Dua Perempuan Clermont Foot

Backpass

by redaksi

Dua Perempuan Clermont Foot

Clermont Foot Auvergne 63 berdiri pada 11 Oktober 1911 dengan nama Stade Clermontois. Namun jika ada satu momen paling bersejarah bagi mereka, itu terjadi pada 7 Mei 2014: mengangkat Helena Costa menjadi kepala pelatih. Di dua divisi tertinggi liga sepakbola pria negara Eropa mana pun, belum pernah ada perempuan yang mengemban jabatan kepala pelatih.

Satu-satunya perempuan yang pernah melatih kesebelasan pria di sepakbola profesional Eropa adalah Carolina Morace, yang ditunjuk menjadi kepala pelatih Viterbese, kesebelasan Serie C1, pada 1999. Morace mundur setelah dua pertandingan.

Clermont Foot saat itu berada di posisi empat belas tabel klasemen sementara Ligue 2 musim 2013/14. Costa baru akan mulai bekerja begitu musim berakhir. Dia dikontrak selama dua tahun.

Penunjukkan Costa mendapat sambutan positif. “Selamat kepada Clermont Foot karena mengerti bahwa memberi tempat kepada perempuan adalah masa depan sepakbola profesional,” ujar Najat Vallaud-Belkacem, Menteri Hak-hak Perempuan Perancis 2012-2014, lewat akun twitter-nya.

“Perempuan tahu cara bermain sepakbola dan cara memimpin dan mereka melakukannya dengan baik,” ujar Raymond Domenech, eks kepala pelatih Tim Nasional Perancis, dikutip dari Guardian. “Kenapa mereka tidak boleh memimpin tim pria? Sebaliknya berlaku dan tidak ada masalah. Ini pilihan alami dan mencerminkan masyarakat kami, di mana perempuan setara dengan laki-laki.”

Costa sendiri, sementara itu, berujar kepada New York Times: “Saya rasa semua ini lebih dari sekadar Helena Costa sebagai pelatih sepakbola. Saya rasa ini sangat bagus untuk semua perempuan di semua cabang olahraga, terutama di sepakbola tentu saja. Bisa saja orang lain [yang terpilih]. Saya harap ini hanya langkah pertama. Saya hari ini membuka pintu dan lebih banyak perempuan akan masuk setelah saya. Itu yang saya harapkan.”

***

Helena Costa dijadwalkan memimpin latihan pertamanya sebagai kepala pelatih Clermont Foot pada Selasa, 24 Juni 2014. Tidak pernah terjadi karena Costa mundur dari jabatannya di hari pertama bekerja, Senin, 23 Juni 2014. Ada beberapa hal yang tidak bisa Costa terima: pemain-pemain yang direkrut tanpa sepengetahuannya, pertandingan-pertandingan persahabatan yang diagendakan tanpa persetujuannya.

Soal pemain-pemain baru, Costa telah meminta penjelasan kepada Oliver Chavanon, penasehat presiden klub, lewat surat elektronik namun tak mendapat balasan selama berhari-hari. Setelah Costa mengetahui semuanya dari sekretaris klub, barulah Chavanon membalas: “Anda membuat saya jengkel dengan semua pertanyaan ini.”

“Ketika saya mencoba menghubungi Oliver Chavanon, dia menolak membalas surel-surel dan pesan-pesan saya,” ujar Costa dalam jumpa pers Rabu, 25 Juni 2014. “Dalam lima hari menjelang dimulainya pekerjaan saya, dia tidak membalas. Begitu dia membalas, saya sudah tahu semua informasi dari sekretaris klub. Saya tidak sepakat dengan pemain-pemain yang direkrut, namun satu-satunya jawaban yang saya dapat darinya hanya ‘muak dengan surel-surel Anda’.”

Costa mundur dari jabatannya. Dia menolak menjadi wajah klub, tanpa kekuatan atap pengaruh. Dia keluar lewat pintu yang dibukanya sendiri, tak menutupnya. Tiga hari berselang, lewat pintu yang sama, masuklah Corinne Diacre.

***

Seperti Costa, Diacre juga dikontrak dua tahun. Berbeda dengan Costa, Diacre menyelesaikan kesepakatan yang dijalinnya dengan Clermont Foot. Menjelang pertandingan pertamanya, Diacre menjadi sorotan seluruh penjuru Eropa.

“Semua ketertarikan menyangkut kehadiran saya terlalu berlebihan,” ujar Diacre dalam jumpa pers pra-pertandingan. “Saya ingin berkonsentrasi terhadap Clermont.

“Ada ketenangan. Akan ada kehebohan namun saya akan berusaha untuk tidak tercemar olehnya. Saya berusaha mempertahankan fokus sebaik mungkin dan tetap di bawah bayangan sebisa mungkin karena yang menarik saya adalah biarkan para pemain yang mendapat sorotan, bukan saya.”

Pertandingan pertama Diacre sebagai kepala pelatih Clermont Foot bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-40, 4 Agustus 2014. Karenanya sebelum laga, Diacre mendapat buket dari Alex Dupont, kepala pelatih Brest, lawan Clermont Foot hari itu. Laga bersejarah itu menarik perhatian dari seluruh penjuru Eropa.

Menit kesembilan, Clermont Foot unggul lewat serangan balik yang diselesaikan Souleymane Sawadogo. Diacre hanya tersenyum kecil. Namun dua gol dari Bruno Grougi dan Alexandre Alphonse di babak kedua membuat pertandingan berakhir dengan kemenangan 2-1 untuk tuan rumah. Diacre dan Clermont Foot pulang dengan tangan kosong.

“Kalah rasanya tidak pernah menyenangkan, jelas sekali,” ujar Diacre dalam jumpa pers pasca-pertandingan. “Namun Brest bermain dengan baik; tapi kami juga, yang berarti pertanda baik untuk masa depan. Anda tidak bisa mengabaikan Clermont musim ini.”

Diacre tidak asal bicara. Di akhir musim 2014/15, Clermont Foot menduduki posisi 12. Untuk klub dengan anggaran keuangan terkecil di antara peserta-peserta Ligue 2 lainnya, itu pencapaian hebat. Untuk seorang pelatih yang paling muda dan paling tidak berpengalaman di Ligue 2 musim itu, pencapaian Diacre terhitung luar biasa.

Semua pemain Clermont Foot mengakui dorongan besar dan ketelitian Diacre sebagai alasan keberhasilan mereka. Di akhir musim, Clermont Foot tampak seperti tim yang berbeda dengan mereka di awal musim.

Memasuki musim keduanya, Diacre masih menangani klub dengan anggaran terkecil di liga. Walau demikian dia nyaris membawa timnya meraih promosi, sedekat-dekatnya Clermont Foot dengan Ligue 1 sepanjang sejarah mereka. Pada akhirnya Clermont Foot “hanya” menempati posisi tujuh.

Majalah France Football menobatkan Diacre sebagai Manajer Terbaik Tahun 2015. Sebuah klub Ligue 1 menawarinya jabatan kepala pelatih pada Mei 2016, namun Diacre menolak karena ingin menyelesaikan kontraknya di Clermont Foot. Pihak klub menyodorinya perpanjangan kontrak hingga 2018; Diacre menerimanya. September 2016, Tim Nasional Perempuan Perancis menawari Diacre posisi pelatih kepala; dia menolak dengan alasan yang sama.

Pada Agustus 2017 Diacre akhirnya meninggalkan Clermont Foot untuk Tim Nasional Perempuan Perancis.

[pik]

Komentar