Skandal Totonero Tak Meredupkan Paolo Rossi

Backpass

by Redaksi 16

Redaksi 16

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Skandal Totonero Tak Meredupkan Paolo Rossi

Skandal Totonero menjadi salah satu kasus terbesar yang pernah terjadi di Italia. Kasus suap pengaturan pertandingan tersebut melibatkan Perugia, Avellino, Taranto, Milan, Bologna, Lazio, serta Palermo. Para pemain pun ikut terseret dalam skandal yang terjadi pada 1980 tersebut.

Tak terkecuali Paolo Rossi, legenda sekaligus penyerang terbaik yang pernah dimiliki oleh Gli Azzurri. Bersama Perugia, Rossi dituduh menerima suap untuk pengaturan pertandingan yang dapat menguntungkan para penjudi. Meski beberapa kali ia menyatakan tidak bersalah dan mendapati adanya ketidakadilan, hukuman tetap menghampiri.

Rossi yang membela Perugia pada musim 1979/80 mendapatkan hukuman berupa 3 tahun larangan bermain, meski akhirnya berkurang menjadi 2 tahun. Pengurangan 5 poin pada musim 1980/81 juga menjadi hal yang harus diterima Perugia.

“Hal itu [memulai kehidupan] sama beratnya ketika peristiwa skandal yang terjadi, dimana saya telah dilibatkan dan sekarang telah menjadi bagian lain dari dunia, hal itu [kasus suap] tidak ada hubungannya dengan saya. Saya hanya ingin melupakan hal tersebut,” ujar Rossi, dikutip dari The Sun.

Setelah dua tahun menjalani hukuman, kemampuan Rossi sebagai pesepakbola memang tidak pernah luntur. Walaupun sudah lama tak bermain, dirinya tetap dipanggil oleh timnas Italia yang diarsiteki Enzo Bearzot untuk berlaga di Piala Dunia 1982 yang digelar di Spanyol.

Meski saat itu Italia masih diperkuat oleh penyerang hebat, Rossi tetap menjadi pilihan utama. Alih-alih menggunakan Daniele Massaro ataupun Bruno Conti, Rossi tetap ditunjuk sebagai tumpuan utama dalam mencetak gol.

Kepercayaan yang diberikan Bearzot pun tidak sia-sia. Italia berhasil menjadi juara dengan mengalahkan Brasil di partai final. Performa Rossi bahkan menjadi salah satu yang diingat pada perhelatan Piala Dunia tersebut dengan menyabet gelar pemain terbaik serta pencetak gol terbanyak dengan raihan 6 gol.

“Membawa dia [Rossi] ke dalam Piala Dunia merupakan sebuah perjudian, namun ketika dia dua tahun absen, saya tidak bisa menemukan pengganti dirinya,” ucap Bearzot, dikutip dari The New York Times.

Rossi pun menjelaskan bahwa kepercayaan yang diberikan Bearzot menjadi salah satu faktor yang membuat dirinya bermain cemerlang di Piala Dunia. “Bearzot percaya kepada saya dan yakin bahwa saya akan berhasil keluar [dari skandal] pada waktu yang tepat. Ketika saya bermain kembali setelah dua tahun absen merupakan hal yang sangat berat dan kepercayaan Bearzot pada saya sangatlah penting,” kata Rossi, dikutip dari Goal.

Rossi menemukan takdir dirinya sebagai penyerang ketika bergabung dengan Vicenza. Sering mengalami cedera ketika masih memperkuat Juventus dan Como, dirinya berpindah posisi dari seorang pemain sayap menjadi seorang penyerang ketika menghabiskan tiga musim bersama Vicenza.

Total 66 berhasil dicetak oleh Rossi ketika berseragam Biancorossi di seluruh kompetisi. Dengan lesakkan gol tersebut, dirinya berhasil merengkuh gelar top skor Serie B pada musim 1976/77 serta top skor Serie A pada musim 1977/78.

Setelah Vicenza terdegradasi ke Serie B dan Rossi bergabung ke Perugia, dirinya tetap menunjukkan performa yang apik. Pada musim terakhirnya sebelum mendapatkan hukuman larangan bertanding, ia mampu mencatatkan 13 gol. Jika melihat performa yang ditunjukkan tersebut, memang beralasan bagi Rossi untuk dapat masuk ke skuat Italia saat itu. Kemampuan dirinya sebagai penyerang dibekali dengan insting mencetak gol yang tinggi.

“Rossi memiliki insting dalam mencetak gol yang hampir tidak pernah saya lihat,” ujar mendiang Udo Lattek, mantan pelatih Barcelona.

Lepas dari hukuman, Rossi langsung bergabung dengan Juventus. Beruntung bagi Si Nyonya Tua, Rossi mampu memberikan performa yang apik dalam kebersamaannya selama empat musim. Setelah itu ia bergabung dengan Milan selama satu musim lalu menutup kariernya di Hellas Verona.

Rossi memang harus menepi dan harus menyimpan hasratnya dalam mencetak gol ketika terlibat dalam skandal Totonero. Akan tetapi kariernya tidak terpengaruh oleh permasalahan yang menimpa, karena pada dasarnya Rossi memang seorang penyerang yang berkualitas.

Komentar