactico dan sempat menjadi asisten Ancelotti yang memberikan gelar La Decima untuk Real Madrid, Zidane diharapkan mampun mengembalikan permainan atraktif yang sudah menjadi ciri khas Los Blancos. Sementara sejak di Real Madrid Castilla, Zidane sudah menerapkan metode kepelatihannya yang mengedepankan tiga inti dari taktiknya yaitu sentuhan, operan, dan kreativitas. Jika ia bisa menerjemahkan dengan baik apa yang ia inginkan dan para pemainnya memahami hal tersebut, permainan Real Madrid bisa jadi akan lebih baik di bawah asuhan Zidane ketimbang Benitez.

Memenangi Partai Krusial

Benitez mencatatkan presentase kemenangan sebesar 68% selama menangani kesebelasan yang bermarkas di Stadion Bernabeu ini. Dengan rincian selama di bawah arahan mantan pelatih Napoli tersebut, Real Madrid berhasil memenangkan 11 dari 18 pertandingan Liga Spanyol dan lima dari enam di Liga Champions, dan satu laga di Copa Del Rey yang akhirnya bermasalah itu.

Namun Benitez selalu kesulitan ketika berhadapan dengan tim-tim kuat Liga Spanyol, termasuk melawan Valencia pekan lalu di mana mereka ditahan imbang dengan skor 2-2. Menelan kekalahan melawan Villareal dan Sevilla jelas sesuatu yang mengerikan, namun dosa terbesar Benitez adalah ketika Madrid tumbang di laga besar bertajuk El Clasico dengan skor mencolok 0-4.

Madrid saat ini berada di peringkat tiga, di bawah Barcelona dan Atletico Madrid. Memenangi partai krusial kala menghadapi klub besar, termasuk Barca dan Atleti tentunya menjadi penting untuk bisa menjadi juara. Hal inilah yang dibebankan petinggi klub pada Zidane karena Benitez terbukti tak bisa melakukannya.

Membenahi Skuatnya

Benitez menyebutkan bahwa komposisi timnya dalam keadaan seimbang dan sudah sesuai untuk Madrid yang mencanangkan target juara. Tetapi kenyataan yang terjadi justru sebaliknya, Real Madrid masih membutuhkan pembenahan.

Area tengah yang menjadi titik lemah Madrid dan sering menjadi bulan-bulanan lawan termasuk ketika El Clasico jilid pertama, membuat Zidane perlu mendatangkan pemain di sektor tersebut. Dengan semakin uzurnya Luka Modric, sementara Mateo Kovacic yang didatangkan pada awal musim masih berada dalam proses adaptasi, Zidane perlu menambah setidaknya satu nama gelandang lagi.

Mendatangkan pemain berposisi gelandang bertahan dengan kualitas nomor satu bisa menguatan lini tengah dan memudahkan para gelandang kreatifnya melancarkan serangan. Mendatangkan Wendell yang juga tengah diincar Barcelona pun bisa membuat Marcelo memiliki pemain cadangan dengan kualitas yang cukup menjanjikan.

Sumber : Marca, AS, ESPN FC

Foto : getty images

Komentar