Eksistensi Urang Awak di Skuat Semen Padang Musim Depan

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Eksistensi Urang Awak di Skuat Semen Padang Musim Depan

Oleh: Kevin Marchelino*

Putra daerah merupakan aset berharga dalam suatu daerah. Mereka-lah yang menjadi harapan suatu daerah dalam berbagai aspek, termasuk dalam dunia sepakbola. Keberadaan putra daerah kerap kali menjadi satu hal yang dibanggakan, tapi di sisi lain juga dipertanyakan.

Buat sebagian besar orang, kehadiran putra daerah bermain untuk kesebelasannya seringkali membuat bangga. Namun tidak sedikit suporter yang mempertanyakan minimnya putra daerah di kesebelasan kebanggan mereka.

Putra daerah selalu dianggap mempunyai semangat tersendiri dibandingkan pemain lain. Putra daerah dianggap bisa bermain dengan motivasi tinggi, dengan semangat yang meledak-ledak, dan dengan rasa bangga yang sangat luar biasa bisa mengemban misi tertentu klub mereka.

Contohnya ada pada kesebelasan Semen Padang yang berlaga di Liga 2 Indonesia. Setelah degradasi dari Liga 1 pada 2017, terjadi eksodus besar-besaran pemain Semen Padang yang mayoritas memilih hengkang ke kesebelasan Liga 1 lainnya, meski ada beberapa pemain yang juga diputus kontraknya. Salah satunya, Jandia Eka Putra, yang merupakan salah satu putra daerah terbaik Sumatera Barat.

Pro-kontra pun bermunculan. Namun manajemen memiliki alasan tersendiri dalam pemutusan kontrak tersebut, yaitu regulasi. Jika menelisik regulasi Liga 2 pada musim sebelumnya, klub hanya boleh mendaftarkan tiga pemain yang berusia 25-35 tahun, dan satu pemain di atas 35 tahun. Pada saat itu Semen Padang sudah mempunyai empat pemain tersebut yaitu Rudi (31 tahun), Novrianto (25 tahun), Agung Prasetyo (25 tahun), dan Hengki Ardiles (37 Tahun), walaupun akhirnya regulasi tersebut diubah setelah terjadi pemutusan kontrak.

Meski banyak pemain yang memilih hengkang, dua bintang Kabau Sirah yaitu Irsyad Maulana dan Agung Prasetyo, justru memilih bertahan. Sempat akan bergabung dengan Sriwijaya FC untuk mengarungi musim 2018, kedua pemain tersebut tiba-tiba mengurungkan niatnya dan menyatakan komitmen untuk tim kebanggan Ranah Minang.

Tapi khusus bagi Hengki Ardiles, musim ini bisa jadi musim terakhirnya bersama Semen Padang. Pemain berusia 37 tahun itu telah mengambil Lisensi C AFC dan ingin melanjutkan Lisensi B AFC, yang artinya pemain bernomor punggung 11 ini akan melanjutkan kariernya sebagai pelatih.

Dengan adanya misi untuk “numpang lewat” di Liga 2, Semen Padang langsung mengontrak sejumlah putra daerah yang sebelumnya menjadi perantau di tim lain. Mereka adalah Mukhti Al-Haq (Kiper), Febly Gushendra (Bek), Leo Guntara (Bek), Apriyogi (Sayap), dan Rosad Setiawan (Gelandang). Lima pemain tersebut tergabung dengan putra daerah yang terlebih dahulu berada di Semen Padang, yaitu, Novrianto, Hengki Ardiles, Rudi, Finno Andrianas, Ronaldo Eko Julianto, (promosi akademi), Irsyad Maulana, dan Mardiono.

Memang, bagi lima pemain tersebut Semen Padang bukan tempat yang baru. Mereka juga sempat merasakan tidak lolos trial di Kabau Sirah dan juga bermain untuk Semen Padang U21. Namun akhirnya mimpi mereka tercapai, mereka berkesempatan untuk membawa Semen Padang kembali ke Liga 1.

