Tak Ada Langkah Mundur Bagi The Socceroos

Backpass

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Tak Ada Langkah Mundur Bagi The Socceroos

Australia identik dengan kanguru, bahkan satwa asli dari benua Australia ini melekat di lambang negara mereka. Burung emu dan kanguru terlihat begitu mencolok dalam desain lambang tersebut, keduanya saling berhadapan dan menopang perisai. Tentu pemilihan kedua jenis binatang itu tak asal-asalan. Konon kanguru dan burung emu tak bisa berjalan mundur. Atas dasar filosofis itulah. Australia berharap negerinya bisa terus mengalami kemajuan bukan kemunduran dalam segala bidang kehidupan. Tak terkecuali di sepakbola.

Sejak berdiri pada tahun 1922, Tim Nasional Australia terdaftar sebagai anggota konfederasi Oseania (OFC). Namun pada 2006 silam mereka disapih dari konfederasi yang telah menjadikan mereka raja sepakbola di daratan Oseania itu.

Lewat pertandingan tertanggal 22 Februari 2006 melawan Bahrain (menang 3-1) pada kualifikasi Piala Asia, mereka resmi menyatakan bergabung dengan AFC (konfederasi Asia) dan sub-konfederasi AFF (konfederasi Asia Tenggara). Seperti falsafah negeri kanguru yang disebutkan di awal, keputusan tersebut bukan berarti kemunduran bagi sepakbola Australia.

Kualifikasi Piala Asia 2007 menjadi agenda pertama negeri kanguru di kawasan Asia. Menurunkan tim yang penuh dengan pemain yang berbasis di Eropa, Socceroos membuat Tim Nasional Bahrain tampil di bawah tekanan hampir sepanjang pertandingan.

Dalam laga yang dihelat di Stadion Nasional Bahrain, tim tuan rumah sempat unggul lebih dulu lewat gol yang dicetak oleh Husain Ali di menit ke-35, namun anak buah Guus Hiddink mampu bangkit dan membalikkan keadaan berkat tiga gol yang dicetak Archie Thompson (53`), Josip Skoko (79`), dan penalti Ahmad Elrich (87`).

Sebelum bergabung dengan konfederasi Asia, mereka begitu digdaya di Oseania. Dari enam kali ikut serta di turnamen regional Oseania (Piala OFC), Mereka berhasil merengkuh trofi pada tahun 1980, 1996, 2000, dan 2004. Untuk level internasional, mereka meraih prestasi tertinggi pada Piala Dunia 2006 di Jerman dengan mencapai babak 16 besar. Jika berbicara prestasi, konfederasi yang dahulu mereka tempati bisa dikatakan sebagai tanah surga.

Walau begitu, Australia keluar dari zona nyaman tersebut. Zona Oseania yang tidak pernah mendapatkan tiket otomatis menuju Piala Dunia jadi alasan yang paling dipertimbangkan.

Pada Piala Dunia berformat 32 negara, negara yang lolos dari kualifikasi zona Oseania hanya mendapat setengah tiket Piala Dunia, artinya mereka harus melaju ke turnamen empat tahunan tersebut lewat babak kualifikasi melawan wakil Amerika Selatan atau zona Asia. Setidaknya sampai awal 2019, memang belum diketahui apakah Oseania akan mendapatkan jatah otomatis pada Piala Dunia berformat 48 negara nantinya.

Baca juga: Hal Positif Jika Ada 48 Tim di Piala Dunia

Mereka menyebut bahwa tujuannya ke Asia untuk meningkatkan mutu sepakbola baik di level klub maupun timnas. Meski dalam perjalanan menggeser letak geografis sepakbola itu sempat mengundang ketidaksepakatan dari beberapa anggota AFC. Selain akan mengikis negara asli Asia dalam mendapatkan tiket ke Piala Dunia, keberadaan Australia juga dianggap nir-faedah bagi perkembangan sepakbola di kawasan Asia.

Bahkan suara miring tersebut tak kunjung mereda bertahun-tahun setelah The Socceroos berkompetisi di Asia. Pejabat tinggi AFC mengakui adanya keinginan dari sejumlah kalangan negara-negara kawasan Teluk agar keanggotaan Australia ditinjau ulang.

"Ya, memang, ada indikasi keinginan negara-negara Asia Barat untuk mencoret Australia dari AFC. Namun saya juga tahu bahwa bukan hanya negara-negara Arab yang kurang yakin dengan nilai-nilai manfaat dari masuknya Australia dalam sepak bola Asia," Ucap Presiden AFC, Salman bin Ibrahim Al-Khalifa, dalam sebuah wawancara dengan Al-Ittihad.

