Alasan Mengapa PSSI Harus Belajar dari Anime Captain Tsubasa

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Alasan Mengapa PSSI Harus Belajar dari Anime Captain Tsubasa

Oleh: Raden Muhammad Wisnu Permana*

Bagi kita yang mengaku sebagai penggemar sepakbola, rasanya aneh jika tidak mengenal anime Captain Tsubasa. Anime yang muncul versi pertamanya pada 1983 ini sejak 3 Maret 2018, dibuat dalam versi remake-nya, dan disutradarai oleh Toshiyuki Kato. Versi remake ini tampil dengan kualitas gambar dan suara yang jauh lebih bagus dan gerakan-gerakan yang “lebih realistis” dari versi sebelumnya.

Sejak versi jadul maupun versi remake, penggemar sepakbola cukup menggemari anime ini. Jangankan kita, banyak pesepakbola profesional yang juga menggemari anime ini.

Andres Iniesta adalah salah satu dari banyak pesepakbola profesional yang terinspirasi oleh sosok Captain Tsubasa. Bahkan Andres Iniesta sempat berfoto dengan Yoichi Takahashi, sang kreator Captain Tsubasa, dan dihadiahi sebuah sketsa karyanya. Dapat dikatakan, Inesta adalah representasi dari Tsubasa Ozora di dunia nyata. Keduanya merupakan gelandang yang sama-sama berperan nyata dalam tim yang dibelanya, baik dalam menyerang dan bertahan.

Namun, tulisan ini tidak akan membahas para pesepakbola lainnya yang terinspirasi oleh anime Captain Tsubasa. Bukan pula soal Tsubasa Ozora yang merintis kariernya dari pesepakbola tingkat sekolah dasar dan kelak bermain di Sao Paulo dan Barcelona, juga mewakili negaranya dalam Piala Dunia. Kali ini, saya akan membahas, kenapa sebaiknya PSSI harus belajar dari anime Captain Tsubasa.

  1. Pembinaan Pemain Muda yang Baik

Dalam anime Captain Tsubasa, pembinaan pemain muda dilakukan dengan sangat baik oleh federasi sepakbola Jepang. Jenjang kompetisi dari kejuaraan nasional sepakbola tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, hingga Sekolah Menengah Atas, terus dilakukan untuk regenerasi pesepakbola Jepang yang kelak akan membawa Jepang dalam pentas sepakbola internasional.

Selain itu, orang tua para pesepakbola di Captain Tsubasa juga menunjukkan kalau masyarakat Jepang mendukung sepenuhnya apa yang dilakukan oleh talenta muda tersebut. Setiap pertandingan dari tingkat Sekolah Dasar dilakukan di stadion besar dan hampir selalu dipenuhi oleh para penonton.

Di Indonesia, pembinaan pemain muda sudah dilakukan, tapi saya pikir hal ini tidaklah maksimal. Masih banyak orang tua yang belum secara penuh mempercayai anak-anaknya untuk menjadi pesepakbola profesional karena tidak ada jaminan kesejahteraan bagi para pesepakbola profesional. Tidak seperti di negara maju, para Garuda Muda baru bisa bermimpi, tapi belum dapat diwujudkan.

Selain itu, antusiasme masyarakat pada kompetisi pemain muda juga masih sangat minim. Setiap ada kejuaraan atau liga sepakbola amatir, jumlah penontonnya tidak sebanyak penonton sepakbola profesional.

Jika sepakbola Indonesia ingin maju, pembinaan pemain muda harus diperbaiki dengan mengadakan kompetisi berjenjang dan rutin dilakukan agar para garuda muda dapat terus mengasah kemampuannya. Karena mereka-lah yang kelak akan membawa sepakbola Indonesia maju, dan masyarakat harus terus mendukung mereka, apapun yang terjadi, sekalipun saat kalah maupun bermain buruk.

  1. Peran Media Massa

Barangkali, perkataan mantan Ketua PSSI, Edy Rachmayadi, ada benarnya. Beliau pernah berkata bahwa "wartawan harus baik", sehingga sepakbola Indonesia maju.

Di Captain Tsubasa saya melihat bahwa para wartawan di sana bekerja dengan baik. Bukan cuma liga profesional saja yang ditayangkan di televisi, kejuaraan nasional antar Sekolah Dasar pun ditayangkan secara langsung. Hal ini tentu saja membuat para pemain muda bersemangat dalam berkompetisi karena disaksikan oleh jutaan pasang mata.

