Guardiola, Doping, dan Kerasnya Sepakbola Italia

Backpass

by redaksi

Guardiola, Doping, dan Kerasnya Sepakbola Italia

Biar bagaimana, penggunaan doping sama sekali tidak dibenarkan dalam dunia olahraga. Selain menimbulkan kecurangan, doping juga menimbulkan efek samping yang berbahaya bagi pemakainya.

FIFA sebagai federasi resmi sepakbola dunia jelas-jelas melarang keras penggunaan doping. Pada 2006 silam, FIFA memperbarui Law Of The Game-nya. Hukuman minimal pengguna doping, yang tadinya hanya 6 bulan, dinaikkan menjadi 2 tahun.

“Pada prinsipnya, kami setuju akan menaikkan hukuman minimal pelaku doping menjadi 2 tahun. Tetapi dalam kasus tertentu, hukuman bisa lebih lama atau lebih singkat,” ujar mantan anggota Komite Eksekutif FIFA, Chuck Blazer, kepada Fox Sports 12 tahun yang lalu.

Pep Guardiola adalah satu dari sekian banyak pemain maupun mantan pemain yang pernah terjerat kasus doping. Pada 2001, dia pergi meninggalkan klub lamanya, Barcelona, untuk memulai petualangan baru di Italia. Dia diboyong Brescia secara gratis setelah kontraknya bersama Barca tak diperpanjang.

Akan tetapi, Italia bukanlah tempat yang ramah bagi Guardiola, baru sebulan berada di Italia, dia diduga menggunakan zat steroid anabolik jenis nandrolone pasca kekalahan memalukan 0-5 dari Lazio. Komite Olimpiade Italia (CONI) memanggilnya untuk memenuhi tuntutan jaksa atas dugaan tersebut. Kemudian, dia dinyatakan positif menggunakan doping dan dikenai hukuman tidak diperbolehkan bermain baik di klub maupun tim nasional selama 4 bulan. Guardiola membantah memasukkan zat tersebut secara sengaja. Dia mengatakan bahwa zat tersebut bisa saja berasal dari suplemen nutrisi. Namun begitu, hukuman tetaplah hukuman.

Untuk membersihkan nama baiknya, Guardiola mengajukkan banding pada Oktober 2007. Penantian selama 6 tahun pun berbuah manis. Federasi sepakbola Italia, FIGC, menyatakan bahwa Guardiola bersih dari tuduhan tersebut. Namun pada 2009, CONI beranggapan bahwa FIGC melakukan kesalahan atas kasus tersebut. CONI pun mengajukan banding dan menuntut kasus tersebut dibuka kembali. Hal ini tentu menggemparkan. Pasalnya, Guardiola yang saat itu sudah melatih Barcelona sedang mengantarkan timnya menuju gelar Liga Champions Eropa. Setelah menjalani proses sidang selama 2 kali, yaitu pada 8 Mei 2009 dan 15 September, Guardiola dinyatakan bersih dari kasus tersebut.

Nandrolone adalah zat yang termasuk ke dalam jenis steroid anabolic. Jenis steroid ini merupakan versi sintesis dari testosteron, yang mana merupakan hormon pria yang berperan dalam pembentukan otot dan perubahan fisik pada laki-laki. Doping jenis ini kerap digunakan para atlet untuk meningkatkan kualitas fisik mereka. Selain Guardiola, Edgar Davids juga pernah kedapatan menggunakan doping jenis ini. Di tahun yang sama dengan Guardiola, Legenda Juventus dan Ajax Amsterdam itu dihukum larangan bermain selama 1 tahun 8 bulan.

Menurut psikiater Kenneth Mauner dari Emory University, Atlanta, Amerika Serikat, dokter tidak diizinkan memberikan steroid untuk performa atlet. Steroid hanya boleh digunakan untuk kondisi medis tertentu, seperti mengatasi pengecilan otot pada penderita AIDS, mengobati masalah pubertas dan testis yang kehilangan fungsinya. Adapun efek samping dari penggunaan steroid bagi pria adalah menyusutnya testis, menurunnya produksi sperma, munculnya rasa sakit ketika ereksi, dan meningkatnya resiko impotensi.

Guardiola adalah salah satu dari sekian banyak pemain maupun mantan pesepakbola Serie A yang tersandung kasus doping. Selain Guardiola, Adrian Mutu, Fabio Cannavaro, Edgar Davids, Guiseppe Rossi, dan Nicholas Caglioni adalah beberapa dari pesepakbola Serie A lainnya yang tersandung kasus doping

Tahun 2016 silam, World Anti Doping Agency (WADA) merilis daftar negara dengan kasus doping terbesar. Dalam daftar itu, Italia menduduki peringkat pertama; disusul Perancis, Amerika Serikat, dan Australia.

Tekanan adalah penyebab maraknya kasus doping di Italia. Dunia olahraga di Italia sama sekali berbeda dengan negara lain. Atlet-atlet di Italia selalu dituntut untuk bermain bagus. Jika tidak, pemain tersebut kerap menerima cemoohan baik dari media maupun fans. Hal ini diamini oleh striker AS Roma, Edin Dzeko.

“Di Roma mirip seperti di Bosnia, jika anda tidak bermain bagus, mereka tidak akan mengkritik, melainkan menghina,” ujarnya seperti dilansir Il Messagero. Hal ini tentunya menjadikan tekanan hebat bagi para pemain besar yang baru bergabung dengan klub Italia. Jika tuntutan bermain baik itu tidak terpenuhi, doping menjadi solusi bagi para pesepakbola putus asa yang merumput di Italia.

Guardiola mungkin menggunakan doping untuk melancarkan proses adaptasinya dengan sepakbola Italia. Bisa jadi perkataan Guardiola bahwa dia menelan doping secara tidak sengaja melalui suplemen nutrisi itu benar adanya. Hanya dia yang tahu.

[ham/pik]

Komentar