Mengetuk Pintu Piala AFF

Hijrahnya negeri kanguru tak hanya dipertanyakan negara dari kawasan teluk. Di wilayah ASEAN atau Asia Tenggara pun keberadaan Australia masih menjadi ancaman tersendiri. Mereka tentu akan diunggulkan dalam turnamen dwi tahunan dan memperkecil mimpi negara sepakbola berkembang seperti Filipina, Indonesia, Myanmar, dan lainnya untuk mencicipi gelar juara.

Meski dalam kurun waktu satu dasawarsa sejak mereka bergabung ke AFC dan AFF mereka tak berminat bermain di Piala AFF, rencana kesempatan untuk bermain di regional Asia Tenggara mulai dibicarakan kembali pada awal 2019.

"Bagian dari evolusi kami dengan hubungan kami di ASEAN sekarang adalah coba berpartisipasi Piala AFF yang sebelumnya dirasakan terlalu kuat untuk kami. Tetapi karena banyak dari negara-negara ASEAN yang sudah berkembang pesat dan mempertimbangkan kemampuan Australia untuk menjadi kunci pasar hak komersial, tentu saja kemungkinan ini patut ditelusuri," ungkap presiden FFA, David Gallop, seperti dikutip dari FOX Sports Asia.

Meski dianggap jomplang dalam hal kesenjangan kualitas pemain. Namun ditilik dari sudut pandang positif, bergabungnya mereka di Piala AFF bisa memicu peserta lainnya meningkatkan kualitas sepakbolanya. Katakanlah Timnas Indonesia yang nantinya bakal sering bertemu dengan permainan Australia yang sudah "semi-Eropa", Tim Garuda dipastikan akan mendapat banyak pelajaran dan mulai menaikkan level permainan mereka sendiri.

Baca juga: Mumpung Belum Ada Australia

Hal tersebut tentu merupakan bagian dari implementasi ideologi bangsa mereka sendiri yang tertera pada lambang negara bahwa Australia terus memperjuangkan kemajuan dan tak bisa mundur seperti burung emu dan kanguru. Bukan saja untuk diri sendiri, namun juga untuk sekitar. Artinya, mereka juga ingin berkontribusi bagi sekitar, konkretnya Asia dan Asia Tenggara.

"Federasi Sepakbola Australia merasa terhormat masuk ke dalam Federasi Sepakbola ASEAN. Kami berharap menjadi anggota aktif dan berkontribusi dalam perkembangan dan kesuksesan sepakbola di wilayah kami," ujar Sekretaris Jenderal dan CEO FFA, David Gallop, dalam situs resmi FFA.

Wakil presiden AFC yang juga anggota eksekutif FIFA, Moya Dodd, juga berharap masuknya Australia ke kawasan ASEAN bisa meningkatkan kerja sama demi memajukan perkembangan sepakbola Asia Tenggara di mata sepakbola internasional. "Ini bisa dilihat sebagai bagian akhir dalam integrasi Australia ke AFC. Namun sekarang lebih tepat mengatakan ini adalah awal dari sebuah komitmen bersama untuk kemajuan sepakbola di Asia Tenggara," katanya.

***

Berimigrasi menuju sepakbola Asia masih dianggap jadi pilihan terbaik oleh publik Australia. Hal itu membuat mereka yakin bisa lebih sering bermain di turnamen ketimbang laga persahabatan, mereka juga bisa tampil lebih rutin di Piala Dunia. Dibandingkan dengan zona Oseania yang punya jatah setengah wakil pada Piala Dunia dengan 32 negara peserta, zona Asia punya jatah lima wakil.

Meski pada hakikatnya pindah ke Asia tak membuat Socceroos sepenuhnya berkembang secara permainan. Hal itu disebabkan secara kualitas terjadi gap yang menganga, apalagi jika bermain di Piala AFF. Lantas, apa bedanya dengan di Oseania? Apa Indonesia saja yang dibalik; untuk pindah ke Oseania?

Apapun itu, mereka punya cara pandang berbeda mengenai hal ini. Australia punya persepsi berbeda untuk "maju" seperti kanguru dan burung emu. Sudah barang tentu mereka menyadari jika secara kualitas Asia Tenggara hampir sama dengan Oseania. Akan tetapi industri sepakbola hari ini tak melulu bicara soal kualitas permainan, ada komersial yang tak kalah menarik dibicarakan. Agaknya mereka melihat celah itu, fanatisme sepakbola di Asia Tenggara bisa dimanfaatkan.

Komentar