Selain itu, kita lihat juga, bahwa begitu banyaknya para pengamat sepakbola dan media massa Jepang yang memberikan analisis mendalam dan hasil pertandingan meski hanya untuk kompetisi antarsekolah tingkat SD dan SMP layaknya sepakbola profesional. Analisisnya sangat mendalam. Pertandingan besar seperti Nankatsu FC melawan Toho FC dibuat analisisnya bak pertandingan antara Real Madrid dan Barcelona. Tidak heran kalau para pemain muda bersemangat untuk berlatih.

  1. Peran Pelatih

Mikami Tatsuo pada mulanya adalah pelatih pribadi Genzo Wakabayashi saat masih di tingkat Sekolah Dasar. Tatsuo kemudian dibiayai penuh oleh Federasi Sepakbola Jepang untuk menempuh pendidikan kepelatihan sepakbola di Eropa. Di sana dia belajar psikologi olahraga, sport science, dan memeroleh sertifikasi kepelatihan internasional, yang kelak ilmunya ia gunakan untuk meracik strategi terbaik tim nasional Jepang dalam menghadapi lawan-lawannya.

Pada perannya sebagai pelatih tim nasional Jepang, Tatsuo seringkali mengingatkan Tsubasa Ozora agar tidak terlalu sering melakukan aksi individu sehebat apapun dia. Soalnya, sepakbola adalah olahraga yang didasari pada kerja sama tim. Hasilnya, Tim Nasional Jepang asuhan Tatsuo menjadi raksasa sepakbola di anime tersebut karena hasil kerja sama tim yang baik.

Di Indonesia, saya pikir baru segelintir pelatih saja yang memiliki kemampuan mendekati Mikami Tatsuo. Salah satunya Indra Sjafri dan Luis Milla, menurut saya. Namun PSSI belum memercayai mereka sepenuhnya, dan begitu banyak intervensi dari PSSI dalam hal-hal teknis yang seharusnya tidak boleh diintervensi.

Peran pelatih harus dimaksimalkan dengan memberi mereka pendidikan secara penuh ke negara yang maju sepakbolanya untuk mempelajari segala aspek persepakbolaannya. Di Indonesia pelatih bukan tak mungkin malah terlibat dalam pengaturan skor atau match-fixing yang sekarang tengah diberantas satgas anti mafia bola.

  1. Peran para Pencari Bakat

Pahlawan terbesar dalam Captain Tsubasa ini adalah Munemasa Katagiri. Pria berambut gondrong dan selalu berkacamata hitam ini adalah pencari bakat (scout) yang merekomendasikan Tsubasa dan segelintir pemain muda lainnya pada pelatih tim nasional Jepang, Mikami Tatsuo. Katagiri berkeliling Jepang untuk melihat pemain yang berpotensi memperkuat timnas. Tidak hanya itu, dia juga sering melakukan riset melalui media massa dan media sosial untuk mencari talenta terbaik untuk tim nasional Jepang.

Peran para pencari bakat ini harus dimaksimalkan sepakbola Indonesia. Para pencari bakat ini harus mengamati seluruh kompetisi sepakbola ke daerah-daerah, hingga mengunjungi sekolah sepakbola yang ada. Apa yang dilakukan Indra Sjafrie dalam mencari pemain ke pelosok negeri adalah kegiatan yang seharusnya dilakukan oleh pencari bakat.

Jangankan untuk timnas, kesebelasan Indonesia yang katanya sudah profesional itu pun belum memiliki pemandu bakat yang benar-benar kompeten. Mereka masih mengharapkan pemain dari agen, khususnya pemain asing. Padahal kualitasnya belum tentu sesuai kebutuhan tim.

***

Begitu hebatnya tim nasional Jepang saat ini di setiap perhelatan sepakbola internasional tak lepas dari faktor tayangnya anime Captain Tsubasa. Di Captain Tsubasa pun tidak ada cerita tentang federasi yang "bobrok". PSSI tampaknya bisa mencontoh sebagian dari apa yang tersaji pada anime ini untuk memajukan sepakbola Indonesia.

foto: BBC


*Penulis merupakan lulusan Jurnalistik Unisba. Bisa dihubungi lewat akun Twitter di @wisnu93

**Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.

Komentar