Welbeck Is Dat Guy

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Welbeck Is Dat Guy

Oleh Rahman Fauzi

Kepada

Yth. Bung Danny ‘Dat Guy’ Welbeck,

Di tempat

Bung, saya tidak ingin berbasa-basi menanyakan kabarmu dan sebagainya. Saya ingin langsung ke pokok persoalan. Begini, kalau boleh jujur, kehadiran anda di Arsenal tidak saya harapkan. Asal usul anda yang jadi duduk perkaranya. Anda besar sebagai bocah Manchester yang mendukung, belajar, hingga akhirnya bermain di klub yang anda puja setengah mati, Manchester United. Saya (sempat) tak sudi melihat anda berseragam The Gunners.

Anda tiba di menit-menit terakhir bursa transfer musim panas tahun lalu. Sepanjang malam kami menunggu siapa yang hadir saat Profesor Arsene Wenger bilang ada satu pemain yang bakal diboyong. Karim Benzema? Jackson Martinez? Edinson Cavani? Aduh, ternyata anda! Uang 16 juta poundsterling untuk striker yang hanya mencetak 10 gol pada musim sebelumnya? Uang sebanyak itu dibuang untuk membeli pemain yang cinta mati kepada kesebelasan yang kami benci setengah mati? Arsene, kau sendiri yang memang selalu memancing kami menulis tagar #ArseneOut.

Saya ingat dengan baik salah satu momen menyebalkan yang berkaitan dengan anda, bung!

Suatu malam, tepatnya tanggal 9 Maret 2012 (catatan redaksi dan ralat, yang benar 28-8-11), saya menyalakan televisi guna menyaksikan pertandingan MU versus Arsenal. Saya sudah terlambat beberapa menit dari kick-off. Oh, betapa terkejutnya saya menyaksikan wajah katrok anda memenuhi layar televisi. Anda berjingkrak-jingkar seperti kerasukan setan saat mencetak gol pertama bagi The Red Devils. Saya sempat mengira tengah menonton Tukul Arwana kerasukan setan saat shooting program Mister Tukul. Ternyata memang anda, bung. Apa boleh bikin!

Baiklah, saya ingin sedikit memuji. Anda gesit dan lincah sekali pada pertandingan malam itu. Anda salah satu biang keladi penyembelihan ‘8-2’ yang sungguh tak beretika itu. Musim 2011-12 memang menjadi milik anda, pemain muda potensial Inggris. Hanya semusim saja anda sudah dicap world class player, kan?

Tidak cukup di situ anda membuat kami patah hati. Musim 2012-13, anda mencetak gol kemenangan MU di Emirates Stadium. Saya ingat betul betapa bahagianya anda yang memberi kami nestapa -- ini jenis nestapa yang berkepanjangan dan tak kunjung sudah.

Ya, terhitung sejak musim 2007-08, Arsenal hanya menang dua kali dari 19 laga dari Setan Merah! Kesebelasan anda? Menang 13 kali dengan catatan skor 8-2 sebagai pemanis buku sejarah.

Inferioritas Arsenal ini membuat kobaran api rivalitas antara kesebelasan kami dan kesebelasan anda yang dulu pernah beggitu membara sedari dulu seolah berubah menjadi abu. Hingga puncaknya pahlawan kami yang bernama Robin van Persie mendengar anak kecil dalam hatinya meneriakkan ‘Manchester United’ dengan keras. Dia pindah ke Teater Impian bersamaan dengan pencoretan namanya dari sejarah peradaban Arsenal. Bila anda masih memiliki kontak van Persie, tolong sampaikan bahwa kami senang dengan penampilannya yang semakin payah. Saya sudah berkali-kali menyampaikan pesan itu di media sosial, tapi tidak pernah ada balasan.

Sampai akhirnya tiba malam itu. Tanggalnya persis seperti pembantaian 8-2, yaitu 9 Maret. Berselang tiga tahun dari malam yang sungguh mengerikan itu. Anda benar-benar membuat kami merasakan betapa indahnya perputaran roda kehidupan. Di saat mata saya masih belum terbiasa melihat anda yang masih saja terasa tak cocok berseragam merah-putih Anda, ketika anda tidak secara penuh mendapat dukungan -- sebuah hal manis nan mengesankan justru terjadi.

Rasanya anda memang begitu termotivasi membuktikan diri kepada kami dan segala pihak di United. Mungkin anda berdoa begitu keras kepada Tuhan agar memberi nasib baik malam itu. Hingga akhirnya momen itu datang.

