[Preview] Prancis: No Ribery No Party

Piala Dunia

by redaksi

[Preview] Prancis: No Ribery No Party

Ribery sudah kalah sebelum perang, ia tak mampu melawan cedera punggung yang dideritanya. Meski berbagai upaya telah dilakukan untuk memulihkan cederanya agar dapat kembali bugar, termasuk terapi berupa latihan spesial. Prancis jelas kehilangan salah satu pemain terbaiknya pada Piala Dunia nanti.

Lini tengah Prancis juga kehilangan Clement Grenier yang bernasib sama dengan Ribery yakni tidak dapat pergi ke Brasil karena mengalami cedera. Tanpa  bermaksud meremehkan Grenier, tetapi Deschamps masih memiliki stok pengganti untuk gelandang Lyon tersebut. Sedangkan absennya Ribery tak hanya berdampak pada permainan di lapangan tetapi juga kondisi ruang ganti nantinya.

Pada dua uji coba terakhir Prancis menjelang persiapan ke Piala Dunia yakni melawan Norwegia dan Paraguay, Deschamps sudah menyiapkan antisipasi taktik untuk menggantikan Ribery. Dua nama telah disiapkan untuk mencoba skema tersebut, dengan bergantian menurunkan Griezman dan Loic Remy.

Kondisi Ribery yang memang diragukan akan tampil fit di Piala Dunia memang sudah diprediksikan sebelumnya. Hal inilah yang membuat Prancis sedari awal telah menyiapkan beberapa komposisi pemain yang dapat menggantikan peran Ribery.

Untuk mengisi kekosongan skuat yang ada, Deschamps juga mematenkan keberadaan Morgan Schneiderlin dan Remy Cabella. Ya, akan ada dua “Remy” yang akan menggantikan Ribery, Loic Remy dan Remy Cabella. Aturan dari FIFA memperbolehkan sebuah tim mengganti pemain dengan list cadangan jika memang mengalami cedera serius dengan menyertakan rekam medis, sehari sebelum kick off pertama dilakukan.

Sang pelatih bahkan mengatakan bahwa Remy Cabella memiliki permainan yang sama dengan Ribery meski tak mampu menggantikan fungsinya secara keseluruhan. Jurnalis Prancis, Julien Laurens menyebut sosok Ribery akan dirindukan seluruh tim saat sarapan karena sifatnya yang humoris dan mampu mencairkan suasana tim.

Sebagai pemain yang berpengalaman dalam tim namun tetap memiliki sifat humoris menjadi hal penting bagi ruang ganti Prancis. Seorang Ribey mampu menjadi figur yang menjadi panutan seluruh tim tanpa menimbulkan jarak dengan pemain lainnya.

Remy Cabella adalah salah satu korbannya, penutup wadah garam sengaja dilonggarkan oleh Ribery agar ketika dituang semua isi tumpah ke seluruh makanan. Seluruh tim tertawa melihatnya, urat syaraf yang tegang kembali kendur. Tertawa lepas pada pagi hari adalah harga mahal di dalam tim yang dibebani target besar.

Prancis memang seharusnya berkaca pada gelaran Piala Dunia sebelumnya pada 2010 lalu di Afrika Selatan, dimana mereka harus pulang lebih awal di fase grup karena menjadi juru kunci tanpa satu kemenangan pun. Suasana ruang ganti saat itu kacau, konflik antara pemain dan pelatih Raymond Domenech hingga ancaman mogok main.

Bahkan menjelang Piala Dunia 2014, di Prancis dilakukan semacam ritual buang sial dengan menghancurkan replika bis yang dipakai di Afrika Selatan lalu. Kini arsitek baru telah ditunjuk, semangat baru tentu ingin diperlihatkan seluruh penggawa tim. Tetapi bermain tanpa pemain berpengalaman pada gelaran sebesar Piala Dunia juga bukan pilihan yang baik.

Ribery adalah pemain paling berpengalaman dalam tim jika melihat jumlah caps yang dijalaninya. Meski bukan pemain tertua secara usia dan debut pertama, ia telah membela Prancis sebanyak 80 kali. Kini hanya tersisa Benzema, Evra, dan Lloris yang sudah mencapai caps lebih dari 40 kali dari skuat yang ada.

Kekuatan Pada Trio Lini Tengah

Beban kehilangan Ribery inilah yang harus ditanggung oleh tim Prancis sekarang, dengan skuat yang ada hal ini sebenarnya tak terlalu buruk. Apalagi jika melihat kekuatan pada trio lini tengah mereka dalam formasi 4-3-3 yang diperagakan Deschamps.

