Haruskah FIFA Lebih Serius Menangani Masalah Gegar Otak?

Sains

by redaksi

Haruskah FIFA Lebih Serius Menangani Masalah Gegar Otak?

Pada pertandingan grup D Piala Dunia 2014 antara Uruguay melawan Inggris, terjadi satu kejadian yang cukup mengerikan. Ketika Raheem Sterling mencoba menembus sisi kiri pertahanan Uruguay, Alvaro Pereira mencoba menghadang dengan melakukan sliding tackle. Pemain muda Liverpool ini memang berhasil mengelak dari hadangan Pereira. Namun pada saat-saat terakhir, salah satu lutut Sterling sempat membentur kepala Pereira dengan cukup keras.

Pereira terlihat tergelatk di lapangan setelah benturan terjadi. Dari kamera sekilas terlihat Pereira terbaring dengan mata terpejam. Para pemain Uruguay yang menghampiri terlihat panik dan langsung berteriak memanggil tim dokter. Tim dokter langsung berlari ke tempat kejadian dan melakukan perawatan.

Akhirnya Pereira mampu bangun kembali namun tim dokter memberi isyarat ke bangku cadangan untuk melakukan pergantian pemain. Pereira yang merasa masih sanggup bermain kemudian bersikeras untuk tidak diganti. Bukannya menuruti rekomendasi tim dokter, Pereira justru berteriak, "I'm Okay.. I'm Okay," ke arah bangku cadangan. Padahal setelah pertandingan Pereira mengakui bahwa dia sempat kehilangan kesadaran setelah mengalami benturan. "Ketika itu saya merasa seolah-olah lampu stadion mati dan keadaan menjadi gelap," kata pemain Sao Paulo ini.

Kejadian ini sebenarnya juga terjadi pada salah satu laga Liga Inggris antara Tottenham Hottspurs melawan Everton. Ketika itu kepala Hugo Lloris membentur kaki Romelu Lukaku. Serupa dengan kejadian yang baru saja terjadi terhadap Pereira, Lloris yang dapat bangkit kembali setelah dilakukan perawatan oleh tim dokter, bersikeras untuk tidak diganti meski tim dokter merekomendasikan untuk dilakukan pergantian.

Akibat kejadian ini muncul kembali perdebatan soal peraturan yang dapat melindungi pemain dari ancaman gegar otak akibat benturan saat bermain. Dalam konteks ini, kasus yang dibahas adalah penolakan pemain untuk diganti setelah dokter merekomendasikan untuk diganti.

Tentu pemain sepakbola ingin berada di lapangan hingga akhir pertandingan. Maka ketika dia merasa masih sanggup untuk bermain, dia tidak akan mau untuk diganti. Namun masalahnya, gegar otak bukanlah cedera yang dapat dilihat secara langsung oleh mata terbuka. Dan gejala dari gegar otak belum tentu terjadi saat kejadian. Gegar otak bisa baru ketahuan beberapa waktu setelahnya akibat tidak ditangani dengan benar.

Tim dokter menyarankan Pereira untuk diganti karena seharusnya Pereira segera dilarikan ke rumah sakit untuk di cek apakah terjadi gegar otak atau tidak pada kepala Pereira. Dengan begitu Pereira dapat langsung diberikan penanganan yang tepat jika terjadi kondisi yang buruk.

Keputusan diganti atau tidaknya pemain memang sepenuhnya wewenang pelatih. Staf hanya akan memberikan masukan yang berdasarkan pada pengamatannya masing-masing. Begitu pula dengan tim dokter yang hanya menyampaikan kondisi pemain dari sisi medis.

Dalam kasus ini, FIFA mengatakan bahwa tanggung jawab sepenuhnya ada di tim dokter untuk memberikan izin atau tidak pemainnya untuk kembali ke lapangan. Dokter tim Uruguay, Alberto Pan, mengatakan bahwa dirinya telah melakukan tes kecil kepada Pereira sebelum mengizinkannya kembali ke lapangan. Meski tes tersebut bukan merupakan tes yang cukup akurat untuk mengetahui kepala Pereira mengalami gegar otak atau tidak.

Asosiasi pemain sepakbola dunia, FIFPro, juga ikut angkat bicara mengenai hal ini. FIFPro paham bahwa dalam kondisi tertentu seorang pemain akan bersikeras untuk tetap berada di lapangan meski dalam kondisi yang tidak fit. Apalagi jika dalam ajang sekelas Piala Dunia, dimana turnamen ini merupakan mimpi terbesar bagi setiap pemain sepakbola. Namun FIFPro menyarankan untuk para pemain lebih mendengarkan saran dari tim dokter demi kebaikan dirinya sendiri.

Dalam sebuah konferensi yang berlangsung di markas FIFA di Zurich, disepakati bahwa pemain yang mengalami gegar otak harus secepatnya keluar dari lapangan dan dibawa ke rumah sakit. Namun sayangnya, belum ada aturan FIFA yang menjamin keputusan ini dijalankan oleh semua tim.

FIFA chief medical officer, Jiri Dvorak, mengatakan saat ini keputusan memang masih diberikan kepada tim pelatih dan dokter tim di lapangan. Namun dia berharap bahwa terdapat dokter dari kubu netral yang selalu siap berada di lapangan diberikan tugas untuk menentukan pemain masih diperbolehkan kembali ke lapangan atau tidak. Dokter dari kubu netral ini tentu akan dapat memberikan keputusan yang lebih objektif berdasarkan kondisi pemain ketimbang dokter tim.

Pada pertandingan sepakbola yan berlangsung sekarang memang sudah tersedia satu orang dokter dari kubu netral yang siap di lapangan. Namun tugas dokter ini hanya sebagai pendukung ketika dokter tim kesulitan menangani pemain yang cedera. Dvorak berharap dokter dari kubu netral ini dapat diberikan wewenang lebih untuk memutuskan seorang pemain dapat kembali atau tidak ke lapangan.

Pereira memang akhirnya tidak mengalami gegar otak. Setelah dilakukan pemeriksaan lengkap pasca pertandingan, tidak ada tanda-tanda Pereira mengalami gegar otak. Pereira pun siap untuk kembali dimainkan pada pertandingan melawan Italia hari ini. Namun tentu saja belum tentu semua pemain bernasib baik seperti Pereira. Kita tidak tahu kejadian apalagi yang akan terjadi di pertandingan lain. Maka mungkin sebaiknya, FIFA kembali mempertimbangkan peraturan mengenai hal ini, demi keselamatan para pemain.

foto: pulse.ng

(abi)

Komentar