Ketololan hebat dari rekam anda yang dulu, Antonio Valencia, membuat anda memiliki kesempatan yang bagusnya tidak anda sia-siakan. Saat latihan di Carrington nampaknya kesalahan-kesalahan semacam itu sering mereka lakukan, ya? Atau semata-mata Valencia lupa anda bukan lagi seorang rekan, tapi sudah menjadi lawan?

Entahlah. Apapun yang sebenarnya terjadi, saya merasa luar biasa. Saya girang bukan main karena anda! Karena anda yang dulu saya benci dan anda yang masih saya ragukan kemampuannya. Ya, anda memang layak disapa lewat bahasa slang Manchester itu, Danny is dat guy! Dat guy who makes me really happy!

Kepayahan bertahun-tahun Arsenal di hadapan kesebelasan idola anda itu membuat kami merasa inferior. Membuat kami minder kronis seolah dikuasai imperialisme dalam waktu yang lama. Namun, sontekan anda yang sebelumnya menggocek David De Gea adalah suatu momentum untuk kita kembali berani mengangkat kepala. Berani berkata jika status pecundang sekarang adalah milik kesebelasan idola anda!

Anda terekam merayakan gol secara emosional. Ledakan perasaan yang sama seperti yang kami rasakan. Lepas kontrol dan terasa amat lega. Gila juga ya, ternyata anda membalas sambutan manis publik Old Trafford dengan sikap semacam itu. Anda mungkin memberikan perasaan yang mirip yang dirasakan penggemar MU saat Robin van Persie mencetak gol ke gawang Arsenal untuk mereka.

“Tidak peduli siap dirinya dulu, karena saat ini kau miliki kita!”

Bahkan dalam level tertentu, gol anda rasanya lebih berarti ketimbang tiga gol yang van Persie torehkan ke gawang Arsenal, kesebelasan idolanya sedari kecil juga.

Ya, ini memang suatu pembalasan. Terkesan negatif. Namun tenang, anda melakukannya sesuai prosedur yang berlaku di jalur yang legal. Lagi pula, bukankah semua perbuatan di dunia pasti ada balasan? Semua tindakan komunikasi, perlu ada umpan balik atau feedback. Pesan singkat anda ke gebetan, pasti anda mengharapkan balasannya, bukan? Cinta yang anda berikan, perlu ada sambutan pula agar tidak bertepuk sebelah tangan.

Eh, kok saya malah cuhat. Ngomong-ngomong, anda belum punya pacar juga, ya? Katanya anda masih tinggal bersama orang tua? Ah, lain kali saya ingin mengajak anda berbicara soal kehidupan. Di dalam kedai kopi di Singapura pada tengah tahun nanti, mungkin?

Di akhir laga, anda bilang jika anda tetap seorang fan dan berat menyingkirkan kesebelasan idola anda sendiri. Ya, anda pantas mengungkapkannya. Kami tidak bisa menyingkirkan fakta betapa anda menggilai United. Kami juga tahu kalau anda berjingkrak-jingkrak depan televisi saat Ole Gunnar Solksjaer menyarangkan bola ke gawang Oliver Kahn di Camp Nou tahun 1999. Biar saja.

Hidup hari ini mesti dinikmati, sembari sesekali menengok masa lampau guna beroleh pelajaran dan menyiapkan masa depan supaya nasib lebih baik dari sebelumnya. Tidak usah kau tidak enak hati karena gol itu. Benar kata Per Mertesacker, tatap saja kejayaan-kejayaan di masa mendatang bersama Arsenal, bung.

Tibalah saya pada bagian penutup surat ini. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan. Sekali lagi saya haturkan terima kasih atas gol anda yang membuat saya bahagia. Saking bahagianya, saya menulis surat ini kepada anda. Surat yang tentu saja tidak sampai kepada anda dan tidak pernah anda baca. Saya berdoa anda bisa membuat kebahagiaan-kebahagiaan selanjutnya untuk semua penggemar Arsenal. Have a nice future with Arsenal, lad!

Tertanda,

Penggemar layar kaca.

*Rahman Fauzi, mahasiswa Jurnalistik yang masih dan terus belajar. Mencintai sepak bola setelah orang tua dan agama. Bisa dicolek dan diajak bincang-bincang di akun twitter @oomrahman. Tabik!

Komentar