Yang Harus Dibabat dan Diperbaiki oleh Rodgers dan Liverpool

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Yang Harus Dibabat dan Diperbaiki oleh Rodgers dan Liverpool

Karya Dodong Cahyono

Memasuki pekan kedua English Premier  League, sebetulnya belum banyak yang bisa kita ramalkan atau simpulkan. Sebagian besar baru mulai “menyetel” sistemnya agar bisa bersaing di liga yang ultra kompetitif ini. Tentu saja, beberapa hal tidak berubah, Arsenal yang penuh bakat tapi  tidak konsisten, Manchester City dengan start yang bagus, dan Mourinho mendapat “musuh” baru, kali ini perempuan, dan berasal dari stafnya sendiri.

Bagi Liverpool, yang musim ini mendatangkan begitu banyak pemain (thanks to Raheem Sterling dan uang petro dollar dari Timur Tengah), tentu alasan masalah belum “nyetelnya" pemain baru bisa dijadikan alasan kenapa dua penampilan awalnya jauh dari meyakinkan. Mereka memang berhasil mendapatkan poin penuh, namun jika poin boleh diberikan kepada individu  dan bukan pada tim, maka seharusnya enam poin itu diberikan kepada Coutinho dan Benteke (atau wasit Craig Pawson).

Sebagai tim, terlihat Brendan Rodgers belum berhasil menciptakan sistem yang pas untuk menempatkan pemain-pemain barunya. Firminho, Milner, Benteke, masih seperti anak hilang yang mencari-cari bola di lapangan, Clyne jelas sebuah perbaikan dibanding Glenn-Jo dan Joe Gomez di sisi kiri  masih perlu panduan dari seorang bek tengah senior (dan, ya , dia mendapatkanya dari seorang... Lovren).

Pertahanan

Dua clean sheet tentu adalah sebuah prestasi, apalagi salah satunya  melawan Stoke yang memberikan kado pahit perpisahan Steven Gerrard  di akhir musim lalu. Tapi, ayolah, sebuah tim yang ingin maju ke Liga Champions, sudah seharusnya memperoleh clean sheet melawan Stoke dan Bournemouth.

Mengingat banyaknya peluang yang diperoleh Stoke dan The Cherries, tentu kita perlu merasa khawatir, bagaimana pertahanan Liverpool bisa meredam gedoran penyerang-penyerang handal kelas dunia  seperti Aguero, Costa, Gomis atau Alexis Sanchez. Mignolet, saat ini tidak perlu kita komentari terlebih dahulu,  setidaknya sampai dia berhasil memotong dan menangkap  10-20  umpan silang dengan bersih.

Clyne dan Skrtel sudah cukup padu di sisi kanan meski Skrtel, seperti biasa, setiap dua minggu sekali akan membuat tekel-tekel tidak perlu yang akan membuat dia menerima kartu kuning. Kita belum melihat bagaimana Clyne saat mendapat tekanan dari sayap-sayap dengan keterampilan dan kecepatan seperti Navas, Hazard  atau bahkan Bolassi.  

Yang lebih membuat deg-degan adalah kombinasi Lovren dan Jo Gomez. Jo-Go adalah pemain muda yang sangat berbakat, punya kecepatan dan daya tarung yang tinggi, tapi jelas dia masih kurang jam terbang. Beberapa kali penempatan posisinya masih salah, lupa menempel pemain lawan di dekatnya, terlambat turun dan ya, kita harus bersimpati  kepada Jo-Go karena terkadang dia pun harus melapis mentornya Dejan Lovren.  

Kita tentu semua berharap, performa buruk Lovren di musim lalu adalah sebuah “kecelakaaan”, tapi menonton Lovren bertahan dan melihatnya kewalahan menghadapi Tommy Elphick dan Matt Richie dari Bournemouth,  maka peluang adanya perbaikan bagi Lovren  mungkin hampir sama dengan peluang Balotelli mencetak hattrick.

Lini Tengah dan Depan

Mengingat sistem yang digunakan Rodgers dan absennya lini depan Liverpool musim lalu (jika merujuk jumlah gol), maka pembahasan lini tengah dan depan Liverpool sebaiknya memang disatukan.

