Malam Terang di Anfield

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Malam Terang di Anfield


Babak kedua baru dimulai tiga menit dan Divock Origi memberikan secercah harapan itu. Golnya membuat seisi stadion kembali bergairah. Berselang sembilan menit, layaknya sebuah harapan palsu, gol dari pemain yang konon masuk radar “Si Merah” untuk transfer pemain musim depan, Marco Reus, mencetak gol ketiga bagi Dortmund dari sudut sempit.

Kembali, Kopites dibuat tertegun. Apakah mampu lini serang Klopp mencetak tiga gol dalam waktu 33 menit? Saya yang sembari tadi berteriak kemudian terdiam dengan tatapan kosong, sambil sesekali menyeruput kopi penggebah rasa dingin, untuk perlahan-lahan menerima keadaan.

Seperti yang kita tahu, 33 menit sesudahnya adalah keajaiban. Kaki-kaki pemain yang berlatih keras di Melwood ini seakan mendapat tambahan amunisi untuk mengolah si kulit bundar. Gol dari Philippe Coutinho, Mamadou Sakho, dan Dejan Lovren sontak membuat The Kop larut dalam sukacita. Tribun seolah bergetar menyambut gol keempat, termasuk saya yang secara impulsif melompat dari tempat duduk seolah tak percaya hal ini terjadi. Liverpool membalikkan keadaan dari tertinggal dua gol untuk resmi lolos ke semifinal Europa League!

***



Kamis, 14 April 2016. Tanggal tersebut akan terus terekam dalam ingatan tak sekadar hari pertandingan antara Liverpool dan Dortmund bersua di babak perempatfinal Liga Europa, namun juga perwujudan falsafah hidup: teruslah mencoba dan berusaha sampai titik darah penghabisan.

Bagi saya yang seorang Kopites ini, malam tersebut akan kekal abadi dalam memori sebagai salah satu malam menakjubkan dalam nikmatnya menjadi seorang suporter sepakbola. Memang malamnya belum seterang ketika malam di Gelora Bung Karno ataupun Jakabaring, yang berbuah gelar juara pada akhirnya. Namun, setidaknya apa yang saya rasakan malam itu layak untuk diceritakan kepada anak cucu kelak.

Penulis bernama lengkap Aditya Maulana Hasymi
Pemuda kelahiran Sleman, Yogyakarta, yang saat ini menempuh studi S2 di University of Liverpool, UK.
Penulis juga pernah menulis pengalaman pertandingan lainnya saat Liverpool berjumpa Girondins de Bordeaux.

Disunting oleh: Dex Glenniza

Komentar