Matuidi, Pogba, dan Cabaye pada empat pertandingan uji coba terakhir, ketiganya selalu diturunkan oleh Deschamps. Kemampuan ketiganya menjanjikan lini tengah yang kokoh, mampu memenangi perebutan bola saat bertahan, membagi bola ke depan dan tajam saat berada di area sepertiga akhir.

Dukungan lini kedua menjadi penting bagi Prancis karena saat ini masih ada masalah di sektor depan mereka. Ketika melawan Paraguay, Les Bleus hanya mampu bermain imbang 1-1 meski melakukan penguasaan bola hingga 71%. Giroud yang ditempatkan menjadi striker tunggal gagal menembus tembok kuat pertahanan lawan.

Pesta gol 8-0 ketika melawan Jamaika juga tak mampu menjadi jaminan bagi terselesaikannya masalah ini. Tim asal Amerika Utara ini tak cukup tangguh untuk membuktikan kekuatan Prancis. Gawang Jacomeno Barrett terlalu mudah untuk dibobol karena nyaris tak ada penjagaan ketat di pertahanan mereka.

Pada pertandingan terakhir sebelum tim Prancis berangkat ke Brasil ini juga dijadikan kesempatan Deschamps mencoba variasi lain di lini depan. Benzema digeser ke kiri untuk memberi tempat bagi Giroud sebagai striker tunggal. Taktik ini juga mengubah cara bermain Prancis yang kini memperkuat serangan lewat tengah.

Tiga pemain depan bermain terlalu kaku berdiri sejajar dengan barisan bek Jamaika. Tugas masuk ke kotak penalti menjadi milik pemain tengah. Seperti dua gol awal yang dicetak oleh Cabaye dan Matuidi, tanpa pergerakan keduanya Prancis selalu kesulitan masuk ke kotak penalti pada awal pertandingan.

Dilema Deschamps

Kehilangan Ribery berdampak pada cara bermain Prancis, terutama di sektor sayap. Tidak ada jalan lain membangun serangan jika sektor tengah lawan terlalu kuat atau memberikan penjagaan ketat. Namun apabila menempatkan dua sayap secara langsung, serangan Les Blues tak cukup kuat untuk membobol gawang lawan.

Ketika membela Real Madrid, Benzema banyak dibantu oleh Ronaldo dan Bale. Sehingga meski dikawal ketat lawan, dia dapat memberikan bola kepada dua rekannya tersebut atau bertindak sebagai tembok pantul. Masalah inilah yang kini dialami  tim Prancis pasca absennya Ribery.

Deschamps harus memilih untuk tetap mempertahankan formasi terakhirnya ketika melawan Jamaika, dengan memperkuat lini tengah dan mengabaikan sayap atau tetap kembali ke skema awal 4-3-3 dengan tetap melebar. Bahkan untuk lawan sekelas Jamaika, dua fullback Prancis tak berani untuk naik hingga ke sepertiga akhir.

Keduanya hanya berdiri sejajar dengan gelandang untuk membuka ruang dan aliran bola sehingga tetap mampu menguasai pertandingan. Jamaika memang banyak melakukan serangan balik lewat sayap karena “penuhnya” lini tengah Prancis. Hal ini juga yang membuat tim Prancis tak berani menaikan kedua fullback.Sektor sayap benar-benar menjadi kelemahan yang akan menjadi PR bagi Deschamps nantinya.

Prediksi Prancis di Piala Dunia 2014

Prancis berada di grup E bersama Ekuador, Swiss, dan Honduras. Lawan yang tidak memiliki tradisi sepakbola panjang. Tetapi beban berat harus dipikul oleh Prancis karena menjadi juara grup adalah harga mati bagi Hugo Lloris dkk. Jika ingin terus melenggang hingga ke fase selanjutnya dan tidak bertemu dengan calon lawan berat di babak 16 besar.

Sesuai dengan tabel turnamen, juara grup E akan bertemu dengan peringkat kedua grup F dan sebaliknya. Argentina dan Bosnia Herzegovina diprediksi menempati urutan 1 dan 2 grup F, sehingga meski sama-sama berat peluang untuk lolos lebih besar jika Prancis mampu menjadi juara grup.

Jika berhasil sesuai skenario diatas dan lolos dari 16 besar, publik Prancis dapat sedikit berbangga karena tim mereka akan melaju kembali dengan minimal menjadi salah satu semi finalis Piala Dunia 2014.

Perkiraan Line up

prancis

Komentar