Senjakala Singo Edan

PanditSharing

by Pandit Sharing 47123

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Senjakala Singo Edan

Medio 2011/2012, publik Malang Raya dihibur oleh para superstar di Arema IPL, ditambah pelatih yang dianggap mampu mengulang kejayaan Meneer Robert Alberts yaitu, Milomir Seslija. Namun, di dalam tubuh Arema IPL terjadi konflik, sehingga dalam suatu waktu terdapat dua tim Arema IPL. Hal ini disebabkan oleh perseteruan dua entitas investor Arema IPL yaitu Ancora (yang dibesarkan oleh Gita Wirjawan) dan OSO (grup usaha Oesman Sapta Odang, Anggota DPD RI dan Wakil Ketua MPR RI 2014 – 2019). Cukup mengejutkan ketika pendiri Arema, Lucky Acub Zaenal, tidak mempermasalahkan jumlah Arema. M

Masalah ini berujung pada kejadian lucu saat pertandingan dengan Bontang FC, ada dua tim yang datang ke Stadion Gajayana. Peni Suparto, sang walikota sekaligus ketua Persema, menyatakan kesiapan untuk menjadi penyelamat Arema IPL karena merasa mendapatkan mandat dari Muhammad Nur, ketua Yayasan Arema. Arema IPL pun mengakhiri tahun 2011 dengan beragam masalah yang tak kunjung usai, perseteruan investor dan perebutan pengaruh di dalam yayasan menjadi penambah cerita di tengah liga (IPL) yang tak jelas juntrungannya.

Februari 2012 menjadi titik balik bagi Arema ISL setelah terus terseok – seok di awal liga ketika ditukangi oleh Wolfgang Pikal, asisten pelatih timnas Indonesia saat ini, lalu digantikan sebentar oleh Joko Susilo dan akhirnya menunjuk pelatih asal Klaten, Allah yarham Suharno. Hendro Siswanto dan Dendi Santoso mengawali gerbong kepindahan pemain bintang Arema IPL yang diikuti oleh Muhammad Ridhuan dan Kunia Meiga seakan memberi harapan dari hantu degradasi untuk kedua kalinya, sementara Noh Alam Shah memilih untuk pindah ke Persib Bandung.

Otomatis berkuranglah antusiasme Aremania terhadap Arema IPL, walaupun berlaga di AFC Cup 2012 dan berhasil menembus 8 besar. Arema IPL dapat melangkah mantap di liga maupun kompetisi Asia karena mendapat sokongan penuh dari Ancora grup, walaupun tidak mendapatkan dukungan (lagi) dari Aremania yang mulai menyeberang ke Arema ISL. Arema ISL pun mengakhiri liga (ISL) 2012 dengan selamat dari lubang jaurm dan menduduki posisi ke-13, terpaut dua angka dari PSMS yang menempati posisi 16 (tim degradasi teratas).

Liga 2013 masih berjalan dengan dualisme liga dan dualisme Arema, Arema IPL yang ditinggal Ancora dan ‘kejutan’ oleh Arema ISL yang melakukan merger dengan Pelita Jaya sehingga memiliki skuat laiknya Los Galacticos. Sementara Arema IPL terus dirundung konflik karena hengkangnya Ancora, seperti deja vu dengan musim sebelumnya, terjadi (lagi) dualisme tim di tubuh Arema IPL yang akhirnya dimenangi oleh kubu Winarso, yang belum memiliki penyandang dana. Arema ISL (selanjutnya disebut Arema Cronus) berhasil menjadi runner-up ISL 2013 sementara pengelolaan musim kedua IPL menjadi karut – marut yang memuncak dengan kekalahan fenomenal Persibo Bojonegoro di kompetisi AFC Cup 2013.

Kompetisi berlanjut dengan reunifikasi liga di tahun 2014 dengan format dua wilayah dengan 22 klub (11 wilayah barat, 11 wilayah timur). Arema IPL tersingkir dari jajaran persepakbolaan Indonesia dan digantikan oleh Arema ISL yang menjelma menjadi Arema Cronus. Liga Indonesia dengan nomenklatur ISL terakhir itu dimenangi oleh Persib Bandung, sementara Arema Cronus hanya berhasil sampai babak semi-final. Lalu, terjadilah pembekuan PSSI oleh Kemenpora dan penghentian liga (ketika itu bernama QNB League) oleh PSSI dengan alasan force majeure pada medio Mei 2015 yang berujung dengan pemberian ‘hadiah’ sanksi oleh FIFA pada Juni 2015.

Tak ada liga, yang ada hanya turnamen sepanjang 2015, mulai dari Piala Kemerdekaan yang dimenangi oleh PSMS Medan, Piala Presiden 2015 yang dimenangi oleh Persib Bandung, Piala Jenderal Sudirman yang dimenangi oleh Mitra Kukar, dan Piala Bhayangkara yang dimenangi oleh Arema Cronus. PSSI memberikan nama baru untuk Liga 2016 yaitu Indonesia Soccer Championship dengan nama komersil Torabika Soccer Championship. (Lagi – lagi) Arema Cronus berhasil menjadi runner-up pada liga baru ini, sementara sang juara adalah Persipura Jayapura.

