Ada Apa Ini Dengan Liverpool, Brendan Rodgers?

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Ada Apa Ini Dengan Liverpool, Brendan Rodgers?

Upaya membeli banyak pemain di bursa transfer Agustus lalu rupanya belum memberikan solusi untuk berbagai masalah yang dialami Liverpool. Jika kita membandingkan hasil laga-laga awal musim lalu dan musim ini wajar pesimisme terhadap prestasi Liverpool mulai bermunculan. Sebagai catatan, musim lalu dari 38 pertandingan, Liverpool hanya mengalami enam kekalahan. Lantas di musim ini, liga baru berjalan lima laga, mereka sudah kalah tiga laga. Ada masalah apa ini, Brendan? Bukankah sekarang terlalu dini untuk mengucapkan selamat tinggal terhadap perburuan tahta juara?

Mengawali musim dengan kemenangan  2-1 atas Southampton, lalu dikalahkan jawara musim lalu Manchester City 1-3, dan satu satunya permainan terbaik mereka ketika melibas Tottenham 3-0 di White Hart Lane, dimana Joe Allen dan Daniel Sturridge masih bermain kala itu. Setelah badai cedera mendatangi dua pemain itu Liverpool pun mulai kembali ke habitatnya sebagai tim yang selalu inkosisten.

Anfield pun mulai tak angker lagi bagi para tamu seperti musim lalu. Aston Villa yang selalu merepotkan Liverpool ketika bermain di Anfield, kembali mempercundangi mereka dengan sebiji lewat gol Agbonlahor. Dan melawan West Ham, lagi-lagi mereka mesti ditekuk 3-1.

Sejauh lima laga yang Liverpool jalani ini, pengeluaran transfer £100 nyatanya belum cukup untuk mengangkat trofi ke 19. We go again? Atau we gone again?

Menilik skuad inti mereka di musim lalu, Liverpool sebenarnya tak banyak merombak tim.Hanya Luis Suarez dan Daniel Agger yang meninggalkan Melwood. Agger juga jarang bermain lantaran Brendan lebih sering memasang Skrtel-Sakho. Perginya Iago Aspas juga bukan masalah karena takercorner di Liverpool cukup banyak.

"After losing Suarez Liverpool were never going to score 100 goals + this season so had to be better defensively, they actually look worse now" ucap Carragher dalam akun twitter.

Kurang lebih, twit yang diposting oleh Carragher ini memang tepat. Setelah Liverpool kehilangan Suarez, diprediksikan mereka tak akan mencetak lebih dari 100 gol musim ini. Seorang Balotelli pun sampai sekarang belum menemukan peforma terbaik.

Lantas alih-alih fokus membenahi lini serang, memperbaiki lini pertahanan yang ada saat ini merupakan persoalan yang lebih tepat.

Kedatangan Dejan Lovren bukan solusi dari upaya menambal lini belakang Liverpool yang musim lalu kemasukan lebih dari 50 gol. Soal mengomandoi lini belakang, Lovren masih dinilai kurang. Bantu menyerang lewat set piece? Saya pikir Skrtel lebih baik ketimbang Lovren.

Dejan masih butuh waktu untuk menjawab semuanya. Harga 20 juta pounds tentu beban tersendiri untuknya. Lovren menunjukan permainan impresif hanya saat menjamu Dortmund di pra musim dan melawan Totenham lewat satu gol yang dia buat. Lalu kapankah Lovren kembali menunjukan tajinya sama seperti penampilannya saat bersama Southampton?

Pada posisi fullback, Moreno dan Manquillo kian hari kian gemilang. Moreno hanya butuh 2 laga untuk mencetak gol bersama Liverpool lewat aksi solo run nya. Lalu soal Manquillo, untuk anak seumuran dia penampilannya tak buruk-buruk amat, setidaknya ia bisa membuat Glen Johnson duduk manis di bangku cadangan.

