Monster Besar yang Masih Rindu Sepakbola

Backpass

by redaksi

Monster Besar yang Masih Rindu Sepakbola

Mungkin menjalani karier sebagai pesepakbola profesional adalah impian semua penggemar sepakbola di dunia. Namun tidak bagi mantan penjaga gawang Werder Bremen bernama Tim Wiese. Dia merasa sepakbola bukanlah tempat yang tepat baginya untuk meniti karier. Meski dibawa oleh Joachim Löw pada Piala Dunia 2010, Wiese tidak sekalipun merasakan menit bermain.

Selama berseragam Tim Nasional Jerman, pria kelahiran 17 Desember 1981 tersebut juga hanya mengecap enam kali penampilan. Puncaknya adalah ketika Wiese diboyong 1899 Hoffenheim dari Bremen pada musim 2012/13.

Kendati menjadi kiper utama dan kapten tim di musim perdananya, kedatangan Huerelho Gomes dari Tottenham Hotspur mengubah jalan hidup Wiese. Di musim keduanya bersama Die Kraichgauer, Wiese sering dicemooh oleh pendukung Hoffenheim karena tidak bermain baik. Pendukung Hoffenheim kemudian meminta kesebelasan untuk memainkan Gomes ketimbang dirinya.

“Rasanya seperti berada di film horor. Tekanan itu tidak manusiawi. Aku tidak bisa bermain dengan bebas. Setiap kali kami kalah, sepertinya itu adalah kesalahanku. Aku tidak akan berharap ini terjadi juga pada pemain lain,” ucap Wiese seperti dilansir The Guardian.

“Banting Setir” Menjadi Pegulat WWE

Wiese berpikir untuk tidak melanjutkan kariernya sebagai pesepakbola bahkan sebelum kontraknya bersama Hoffenheim habis. Wiese menekuni dunia body building dan menaikkan berat badannya dari yang semula 90 kg menjadi 130 kg.

Tak lama kemudian, sebuah tawaran dari perusahaan hiburan asal Amerika Serikat bernama World Wrestling Entertainment (WWE) datang dan Wiese tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Wiese pun banting setir menjadi seorang pegulat.

“Aku telah mendapat tawaran resmi dari WWE. Ini tentang bekerja untuk mereka sebagai pegulat. Aku akan mempertimbangkannya. Aku tak akan duduk berdiam diri,” ujar Wiese kepada Bild.

“Mengapa harus menolaknya? Gulat sangat terkenal khususnya di Amerika Serikat. Aku akan membicarakan tawaran ini dengan agenku,” lanjutnya. Setelah tawaran tersebut datang, dia pun memilih gantung sepatu sebagai pesepakbola di umurnya yang masih 32 tahun. Usia yang sebenarnya masih usia emas bagi seorang penjaga gawang.

Selama dua tahun, Wiese terus bekerja keras dan melatih otot-ototnya. “Ketika aku berhenti bermain, aku menimbang berat badanku dan hasilnya 132 kg, aku harus memiliki sekitar enam hingga tujuh ribu kalori per hari, Tapi sekarang aku memotongnya menjadi sekitar tiga ribu kalori dan beratnya turun menjadi sekitar 120 kg. Aku ingin kehilangan tiga atau empat kilogram lagi agar aku lebih eksplosif dan lebih agresif di arena, jadi aku tidak terkalahkan,” ujarnya kepada The Guardian.

Usahanya pun membuahkan hasil. Pada Juni 2016, pegulat kawakan Amerika Serikat, Triple H mengundang Wiese untuk berlatih bersama di WWE Performance Center di Florida.

Debutnya sebagai pegulat pun datang pada November 2016. Dengan nama panggung ‘The Machine’, Wiese bekerja sama dengan pegulat senior, Sheamus dan Cesaro, untuk menghadapi The Shining Star dan Bo Dallas. Tak tanggung-tanggung, Wiese (The Machine) pun memenangi laga tag team tersebut. Debut sensasionalnya tersebut pun menghiasi tajuk-tajuk utama media massa.

Perilaku eksplosif dan agresif Wiese memang sudah terlihat sejak dirinya masih merumput di lapangan hijau. Wiese adalah sosok penjaga gawang yang tak kenal kompromi dan tak ragu keluar dari daerahnya.

Kartu kuning yang diterimanya sesaat setelah menendang bahu Ivica Olic pada laga DFB Pokal 2009 silam adalah salah satu yang paling diingat publik sepakbola. Wiese juga tak ragu untuk mencaci wasit, lawan, dan bahkan rekan satu kesebelasannya sendiri.

Perilaku sangar Wiese di lapangan tersebut sangat mirip dengan Oliver Kahn, dan memang Wiese sangat mengidolakan kiper legenderais Jerman tersebut. Menurutnya karakter Kahn sangat mirip dengan dirinya. “Pahlawan olahragaku adalah Oliver Kahn, karena gayanya sangat mirip denganku,” kata Wiese.

Masih Merindukan Sepakbola

Setelah menjalani karier sebagai pegulat, Wiese rupanya masih merindukan sepakbola. Setahun setelah menjalani debut di WWE, Wiese kembali menandatangani kontrak dengan kesebelasan divisi keenam Liga Jerman, SV Dillingen.

“Menjadi penjaga gawang ibarat bersepeda. Kamu tidak pernah melupakannya. Kurasa otot di kakiku membuatku melompat lebih tinggi daripada di masa lalu,” ujar Wiese seperti dilansir ESPN.

Pada April 2017, Wiese menjalani debutnya kembali sebagai pesepakbola kala SV Dillingen bertandang ke markas TSV Haunsheim. Namun sayangnya gawang Wiese kebobolan dua kali oleh penyerang Haunsheim, Robin Hoerdegen. Meski kalah 1-2, Wiese tetap senang karena bisa melepas kerinduannya dengan sepakbola.

“Di sesi latihan pertama, aku pikir mengapa aku berhenti [bermain] begitu cepat? Untuk pertandingan pertamaku kembali, seharusnya aku tidak pernah mengatakan tidak pernah [kembali bermain lagi]. Aku seharusnya masih bermain di Bundesliga,” tutur Weise kepada FOX Sports.

Karier Wiese sebagai pesepakbola memang tak cemerlang. Oleh sebab itu, dia memilih jalan lain sebagai pegulat. Akan tetapi, sepakbola tetap merupakan cinta pertamanya.

(ham/dex)

Komentar