Tentang Harapan dan Kejutan dari Timnas Indonesia

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Tentang Harapan dan Kejutan dari Timnas Indonesia

Artikel #AyoIndonesia karya Mo Syaifan

Turnamen sepakbola Piala AFF 2016 resmi dimulai. Belum selesai terkejutnya penggemar sepakbola Indonesia akibat Irfan Bachdim yang batal bergabung dengan timnas satu hari jelang keberangkatan karena cedera yang dialaminya, kini mereka harus mendapatkan satu kejutan lagi dari timnas Indonesia setelah anak asuh Alfred Riedl dibantai 4-2 oleh salah satu musuh bebuyutannya, Thailand.

Kejutan itu didapat Indonesia begitu Thailand mencetak gol cepat di awal babak pertama lewat sepakan Peerapat Notechaiya. Di sepuluh menit pertama, terlihat jelas bagaimana Thailand berhasil mendominasi pertandingan. Sampai akhirnya, Teerasil Dangda mencetak gol kedua untuk Thailand 10 menit jelang babak pertama berakhir.

Indonesia seperti tidak punya harapan. Tertinggal 2-0 di babak pertama menghadapi Thailand yang memiliki persiapan jauh lebih matang, membuat skuat Indonesia terlihat sangat kerdil. Namun, apa yang dilakukan oleh Boaz Solossa di menit ke-53 tiba-tiba saja berhasil memberikan percikan kecil untuk harapan tersebut.

Selang beberapa menit kemudian, Lerby Eliandry yang ditunjuk menjadi pengganti Irfan Bachdim berhasil menyalakan api harapan bagi Indonesia. Golnya lewat sundulan memanfaatkan umpan silang Benny Wahyudi ke arah sudut gawang yang sama seperti gol Boaz sebelumnya, jadi gol penyeimbang. Indonesia 2, Thailand 2.

Rasanya, mengantongi satu poin di pertandingan pertama Piala AFF untuk timnas yang baru saja aktif beberapa bulan lalu adalah sesuatu yang cukup pantas. Meskipun dalam hati kecil ada keinginan melihat Boaz atau pemain lainnya mencetak satu gol tambahan lagi agar bisa memenangkan pertandingan.

Harapan itu pun kemudian sirna begitu Teerasil Dangda mencetak gol keduanya untuk Thailand lewat sepakan mendatar yang keras ke gawang Indonesia. Indonesia tertinggal satu gol. Harapan membawa satu poin mulai padam perlahan. Dan akhirnya benar-benar padam setelah lagi-lagi Teerasil Dangda mencetak gol ke gawang Indonesia di menit-menit akhir pertandingan.

Rasanya memang tak ada yang istimewa dari skuat Indonesia di ajang Piala AFF tahun ini. Cuma punya tiga bulan persiapan, dan mendulang hasil kurang memuaskan dari empat pertandingan uji coba yang digelar dengan hanya mengantongi satu kemenangan.

Bagi kami, hubungan antara timnas Indonesia dengan Piala AFF seperti hubungan benci tapi rindu. Benci karena tidak pernah merasakan gelar juara meski sudah ikut berkali-kali, namun juga rindu menyaksikan gol-gol spektakuler nan fantastis berikut euforia yang ada di dalamnya.

Di era awal 2000-an, masih ingat betul kami bagaimana saat itu nama-nama seperti Gendut Doni, Zaenal Arif, Kurniawan Dwi Yulianto hingga Ilham Jaya Kesuma berhasil memberikan harapan yang luar biasa tingginya untuk prestasi Indonesia di bidang sepakbola. Pertandingan dengan hujan gol, jadi salah satu tipikal pertandingan yang dilakoni Indonesia kala itu. Bahkan Indonesia pernah menghajar Kamboja 13-0!

Masuk tahun 2007, Indonesia menunjukkan tajinya di ajang Piala Asia yang kebetulan saat itu didapuk menjadi tuan rumah. Tidak ada harapan tinggi saat itu, melihat lawan-lawan yang akan dilakoni di grup D di mana Indonesia bergabung bersama Bahrain, Arab Saudi dan Korea Selatan.

Namun betapa mengejutkannya Bambang Pamungkas cs begitu mereka berhasil membekap Bahrain di Jakarta dengan skor tipis 2-1. Dukungan terus menyala sekalipun di pertandingan kedua Indonesia harus tunduk dengan skor 1-2 dari Arab Saudi. Sayang, hasil seri yang dibutuhkan di pertandingan terakhir untuk bisa lolos ke perdelapan final gagal didapatkan setelah Korea Selatan yang terseok-seok di dua pertandingan pertama berhasil menang tipis 1-0 atas Indonesia.