Moreno dan Manquillo adalah sesuatu yang melengkapi. Manquillo lebih kuat dalam bertahan, Moreno kuat dalam menyerang. Tapi dua pemain ini sama-sama punya kelebihannya yakni dalam soal tekel dan terbiasa bermain bola-bola pendek yang tentunya membantu skema Brendan Rodgers.

Formasi 4-4-2 diamond mungkin skema terbaik saat ini bagi Liverpool. Eksperimen 4-2-3-1 saat melawan Aston Villa, malah membuat kreatifitas serangan mereka hilang termasuk keseimbangan dalam bertahan. Karena itulah melawan West Ham, Rodgers kembali memilih formasi 4-4-2 diamond.

Rotasi-rotasi itu tentu saja mengorbankan peran Stevie Gerrard yang bermain di berbagai posisi.Pada formasi 4-4-2 Gerrard ditempatkan sebagai gelandang bertahan. Hanya saja kunci pada skema ini terletak pada dua orang didepannya yakni Jordan Henderson dan Joe Allen. Masalah muncul ketika Allen didekap cedera. Rodgers belum menemukan pengganti yang tepat mengingat sosok yang digadang-gadang sebagai back up yakni Emre Can masih dibalut cedera.

Masalah itulah yang membuat Rodgers mencoba memainkan Lucas Leiva pada posisi itu ketika melawan West Ham. Hasilnya belum memuaskan, mengingat Lucas sering beroperasi di posisi Gerrard sebagai gelandang bertahan.

Lucas selalu terlihat ringkih saat dirinya memerankan posisi sebagai gelandang serang. Karena itulah sering kita lihat Gerrard maju menggantikan peran Lucas. Skema ini nyatanya tak membuat Liverpool bermain baik, yang ada malah membuat lini tengah Liverpool menjadi rapuh.

Polemik lini tengah tak berhenti disana, posisi pemain no.10 yang biasa ditempati Coutinho, kini beralih ke Raheem Sterling. Daya jelajah Sterling sudah jelas dan amatlah luas. Namun, beban yang diemban Raheem kian hari kian banyak. Dia mesti mengawali serangan, membantu penyerangan, bahkan ketika melawan Westham dia diplot sebagai wingback, akibat Javi Manquillo terkapar ditengah pertandingan, dan digantikan Mamadou Sakho.

Kondisi ini membuat Liverpool bermain 3-5-2, Lucas double pivot bersama Gerrard, dan Henderson naik menggantikan Sterling. Hasilnya pun belum maksimal, lini tengah yang tangguh akan percuma jika lini depan yang buruk.

Dan selama lini depan belum menemukan titik terang, Hanya Sterling yang paling bisa diharapkan bisa mengakhiri kebuntuan.  Bagaimana dengan Borini? Hanya tekel-tekel indah dan shoot shoot lemah yang baru terlihat dia lakukan. Bagaimana dengan Balotelli? Performanya yang inkosisten rasanya tak akan terjadi ada andai Daniel Sturridge pulih dari cedera. Balotelli dan Sturridge sudah satu hati.

Seminggu sebelum Derby Merseyside, Liverpool harus belajar banyak dari dua kekalahan beruntun kemarin. Salah satunya adalah dengan perbaikan komunikasi lini belakang dan mengganti pos yang ditinggalkan Allen.  Isu santer yang mengatakan bahwa Sturridge bisa tampil minggu depan jelas merupakan angin segar bagi lini depan Liverpool. Paruh musim lalu, debutnya setelah pulih dari cedera selalu mencetak gol dalam 9 pertandingan. Mungkin deja vu itu kembali terulang?

Lalu,  Skema apakah yang akan diturunkan dalam menghadapi Everton. Kita tunggu pekan depan.

Tulisan ini dikirim oleh Faiz Alamsyah, pelajar Indonesia yang sedang menempuh studi di Khartoum, Sudan. Berakun twitter @bukibukan

Komentar