Lantangnya Kritik Denmark Untuk Qatar

Piala Dunia

by Arienal A Prasetyo

Arienal A Prasetyo

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Lantangnya Kritik Denmark Untuk Qatar

“Saya benar-benar tidak suka proses saya berada di sini dan cara Qatar dianugerahi sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Saya punya dua mimpi, salah satunya adalah bahwa di badan pengatur sepak bola dan olahraga, kami (Denmark) memiliki orang-orang yang lebih progresif, muda, dan beragam di bagian-bagian pengambilan keputusan,” kata Kasper Hjulmand, Pelatih Denmark, dilansir dari The Guardian.

“Saya harap kita melihat reformasi ini. Yang kedua adalah, di dunia kita memiliki lebih banyak empati, mendengarkan dan mencoba memahami orang lain. Itu satu-satunya jalan ke depan. Cobalah untuk melakukan apa yang bisa kita lakukan dan buat perubahan melalui ini,” lanjutnya.

Komentar Hjulmand di atas bisa dibaca sebagai kepedulian Denmark atas kemanusiaan. Salah satu hal yang paling menarik diamati dari keikutsertaan Denmark di Piala Dunia 2022 adalah sikap mereka terhadap pelanggaran hak kemanusiaan. Nyatanya, ini yang terjadi di Qatar selama mempersiapkan segala infrastruktur Piala Dunia.

Pekerja migran yang kebanyakan berasal dari wilayah Asia Selatan tidak mendapatkan perlindungan yang baik. Salah seorang buruh asal Nepal bernama Manjur Khan Pathan, harus bekerja 12-13 jam per hari sebagai sopir kendaraan dalam kondisi panas terik dan AC di dalam mobil mati. Pathan meninggal pada Februari 2021.

Amnesty Internasional, di sisi lain menemukan 149 pekerja asal Nepal yang ditipu agen atau majikan terkait gaji yang tidak sesuai, jenis pekerjaan, serta jam kerja yang tidak sesuai.

Denmark, yang bekerja sama dengan aparel Hummels, merilis jersey hitam. Warna hitam dalam jersey itu sebagai simbol duka. Dalam sesi latihan, pada Jumat waktu Qatar, Tim Dinamit pun memakai jersey hitam.

Awalnya, Denmark ingin mengenakan jersey dengan pesan hak asasi manusia. Namun, larangan dari FIFA telah mengecewakan Kepala Asosiasi Sepakbola Denmark (DBU), Jakob Jensen.. "Kami tidak menganggap `Hak Asasi Manusia untuk Semua` sebagai pernyataan politik. Pesan itu sebenarnya bersifat universal. Jadi ya, kami kecewa," katanya seperti dikutip dari The Guardian.

Rasmus Tantholdt, salah satu jurnalis TV2 Denmark, diinterupsi ketika sedang melakukan liputan di sebuah jalan di kota Doha, Qatar. Ketika Rasmus sedang berbicara dengan rekannya yang ada di studio pusat, tiga orang pria datang menghampirinya dan mengancam akan memblokir kamera para kru.

“Anda mengundang seluruh dunia untuk datang ke sini, mengapa kami tidak bisa syuting? Ini tempat umum. Anda bisa merusak kamera, Anda ingin merusaknya? Anda mengancam kami dengan menghancurkan kamera?” ujar Rasmus kepada tiga pria itu.

Sikap Denmark itu bisa dibaca sebagai terjemahan lain dari Falsafah Janteloven, sebuah falsafah hidup yang mengakar di wilayah Skandinavia. Falsafah Janteloven, yang awalnya muncul dari sebuah novel terbitan tahun 1936 berjudul A Fugitive Crosses His Tracks, karya Aksel Sandemose, secara sederhana merupakan falsafah yang meminggirkan pencapaian individual, dan lebih mementingkan pencapaian komunal. Pendek kata, Falsafah Janteloven menekan prinsip ke-aku-an.

Dengan memahami Falsafah Janteloven, maka tak heran ketika Denmark ingin membawa pesan Hak Asasi Manusia untuk Semua dalam jersey mereka. Tim Skandinavia yang lolos ke Piala Dunia 2022 memang hanya Denmark. Namun, apakah kritik kepada Qatar hanya datang dari Denmark? Ternyata tidak.

Pelatih Norwegia, Stale Solbakken, mengatakan menunjuk Qatar sebagai tuan rumah adalah kegagalan besar FIFA. “Saya pikir pertama-tama FIFA memiliki kegagalan terbesar, mengingat keadaan Qatar ditunjuk sebagai tuan rumah turnamen pada 2010. Itu jelas kesalahan terbesar,” ujar Solbakken, dikutip dari The Guardian.

Solbakken bahkan juga mengkritik jurnalis yang menurutnya tertidur ketika Qatar ditunjuk menjadi tuan rumah. “Setelah itu, menurut saya sepak bola belum cukup, menurut saya jurnalis belum cukup. Saya pikir jurnalis juga telah tertidur untuk waktu yang sangat lama. Saya pikir itu hanya dalam beberapa tahun terakhir yang tiba-tiba: `Oh, Piala Dunia ada di Qatar.` Tahun-tahun pertama setelah diberikan kepada Qatar, saya pikir seluruh dunia kurang lebih tertidur, termasuk orang-orang sepak bola dan juga jurnalis.”

***

Denmark datang ke Piala Dunia 2022 dengan mayoritas skuad yang bermain di Piala Eropa 2020. Kasper Hjulmand ingin kembali memberikan kejutan seperti yang ia lakukan di Piala Eropa 2020 yang lalu.

Denmark tampil luar biasa setelah kalah di pertandingan pertama melawan Finlandia. Namun, kekalahan itu tampak bisa diterima lantaran pemain mereka, Christian Eriksen kolaps dan berada di antara hidup dan mati di lapangan.

Setelah juara Piala Eropa 1992, Denmark nyaris tanpa prestasi berarti, sebelum berhasil menembus semifinal Piala Eropa 2020. Prestasi terbaik Denmark di Piala Dunia pun hanya sampai di babak perempat final pada edisi 1998.

Lolosnya Denmark ke semifinal Piala Eropa 2020 seperti sebuah pertanda bahwa di Piala Dunia 2022, Tim Dinamit akan menyajikan sesuatu yang berbeda. Tergabung di grup D bersama Prancis, Tunisia, dan Australia, Denmark setidaknya bakal menjadi pesaing Prancis untuk memperebutkan juara grup.

Di sektor penjaga gawang, Tim Dinamit masih mengandalkan Kasper Schmeichel. Simon Kjaer dan Andreas Christensen menjadi duet kokoh. Di lini tengah, Christian Eriksen tentu saja menjadi penentu alur serangan Denmark, untuk menghadirkan gol-gol yang bisa dicetak oleh Skov Olsen atau Braithwaite.

Denmark asuhan Hjulmand memang belum bisa seperti Denmark 1992 asuhan Moller Nielsen dengan menjuarai Piala Eropa. Namun, Denmark tak selalu dikenang karena prestasi 1992 itu, dan Hjulmand barangkali sudah tahu dengan cara apa Tim Denmark akan dikenang di Piala Dunia 2022 ini.







Komentar