Sepak mula Liga 2 pun digulirkan, walaupun diawali start yang kurang menyenangkan bagi Semen Padang yaitu dicukur Persis Solo 0-3 di Manahan (23/4) Solo. Semen Padang perlahan-lahan mulai bangkit, dan akhirnya berhasil menjadi juara grup wilayah barat, dan mendapatkan satu tiket babak 8 besar. Sempat ada pencoretan dua putra daerah di pertengahan musim, yaitu Mukhti Al-haq (Kiper) dan juga pemain muda yang sempat diproyeksikan menjadi suksesor Rudi di masa depan Finno Andrianas (gelandang).

Semen Padang sempat terseok-seok di babak delapan besar. Mereka menyerah 0-1 atas Kalteng Putra, ditahan Aceh United di kandang sendiri 3-3, dan kalah telak 1-3 atas PSMP. Namun, perlahan tapi pasti Semen Padang mulai bangkit. Puncaknya saat mengalahkan Kalteng Putra 3-1 di Gelora Haji Agus Salim, sekaligus menobatkan Semen Padang sebagai juara grup A dan memberikan satu tiket ke semi final Liga 2.

Di Semifinal Semen Padang berhadapan dengan Runner-up Grup B, yaitu Persita Tangerang. Sempat kalah di leg pertama 0-1 dan pada akhirnya memastikan diri untuk berlaga di Liga 1 musim 2019 sekaligus bermain di partai final, saat mengalahkan Persita Tangerang di leg kedua dengan skor meyakinkan 3-1. Di final, Semen Padang bertemu PSS Sleman tim yang menjadi juara di wilayah timur dan juga grup B. Walau akhirnya hanya menjadi runner-up , itu bukanlah menjadi sesuatu hal yang harus disesali, sebab target awal Semen Padang adalah Promosi ke Liga 1.

Target itu terpenuhi. Semua orang di Sumatera Barat bersuka cita. Mereka akan kembali melihat tim kebanggaanya berlaga di divisi tertinggi di Indonesia, Liga 1 2019. Tentu mereka sangat antusias dalam hal itu. Mereka juga penasaran untuk melihat siapa pemain yang akan datang nantinya dan siapa pula mereka yang akan tersingkir dalam skuat Semen Padang.

Namun yang menjadi pertanyaan adalah: Akankah mereka, putra daerah yang membawa tim kebanggaan daerahnya, akan tetap bertahan? Atau jasa mereka hanya digunakan untuk di Liga 2 saja?

Sebagian besar penggemar Kabau Sirah tentu tidak ingin hal itu terjadi. Soalnya, mereka tentu beranggapan bahwa pemain sudah mengorbankan segalanya dalam upaya mengembalikan tim ke habitatnya. Ini mestinya diganjar dengan memberikan kesempatan untuk menikmati jerih payah mereka, dengan bermain di Liga 1 2019.

Dalam menatap Liga 1 musim 2019, Semen Padang tentu tak ingin hanya “numpang lewat”. Manajemen juga tak ingin sembarangan mencoret dan mengikat pemain, karena mereka tahu bagaimana kerasnya persaingan di Liga 1. Bahkan perburuan gelar juara dan degradasi Liga 1 2018 pun, harus ditentukan hingga pekan terakhir yang membuktikan betapa ketatnya persaingan di Liga 1.

Sebagian besar penggemar Semen Padang juga mengharapkan ada penambahan putra daerah, sebut saja nama beken seperti Teja Paku Alam (Sriwijaya FC), Novri Setiawan (Persija), Febri Setiadi Hamzah (Borneo FC), Muhammad Iqbal (Persika), hingga Fadhilah Nurrahman (Timnas U16).

Akankah salah satu nama dari pemain di atas akan ada yang merapat ke Indarung ? Atau malah tidak ada? Just wait and see.

Foto: liga-indonesia.id


*Penulis merupakan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas. Bisa dihubungi lewat akun Twitter di @Kevin_LFC17

**Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.

Komentar