Bahwa Sepakbola adalah Pelipur Lara

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Bahwa Sepakbola adalah Pelipur Lara

Oleh: Arienal Aji Prasetyo

Masih lekat dalam ingatan bagaimana pada suatu sore, selepas hujan, bukit yang ada di sebelah desa Jemblung, longsor secara tiba-tiba. Hampir semua warga Jemblung menemui ajalnya kala itu. Belum lagi ditambah dengan para pengendara yang ikut tergulung bersama tanah dan material lain.

Ingatan tentang sore di akhir 2014 itu akan selalu hidup. Diceritakan dari mulut ke mulut, dan disimpan oleh anak-cucu, sebagai salah satu bencana yang tak akan mungkin dilupakan di tanah Banjarnegara.

Warga Kabupaten Banjarnegara akan selalu akrab dengan bencana-bencana yang datang kapan pun. Biarpun sejatinya bencana bisa datang melanda di mana pun dan kapan pun, tapi jika melihat kondisi geografis Banjarnegara, maka tak ayal memang setiap tahunnya, ada saja bencana yang melanda salah satu kabupaten termiskin di Jawa Tengah ini.

Sementara Jakarta akrab dengan banjir, maka Banjarnegara akrab dengan tanah longsor. Hal ini disebabkan 70% wilayah Banjarnegara adalah wilayah perbukitan. Bagi warga yang permukimannya tidak dekat dengan gunung atau bukit, maka harus bersiap-siap dengan datangnya angin puting beliung.

Belum lama ini, beberapa wilayah Banjarnegara kembali dilanda musibah. Gempa bumi yang terjadi pada siang bolong tanggal 18 April, merusak rumah warga dan fasilitas umum lain di beberapa wilayah. Juga hujan deras disertai angin yang menyebabkan pohon tumbang dan merusak rumah warga.

Manusia sulit memprediksi datangnya bencana. Dan apabila sudah terjadi, maka manusia harus bisa saling menghibur dan memberi sedikit senyum di atas duka. Dalam situasi ini, maka sepakbola adalah hal yang bisa menyunggingkan senyum atau setidaknya, bisa sedikit melupakan kedukaan.

Nyatanya sepakbola adalah sebuah arena penghiburan bagi masyarakat, agar sedikit melupakan kedukaan yang sedang mereka alami. Contoh paling nyata dan belum lama ini adalah, ketika Suriah yang sedang akrab dengan perang, di saat bersamaan, tim nasionalnya lolos ke play-off Zona Asia pada kualifikasi Piala Dunia 2018.

Walau akhirnya Suriah tersingkir, setidaknya Suriah masih bisa menunjukkan bahwa sepakbola adalah alat untuk bersenang-senang di tengah kecamuk perang.

Masih banyak contoh lain dalam hal ini, seperti misalnya Irak yang menjuarai Piala Asia 2007 di Gelora Bung Karno ketika negara itu mengalami konflik berkepanjangan. Tim Nasional Palestina bisa lolos ke Piala Asia 2019, di tengah ributnya negara-negara lain menjadikan wilayah itu sebagai ajang pamer kekuasaan.

Maka dari itu, Persibara Banjarnegara, kesebelasan kebanggan masyarakat Banjarnegara, harus bisa menghibur masyarakat, dengan setidaknya, mempersembahkan kemenangan demi kemenangan yang akan meloloskan Persibara ke Zona Provinsi Liga 3 Jawa Tengah.

Saat ini, Persibara berlaga di Liga 3 Jawa Tengah Grup 1, bersama dengan Persipa Pati, PSIK Klaten, Persiku Kudus, dan Persekat Tegal. Hingga tulisan ini ditulis, Persibara sudah melakoni lima pertandingan dengan catatan empat kali menang, dan sekali imbang.

Dengan hasil tersebut, Persibara kini memuncaki klasemen Grup 1 dan berpeluang besar lolos ke babak selanjutnya. Namun perjuangan Laskar Dipayuda, julukan Persibara Banjarnegara, masihlah panjang. Setidaknya, jika anak asuhan Ahmad Muhairiah itu berhasil lolos ke fase selanjutnya, maka akan menghibur seluruh masyarakat Banjarnegara, di tengah pemberitaan tentang bencana alam yang tak kunjung berhenti.

Musim ini diharapkan menjadi momentum kebangkitan Persibara, mengingat animo sepakbola di kabupaten kecil ini sangat luar biasa. Sejauh ini, tidak ada prestasi yang bisa dibanggakan dari Persibara. Tim yang berdiri pada 1989 itu selalu seret prestasi, dibandingkan dengan tim tetangga seperti Persibangga Purbalingga, Persibas Banyumas, atau PSCS Cilacap.

“Setidaknya laga yang dijalani tim-tim tetangga tersebut pernah disiarkan langsung di teve. Persibara kapan?” begitulah seloroh warga Banjarnegara.

Sepakbola memang tidak hanya soal sederet pemain dan sekumpulan orang yang duduk di lingkar manajemen. Tapi sepakbola lebih dari itu. Sepakbola adalah emosi, kebanggan, yang bisa dirasakan oleh siapa pun, yang merasa memiliki dan peduli terhadap sebuah tim.

Bagi masyarakat Banjarnegara, di tengah situasi bencana seperti ini, prestasi Persibara Banjarnegara mungkin akan sedikit mengobati duka yang ditimbulkan akibat sederet bencana itu. Kabar bahwa Saptono dkk. mampu meraih kemenangan, dan lolos ke babak selanjutnya adalah hal yang tidak mustahil, mengingat performa bagus yang ditunjukkan Persibara sejauh ini.

Akhirnya, semoga warga Banjarnegara yang terkena musibah, bisa diberi ketabahan dan untuk Persibara, berprestasilah. Liga 2 menantimu!

Foto: Facebook @persibaraofficial


Penulis dapat dihubungi lewat surel prasetyo21arienal@gmail.com.

Komentar