Sepeninggal Sterling, Coutinho saat ini adalah harapan terbesar Liverpool untuk menciptakan gol. Celakanya, belajar dari musim lalu, kita tidak bisa berharap dia akan mencetak 20 gol. Kadang Cou bisa tampil brilian, dan kadang dia akan tampil seperti gelandang medioker. Saat lawan Stoke, sebelum gol spektakulernya, dan saat dia sebetulnya hampir diganti, dia berulang kali salah mengoper. Dan seperti lazimnya pemain Brasil, dia tidak mau mengoper bola dengan cara yang biasa.

Ketika berlaga di Anfield melawan Bournemouth, yang tetap ngotot bermain terbuka, maka Cou, Ibe, Lallana dan kemudian Firminho dapat sesekali membongkar lubang-lubang pertahanan The Cherries dengan umpan-umpannya. Firminho, atau kita bisa sebut dia sebagai the other Cou, adalah pemain berbakat yang punya keterampilan dan giringan bola yang bagus. Bersama Cou, ia bisa menjadi duo yang dapat membangkitkan energi kreatif bagi Liverpool. Hanya saja, “energi kreatif” tidak dapat memenangkan pertandingan. Ia harus dapat menciptakan peluang  bagi Benteke atau Ings, yang jelas belum sekelas  Suarez, yang dapat menciptakan dan membuat peluang sendiri.  

Ibe dan Lalllana, sekali lagi, adalah salah dua dari sekian banyak pemain berbakat yang dipunyai Liverpool. Tapi tim dengan kumpulan pemain berbakat bukanlah tim yang akan memenangkan Liga Inggris.  Tim yang bermain sebagai tim adalah tim yang akan tersenyum belakangan dan mengangkat piala. Ibe dan Lalllana, tidak hanya cukup memenangkan bola dan melewati satu dua pemain, tapi mereka harus dapat menemukan koleganya - dan bukan bek lawan - saat mengirimkan umpan.

Sedangkan Benteke adalah misteri yang masih terlalu dini untuk dipecahkan. Apakah dia akan menjadi Carrol, Balloteli, Heskey atau half-Suarez, akan banyak bergantung dari kemampuan Rodgers menemukan formasi yang tepat baginya. Golnya saat melawan Bounremouth adalah pengejawantahan naluri seorang poacher yang dengan sempurna menuntaskan umpan sayap yang diberikan Henderson dan bukan Ibe atau Lalllana yang mestinya berfungsi lebih aktif di sayap.

Di sektor gelandang bertahan, dilema yang dihadapi Liverpool adalah belum adanya pemain yang bisa menjadi pelapis. Henderson lebih berkarakter sebagai  gelandang jangkar dan Milner adalah seorang pekerja keras, tapi  jelas bisa kita lihat bagaimana lini belakang Liverpool dengan mudah ditembus saat lawan melakukan serangan  balik.  Emre Can adalah kandidat yang bagus, tapi jika dia ingin menjadi seperti seniornya Didi Hamann, dia harus lebih diberi kesempatan bermain. Tambahan lagi: dia pun harus sadar bahwa bermain di Inggris, yang lebih cepat, lebih bertenaga dan lebih fisikal -- bukan lagi lagi bermain di Liga Jerman.

Itulah persoalan-persoalan yang harus dibabat dan ditambal oleh Brendan Rodgers musim ini.

Penggemar Liverpool tidak terlalu terlena dengan enam poin di dua laga pertama. Tiga atau empat pertandingan berikutnya akan sangat menentukan bagaimana pencapaian Liverpool musim ini.  Arsenal di Emirates  pekan depan dan bertandang ke Old Trafford  adalah ujian  bagi Rodgers apakah ia  sudah menemukan formasi terbaiknya, atau  dia harus kembali ke meja gambar untuk mengotak atik formasinya sambil berharap Stu segera sembuh atau Benteke menjelma menjadi Suarez.

Dan tentu saja, seperti 25 tahun belakangan ini, para pendukung Liverpool harus tetap  berharap bahwa “tahun ini  adalah tahun kita”. Tapi jika tidak segera ada peningkatan permainan tim usai 2 laga pertama, maka sebaiknya kita simpan harapan untuk hal-hal  yang lebih realistis: seperti Clyne akan lebih baik dari Lovren atau  agar Sterling tidak mencetak gol saat berkunjung ke Anfield. YNWA!

Penulis seorang penggemar Liverpool. Tinggal di Bandung. Dapat dihubungi melalui akun twitter: @dodongC.

Komentar