Bisa dibilang, timnas Indonesia 2007 adalah timnas Indonesia terbaik yang pernah saya saksikan. Setelah itu, tidak pernah ada lagi pertandingan Indonesia yang memberikan harapan positif bagi para penggemarnya.

Hingga akhirnya, Alfred Riedl datang di tahun 2010 dan memimpin Indonesia di Piala AFF 2010. Nama-nama baru seperti Irfan Bachdim, Okto Maniani dan beberapa pemain naturalisasi lainnya menghiasi daftar pemain timnas Indonesia. Di pertandingan pertama Grup A, Malaysia dilibas 5-1.

Jumlah penonton di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta mulai bertambah di pertandingan kedua kala Firman Utina cs membantai Laos dengan skor 6-0. Jakarta pun menjadi lautan merah di pertandingan ketiga kala Indonesia menaklukkan Thailand dengan skor 2-0.

Lagi-lagi, perjalanan penuh harapan itu diakhiri dengan kejutan anti klimaks di babak final saat Indonesia dibungkam Malaysia yang hanya punya sedikit peluang untuk lolos dari babak penyisihan grup. Indonesia drop. Mimpi jadi juara Piala AFF di Jakarta hilang begitu saja.

Di tahun-tahun berikutnya, seperti yang kita ketahui bersama, sepakbola Indonesia khususnya timnas senior seperti berjalan di tempat, bahkan malah lebih buruk dari tahun 2010. Sempat ada kejutan kecil dari timnas U-19 yang dipimpin oleh Evan Dimas pada tahun 2013 ketika mereka menjuarai Piala AFF U-19. Tapi tentu saja gengsinya tak sebesar Piala AFF senior.

Setelah melalui titik terendahnya saat mendapatkan hukuman dari FIFA pada tahun 2015 lalu berupa larangan berpartisipasi di kompetisi level Internasional, Indonesia kembali ke Piala AFF 2016 di Manila. Alfred Riedl kembali ditunjuk sebagai pelatih dengan harapan mampu membawa kejutan.

Boaz Solossa yang lama tak terlihat mengenakan seragam timnas Indonesia pun bahkan dipanggil kembali bersama pemain-pemain baru macam Evan Dimas untuk mengisi posisi penyerang sekaligus kapten. Pengalamannya yang banyak di level Internasional jadi semacam acuan bagi pemain lainnya.

Masih ingat betul kami bagaimana sepuluh tahun silam Boaz yang masih jadi bintang baru di persepakbolaan Indonesia sukses menyarangkan bola ke gawang-gawang lawan Indonesia di turnamen yang dulu pernah bernama Tiger Cup ini.

Dulu, timnas Indonesia selalu menjadi harapan bagi para penggemarnya. Gol-golnya menjadi kejutan sekaligus momok menakutkan bagi lawan-lawannya. Tim-tim besar macam Thailand dan Singapura bahkan juga sempat merasakan betapa merepotkannya melawan Indonesia meskipun pada akhirnya mereka bisa lolos dari terkaman Indonesia dan berakhir indah dengan menjadi juara.

Namun kini, timnas Indonesia hanyalah sebuah tim kecil yang mungkin seharusnya bertanding lebih dulu di babak kualifikasi bersama Laos, Brunei Darussalam atau Timor Leste. Bukan bermaksud mengecilkan, tapi itulah yang kami lihat saat ini.

Kalau memang timnas Indonesia tidak mampu memberikan kami harapan, setidaknya berikanlah kami sedikit kejutan di Piala AFF 2016 ini. Kami pun maklum dengan hasil apa pun yang terjadi nanti. Tapi dapat kami tegaskan, kalau timnas Indonesia tetaplah jadi tim sepakbola favorit kami.

Penulis berporfesi sebagai fotografer dan videografer. Beredar di dunia maya denganakun Twitter @TheSyaifan. Tulisan ini merupakan bagian dari #AyoIndonesia, mendukung timnas lewat karya tulis. Isi tulisan merupakan tanggung jawab penulis. Selengkapnya baca di sini: Ayo Mendukung Timnas Lewat Karya Tulis.

Foto: voetballfportaal.nl

Komentar