Secara mengejutkan, setelah vakum selama 2 tahun, tiba – tiba muncullah Harrys Fambudi, tak lain dan tak bukan adalah mantan manajer Arema IPL yang menyatakan bahwa Arema Indonesia (Harrys enggan menggunakan istilah Arema IPL [15]) masih hidup dengan Abdulrahman Gurning sebagai pelatih. Bahkan Harrys Fambudy mengaku mendapatkan dukungan dari Aremania dan pihak Arema Cronus merasa terganggu dengan adanya aksi demo Arema Indonesia pada November 2016. Pihak Arema Indonesia melakukan gerak cepat dengan target pemulihan status.

”Kami terus berjuang karena juga mendapatkan dukungan dari Aremania. Beberapa waktu lalu Aremania sempat melakukan pertemuan dengan manajemen Arema Indonesia untuk menunjukkan loyalitasnya,” kata Harrys seperti yang dikutip bola.com. Arema pun menggandeng sponsor apparel yang akan digunakan untuk menyongsong kompetisi Aliansi Klub Sepakbola Indonesia (AKSI).

Tak tinggal diam, demi mencegah konflik dan mengikuti kepatuhan terhadap hukum positif, Arema Cronus mengubah badan hukum yang menaunginya. Sehingga saat ini Arema Cronus berada di bawah PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia di awal tahun 2016 dan untuk tahun depan, Arema Cronus menggunakan nomenklatur Arema FC.

Mediasi dan islah yang dikatakan telah mencapai kata sepakat seakan terlupakan ketika Harrys Fambudy dengan yakin mengatakan akan dapat berkompetisi. Semua memiliki pendapat, termasuk Ganis Rumpoko, putri dari Edi Rumpoko, Walikota Batu dan calon Ketum PSSI, yang menyatakan bahwa kakeknya turut membantu pendirian Arema sehingga merasa paham sejarah kepemilikan Arema merasa perlu untuk merilis petisi daring di change.org. Walaupun petisi ini tidak mencapai angka 5000 paraf seperti target Ganis, namun ia merasa cukup puas dengan respon dari pengurus Arema Cronus. Pun demikian dengan pernyataan sang pendiri Arema Sendiri, Allah yarham Lucky Acub Zaenal yang tidak mempermasalahkan jumlah Arema, karena semakin banyak semakin baik untuk pengusaha atribut supporter.

Fakta empiris membuktikan, dalam kasus Arema, semangat saja bukan modal yang cukup untuk menarik minat investor. Terbukti di 2013, dengan hengkangnya Ancora dan terus berlarutnya perseteruan manajemen dan tim, menjadikan Arema IPL terkubur dan bubar dengan sendirinya. Selain berita mengenai dua hal itu tadi, tampaknya tak ada sesuatu yang layak bernilai berita pada Arema IPL. Kebangkitan yang digaungkan oleh Harrys Fambudy layak menjadi pertanyaan dan penantian, karena Menpora menggaransi akan menyelesaikan masalah dualisme klub dalam kongres tahunan PSSI Januari 2017.

Harrys tak mengelak akan siap bersaing dengan Arema Cronus (selanjutnya disebut Arema FC) yang sudah eksis. Pun demikian dengan Arema FC, mereka telah bersiap untuk kompetisi 2017 yang (katanya) kembali pada nomeklatur Indonesia Super League dengan menggaet sang pelatih fenomenal, Lord Aji Santoso. Sehingga apabila skenario mensahkan kedua Arema terjadi, layak diikuti kiprah kedua Arema ini. Karena sejatinya, Arema tak sekedar klub bagi ‘Arek Malang’ tapi identitas pemersatu.

Semenjak kelahiran klub bola Arema dan kemunculan suporter Aremania di akhir dekade tahun 90-an, perang antar geng di kalangan pemuda kota Malang saat itu mulai berangsur melunak. Dalam hal kegemaran olah raga terutama sepakbola, dengan cepat para pemuda Malang saat itu mulai menggandrungi klub bola Arema.

Di satu sisi nama Arema (Arek Malang) mudah diterima (populer) oleh kalangan para pemuda di kota Malang. Selain itu, klub bola Arema prestasinya semakin menanjak dan menjadi kebanggaan tersendiri [24].

Lalu, jika Anda bertanya pada Aremania, “Manakah Arema yang asli?” bisa jadi jawaban yang Anda terima akan membuat Anda mengernyitkan dahi karena jawabannya adalah “YANG MENANGAN LAH YANG ASLI!”

Ya, pada akhirnya teori dasar supply and demand yang terjadi, yang mana yang dapat memenuhi keinginan suporter untuk mendukung, tentu itu yang banjir dukungan.

Penulis merupakan part-time Developer, full-time (Football Manager) Manager. Bisa dihubungi via email muhammad.abdulloh93@gmail.com. Artikel ini adalah kiriman pembaca, isi tulisan merupakan tanggung jawab penulis seperti yang tertera.

Komentar